Cerita Sex Ngewe Anak Kost Baru Di Rumah


“Dadanya montok, sayang kakinya bisulan. Yang satu itu boleh juga, wah, celana dalamnya berwarna hitam” Andy sedang duduk di kantin kampusnya bersama teman-temannya. Biasanya Andy suka bercanda dan tertawa keras-keras bersama teman-temannya. Tapi beberapa hari ini dia kelihatan agak lain dari biasanya. Bila sedang berada di kantin sekolah, dia kelihatan asyik memandangi orang-orang yang lewat, atau lebih tepatnya cewek-cewek cantik dan seksi yang sedang lewat.Tiba-tiba Tono yang sedang duduk di samping Andy menepuk bahunya sambil berkata. “Hei, ada apa denganmu? Kamu liat apa sih? Kok diam aja dari tadi.”“Ah.. tidak..” Jawab Andy, pandangannya tetap terarah pada cewek cakep yang sedang duduk di seberang meja. Andy sedang mencoba untuk melihat celana dalam cewek tersebut. Tono mencoba mengikuti pandangan Andy, lalu dia tertawa keras-keras sambil menepuk-nepuk bahu Andy lebih keras dari sebelumnya.


“Ada apa sih, sakit tau.” Kata Andy dengan kesal.“Jangan-jangan.. kamu tertarik ama si Susi yah.” Kata Tono.“Apa.. maksudmu.” Wajah Andy sedikit memerah, karena ketahuan sedang memandangi Susi.“Andy tertarik ama Susi? Wah ini berita besar nih. Ntar kita sebarkan pada teman-teman sekelas.” Kata Iwan yang duduk berhadapan dengan Tono.“Hei, jangan macam-macam ya kalian. Awas kalo kalian berani bilang.” Ancam Andy.


“Wah, mengancam nih. Ini berarti.. dia memang ada maksud sama si Susi.” Tawa Iwan.“Ah sudahlah, bosan aku bicara sama kalian.” Kata Andy sambil bangkit berdiri dari kursinya dan kembali ke kelasnya.“Udah bosan sama kita katanya.” Ledek Tono. “Sekarang dia udah mau sama si Susi.”Teman-teman lain yang juga duduk satu meja dengan Andy tertawa terbahak-bahak. Saat ini Andy sedang memasuki tahun kedua pada kuliahnya. Entah kenapa, akhir-akhir ini, gairah sex Andy menjadi lebih tinggi dari biasanya. Setiap kali melihat cewek seksi yang pakai rok mini lewat, dia suka berangan-angan sedang bercumbu dengan cewek tersebut, melepaskan BH dan celana dalamnya perlahan-lahan, kemudian meremas-remas kedua dadanya, lalu mengelu-elus vagina-nya yang lembut..“Aku pulang.” Kata Andi.Seperti biasanya, setelah melemparkan tasnya ke dalam kamarnya, dia langsung menuju dapur untuk mencari sesuatu untuk dimakan. Akan tetapi, alangkah terkejutnya dia, saat dia sampai di dapur, dia melihat seorang cewek berambut panjang yang tidak dikenalnya sedang memasak indomie. Andy spontan berkata dengan agak kasar. “Siapa kamu!”Cewek itu membalikkan tubuhnya, dan terlihatlah dua buah dada yang besar dan montok, pinggul yang ramping serta sepasang kaki yang halus. Andy terkesima sejenak, apalagi cewek itu sedang mengenakan celana pendek serta T-shirt berwarna putih yang tidak menutupi bagian pusarnya. “Er.. saya.. saya mahasiswa baru yang akan menginap disini.” Jawab cewek itu, wajahnya yang cantik dan polos kelihatan cemas dan khawatir, karena dia takut dia akan disangka maling.“Oh iya.” Kata Andy. Dia baru teringat akan perkataan orang tuanya, bahwa ruang kosong yang ada di lantai satu akan disewakan kepada dua orang mahasiswi tahun pertama.“Tapi.. bukankah ada dua orang? Yang satu lagi ada dimana?” Tanya Andy.“Er.. teman saya besok baru bisa datang.” Jawab gadis itu.“Oh, begitu ya, em.. nama saya Andy. Barusan.. sori yah, soalnya saya lupa.” Kata Andy dengan wajah yang agak memerah, soalnya barusan dia telah membentaknya dengan keras.“Oh, tidak apa-apa. Nama saya Elisa.” Kata gadis itu.Jam di dinding menunjukkan pukul 5 sore. Andy sedang duduk di lantai kamarnya, nafasnya terengah-engah, tangan kirinya sedang membalik-balik halaman majalah Playboy yang dia pinjam dari temannya, sementara tangan kanannya sedang mengocok-mengocok penisnya dengan cepat.Tidak lama kemudian, saat dia merasa akan orgasme, dia cepat-cepat mengambil kantong plastik yang sudah disediakan disampingnya, lalu disemprotkan spermanya ke dalam kantong plastik tersebut.Untuk beberapa saat, Andy duduk termenung di lantai kamarnya, sambil membayangkan tubuh Elisa yang seksi. Malam itu, Andy tidak bisa tidur. Setelah berguling-guling di tempat tidurnya selama setengah jam, akhirnya dia memutuskan untuk turun ke dapur untuk mencari makanan. Orang tua Andy sedang bepergian keluar kota bersama kedua adiknya yang kebetulan sedang liburan. Mereka baru pulang pada keesokan harinya, jadi rumah Andy menjadi lebih sepi dari biasanya. Malam itu rumah Andy hanya dihuni oleh 4 orang, yaitu: Andy, tantenya, seorang pembantu rumah tangga, dan mahasiswi yang baru masuk itu. Kamar Andy terletak di lantai dua, sementara kamar tantenya, dan kamar si pembantu rumah tangga terletak di lantai tiga.Saat Andy tiba di lantai satu dan hendak menuju ke dapur, dia melihat Elisa baru saja keluar dari toilet sambil mengenakan piyama yang sedikit tembus pandang. Elisa melihat ke arah Andy dan tersenyum, kemudian dia langsung menuju ke kamarnya yang terletak di lantai satu.Jam dinding yang tergantung di dapur menunjukkan pukul 12.30 malam. Andy sudah menghabiskan semangkuk indomie, dan sekarang sedang duduk melamun di dapur. Dia tidak bisa melupakan lekuk tubuh Elisa yang seksi itu. Semakin dipikir, Andy semakin bernafsu, dan akhirnya, setelah duduk melamun di dapur selama sepuluh menit, Andy memutuskan untuk memasuki kamar Elisa dan melihat tubuhnya secara langsung.Mula-mula Andy kembali ke kamarnya untuk mengambil kunci kamar Elisa yang dititipkan ibunya kepadanya. Ibu Andy takut kalau-kalau mahasiswi yang baru masuk itu akan melakukan perbuatan terlarang di kamar tersebut, sehingga dia menitipkan kunci cadangan kepada Andy.Andy lalu turun lagi ke dapur dan mematikan lampu dapur, sehingga sekarang suasananya menjadi gelap gulita. Setelah itu Andy langsung menuju ke kamar Elisa. Saat Andy memasukkan kunci tersebut dan memutarnya, terdengar bunyi “Klik!” yang lumayan keras, karena waktu itu sudah larut malam, sehingga bunyi yang kecil pun terdengar cukup jelas.Andy menunggu sejenak karena takut kalau-kalau Elisa terbangun. Setelah memastikan bahwa Elisa masih tertidur lelap, dia lalu memasuki kamar Elisa, menutup pintu tersebut dengan perlahan-lahan, dan mengunci pintu tersebut, untuk berjaga-jaga.Andy lalu bergerak ke tempat tidur Elisa. Elisa tidak menutup tirai jendela kamarnya, sehingga cahaya bulan yang berasal dari luar adalah satu-satunya penerangan di kamar itu, tapi cukup bagi Andy untuk melihat sekeliling ruangan.Saat itu Elisa sedang tidur menghadap ke samping sambil memeluk gulingnya. Andy lalu berdiri di samping tempat tidur Elisa sambil menatap posisi tidurnya. Saat Andy melihat wajah Elisa yang polos dan lembut, untuk sesaat gairah sexnya hilang, digantikan oleh suatu perasaan aneh yang bergejolak di hatinya.Namun saat Andy melihat punggung Elisa, terlihat baju piyamanya agak tersingkap ke atas, dan celana dalamnya yang berwarna cerah menyembul keluar dari celana panjangnya. Tiba-tiba saja, gairah sex Andy muncul kembali.Andy lalu dengan tangan yang gemetaran mencoba memegang pantat Elisa, dan pada saat tangannya bersentuhan dengan pantat Elisa, kontan batang penis Andy menegang.Andy biasanya hanya melihat cewek bugil melalui majalah atau VCD porno saja, jadi dia tidak pernah melihatnya secara langsung. Pada saat ini, seorang cewek seksi sedang terbaring di depan matanya, tentu saja gairah sex-nya langsung mencapai batas maksimal.Akhirnya Andy tidak tahan lagi. Dia lalu memutarkan tubuh Elisa ke arahnya, melepaskan tangan Elisa dari gulingnya, lalu mengambil guling tersebut dan meletakkannya di atas lantai.Kemudian Andy melepaskan kancing baju Elisa satu persatu. Saat Andy selesai membuka baju tidur Elisa, terlihatlah, BH yang berwarna putih dan bercorak bunga-bunga menutupi buah dada Elisa yang besar, pada saat ini, batang penis Andy kontan menegang hingga batas maksimal. Saat-saat ini hampir sama seperti saat Andy melihat gambar porno untuk pertama kalinya.Dengan tangan yang semakin gemetaran, Andy lalu mengelus-elus dada Elisa yang masih terbungkus BH itu dengan perlahan-lahan. Saking bergairahnya, Andy bahkan merasakan bahwa batang penisnya ikut bergetar.Andy lalu menurunkan celana panjang Elisa perlahan-lahan sampai pada lututnya, dan terlihatlah celana dalam Elisa beserta pahanya yang mulusTangan kanan Andy lalu mengelus-elus paha Elisa yang lembut itu, sementara tangan kirinya meremas-remas bagian atas dada Elisa yang tidak tertutup oleh BH dengan perlahan-lahan. Setelah mengelus-elus paha dan dada Elisa selama beberapa saat, Andy merasa bahwa dia sudah tidak tahan lagi. Ingin rasanya dia melepaskan celana dalam Elisa, dan menusukkan batang penisnya kuat-kuat ke dalamnya.Akan tetapi, pada saat inilah Elisa terbangun dari tidurnya. Saat Elisa membuka matanya, dia sangat terkejut karena seseorang sedang berdiri di samping tempat tidurnya sambil memegangi paha dan dadanya. Kontan dia menjerit “Tolong..!”Melihat hal ini, secara refleks Andy langsung menutup mulut Elisa dengan tangan kanannya, dan dia juga segera tidur tertelungkup di atas tubuh Elisa supaya Elisa tidak melarikan diri. Namun Elisa juga tidak menyerah begitu saja, dia terus berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman Andy, kedua tangannya terus sembarangan pukul, dan kedua kakinya juga terus-menerus menendang.Selama kira-kira lima menit, Elisa terus meronta dan meronta, namun biar sekuat apapun dia memukul dan menendang, dia tetap tidak dapat menyingkirkan tubuh Andy yang sedang menekannya dengan keras. Namun pada saat sinar bulan yang melalui jendela mengenai wajah Andy, wajah Elisa memperlihatkan ekspresi terkejut yang teramat sangat. Air mata tiba-tiba mengalir turun membasahi pipinya, dan entah kenapa, perlawanan Elisa berangsur-angsur melemah, dan pada akhirnya dia malah tidak memberikan perlawanan sama sekali, entah karena tenaganya telah terkuras habis, atau karena dia sudah pasrah akan nasibnya, atau mungkin juga karena alasan lain.Rintihan dan rontaan Elisa tadi malah membuat nafsu sex Andy semakin meningkat, dan pada saat ini nafsu sex-nya sudah mencapai tahap klimaks. Melihat Elisa yang sudah tidak memberikan perlawanan lagi, Andy langsung meremas-remas tubuh Elisa dengan kasar.Mula-mula Andy melepaskan tangan kanannya dari mulut Elisa dengan perlahan-lahan. Setelah melihat bahwa Elisa tidak berteriak lagi, dia langsung meremas-remas kedua dada Elisa yang masih terbalut BH berwarna putih itu dengan bernafsu.Tidak lama kemudian, dia pun merobek baju piyama Elisa, dan membuangnya ke lantai. Rintihan kesakitan Elisa membuat Andy semakin bergairah. Andy lalu melepaskan celana panjang Elisa dan sementara kedua tangannya tetap meremas-remas dada Elisa, lidahnya menjilat-jilat vagina Elisa yang masih terbungkus oleh celana dalam itu.Setelah selang beberapa waktu, Andy lalu menciumi bagian dada Elisa yang tidak tertutup oleh BH, sekaligus menjilatinya. Andy juga menciumi bagian leher dan bibir Elisa dengan paksa.Setelah puas menciumi Elisa, Andy lalu melepaskan BH dan celana dalam Elisa, sehingga sekarang Elisa sedang dalam keadaan telanjang bulat dan dalam posisi tidur terlentang di atas tempat tidurnya.Melihat kedua dada Elisa yang besar dan berisi, serta vaginanya yang dipenuhi oleh bulu-bulu halus, Andy tidak dapat menahan dirinya lebih lama lagi. Dia langsung melepaskan baju, celana, dan celana dalamnya, sehingga mereka berdua sekarang dalam keadaan telanjang bulat.Tangan kiri Andy lalu meraba-raba vagina Elisa, sementara tangan kanannya memutar-mutar puting susu Elisa. Perbuatan Andy membuat tubuh Elisa sedikit bergetar karena saking gelinya. Tidak lama kemudian, Andy merasakan vagina Elisa mulai basah dan mengeluarkan cairan.Andy lalu menusukkan batang penisnya ke dalam vagina Elisa. Tindakan ini, membuat Elisa menjerit kesakitan, namun Andy sudah tidak peduli lagi. Walaupun Elisa menangis terisak-isak, Andy tetap saja mencengkram kedua dada Elisa sambil memompa vaginanya dengan keras. Andy yang sekarang sudah kehilangan akal sehatnya dan sudah dikuasai oleh hawa nafsu. Sekarang tujuannya hanya satu, yaitu menyetubuhi gadis yang sekarang sedang tidur terlentang di hadapannya.Namun entah karena rasa takut atau malu, Elisa berusaha untuk menahan dan memperkecil suara teriakannya. Sementara itu, Andy terus menggerakkan pantatnya naik turun sesuai irama. Rintihan kesakitan Elisa hanya membuatnya semakin bersemangat.Walaupun penis Andy sedang melakukan tugasnya keluar masuk vagina Elisa, tangannya juga tidak tinggal diam. Kedua tangannya terus meremas-remas kedua dada Elisa dengan keras, sehingga kadang-kadang Elisa merintih. “Ahh.. sakit bang.. AHH.. jangan bang..”Setelah memompa vagina Elisa selama kira-kira 15 menit, Andy akhirnya menyemburkan spermanya ke dalam vagina Elisa, membuat Elisa menjerit tertahan.Biasanya setelah ejakulasi penis Andy akan menjadi lemas dan mengecil, dan dia juga akan terduduk lemas, akan tetapi karena ini adalah pertama kalinya Andy melakukan sex nyata dengan seorang wanita, sehingga penisnya tetap saja menegang, dan rasanya dia masih punya kekuatan untuk melakukannya sekali lagi, atau bahkan mungkin dua kali lagi.Namun Andy tidak ingin terburu-buru, dia ingin menikmati malam ini hingga sepuas-puasnya. Andy lalu memain-mainkan kedua dada dan puting susu Elisa. Mula-mula dia meremas-remas dada Elisa, seperti tukang susu yang sedang memerah susu sapi. Lalu dia memutar-mutar puting susu Elisa, dan menjilatinya serta menghisapnya.Mulut Andy menghisap-hisap dada sebelah kiri Elisa, sedangkan tangan kanannya meremas-remas dada Elisa yang satu lagi. Lalu tangan kirinya digunakan untuk meraba-raba paha dan vagina Elisa.Gerakan Andy yang makin lama makin mengganas itu membuat Elisa merintih dan meronta. “Jangan bang.. cukup bang.. ahh.. Akhh.. sakit bang..” Namun Andy tidak peduli. Andy dengan tubuhnya yang lumayan kekar itu tetap menekan tubuh Elisa, sehingga dia tidak bisa banyak bergerak.


Setelah menghisap puting susu Elisa selama beberapa saat, Andy lalu menurunkan kepalanya sampai sejajar dengan vagina Elisa, dan diapun mulai menjilat-jilati vagina Elisa. Mula-mula Andy menjilati bagian luar vagina Elisa. Kemudian secara perlahan-lahan dia pun mulai menjilati bagian dalam vagina Elisa, sambil sesekali menusuk-nusukkan lidahnya kedalam vagina tersebut.Gerakan lidah Andy yang semakin mengganas itu membuat Elisa merintih dan mengerang. “Ah.. geli bang.. Ahh.. Ahh.. AHH.. jangan.. bang..”Setelah puas menjilati vagina Elisa, Andy lalu mengangkat kedua kaki Elisa dan meletakannya di atas kedua pundaknya. Andy lalu kembali menusukkan penisnya ke dalam vagina Elisa dan menekan kedua paha Elisa hingga menyentuh kedua dadanya sendiri, lalu Andypun mulai memompa vagina Elisa lagi.Melihat hal ini, Elisa berusaha untuk menolak tubuh Andy. Namun tenaganya saat ini sudah terkuras habis, sehingga dia hanya pasrah saja, sambil sesekali merintih dan mengerang.Mula-mula pantat Andy bergerak maju mundur dengan perlahan, dan gerakannya sedikit demi sedikit dipercepat. Namun sesudah lebih dari 10 menit, pantatnya digerak-gerakkan dengan cepat dan kasar, sehingga suara rintihan Elisa terdengar semakin keras dan terputus-putusTidak lama kemudian, Andy pun menembakkan spermanya ke dalam vagina Elisa untuk yang kedua kalinya.Walaupun sudah berejakulasi untuk yang kedua kalinya, namun nafsu sex Andy tetap saja tinggi. Dia lalu mengganti posisi Elisa dan mulai memompa vaginanya lagi, sambil meremas-remas kedua dadanya.Kali ini Elisa tidak merintih dan meronta lagi, badannya tergeletak lemas di atas ranjang. Dia merasakan dada dan vaginanya sudah mati rasa. Matanya menatap ke atas rembulan yang sedang menggantung di langit malam. Pandangannya menerawang jauh..Keesokan harinya, kedua orang tua Andy beserta adik-adiknya akhirnya pulang dari rekreasi. Teman Elisa yang satu lagi juga telah tiba di rumah Andy.Namun Elisa sepertinya tidak mengatakan hal tersebut kepada siapa-siapa, termasuk teman sekamarnya, soalnya semua orang melakukan kegiatan sehari-harinya seperti biasanya, dan setiap kali Andy berpapasan dengan Lidya, teman sekamar Elisa, Lidya selalu tersenyum kepadanya, seakan-akan antara Andy dan Elisa tidak pernah terjadi apa-apa.Satu hal yang berubah adalah, Elisa selalu berusaha untuk menghindari Andy, sama halnya dengan Andy, setiap kali melihat Elisa, dia juga selalu berusaha untuk menghindar.Lima hari kemudian, Elisa tiba-tiba mengatakan bahwa dia hendak pindah ke tempat lain. Hal ini tentu saja mengejutkan semua orang. Sewaktu ditanya alasannya, dia hanya berkata bahwa tempat kosnya yang baru lebih dekat dengan kampusnya, dan Lidya juga ikut pindah bersamanya.Setelah Elisa pindah keluar, Andy masuk ke kamar itu lagi. Dia melihat-melihat ruangan itu sejenak, kemudian saat dia hendak melangkah keluar, dia melihat keranjang sampah kecil yang terletak di sudut ruangan hanya terdapat tiga gumpalan kertas. Karena penasaran, Andy lalu mengambil tiga kertas tersebut, dan diluruskannya kertas-kertas itu.Kertas yang pertama hanya berisi coret-coretan yang tidak penting. Sedangkan kertas yang kedua dan ketiga merupakan sobekan dari sebuah diari. Kertas yang kedua hanya berisi tentang perjalanan Elisa dari rumahnya sampai ke rumah Andy. Sedangkan saat Andy selesai membaca kertas yang terakhir, tanpa disadarinya, air matanya mengalir turun membasahi pipinya. Hatinya serasa bagaikan disayat sembilu.Isi kertas yang terakhir adalah sebagai berikut: “lalu saat saya sedang memasak indomie di dapur, tiba-tiba seorang cowok membentakku. Saya sangat terkejut. Tapi setelah kami berbincang-bincang, rupanya dia adalah anak pemilik rumah ini, namanya Andy. Menurutku orangnya lumayan cakep, dan entah kenapa, sewaktu saya berbincang-bincang dengannya, rasanya ada sebuah perasaan aneh muncul di hatiku. Siang itu tidak ada hal yang istimewa, dan malamnya saya makan malam bersama Andy dan tantenya.Setelah makan malam saya langsung kembali ke kamar dan membaca buku sampai lupa waktu. Malam ini haid saya datang lagi, sungguh membuatku kesal. Akan tetapi, mungkin saya juga harus berterima kasih kepadanya, karena saat saya keluar dari toilet, saya berpapasan dengan Andy. Saya hanya tersenyum kepadanya karena badan saya sudah lemas gara-gara haid, padahal sebenarnya saya ingin berbincang-bincang banyak dengannya.


Kenapa ya setiap kali bertemu dengan Andy, jantungku selalu berdebar keras? Apakah mungkin, saya jatuh cinta kepadanya? Wah, jadi malu nih. Baiklah, besok saya pasti akan mengajaknya ngobrol. Semoga besok cepat datang.”
Share:

Cerita Sex Ngewe Dengan Cewek Hypersex Baru Dikenal


Di akhir pekan kali ini, aku sedang berniat untuk berbelanja kebutuhan di rumah. Memang aku masih bujangan dan hanya tinggal dikontrakan, tapi selagi bisa, aku lebih memilih untuk belanja dan masak sendiri supaya lebih hemat. Aku pun mendatangi pusat perbelanjaan yang terletak di suatu Mall di dekat rumah. Dengan mengendarai sepeda motor ku, tidak sampai 15 menit aku sudah sampai. Bergegas aku menuju tempat belanja berbekal kertas kecil berisikan daftar belanja yang sudah aku siapkan dirumah.Meski akhir pekan, tapi Mall tersebut tidak terlalu ramai. Mungkin karena hari pun masih terbilang siang, pukul 11. Aku yang sudah selesai berbelanja, berniat untuk bersantai sejenak sambil berkeliling di dalam mall. Begitu aku sedang berjalan di depan restauran jepang, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundakku dan membuat ku segera menoleh. “Mas, maaf, boleh pinjam handphone sebentar gak? Handphone aku hilang nih…” ternyata seorang wanita muda, usia sekitar 20 tahunan dengan muka sedikit pucat dan panik.Aku terdiam mendengar permintaan wanita tersebut, “Jangan-jangan orang ini mau menipu…” pikirku dalam hati. Tapi aku tidak mau berburuk sangka, ku beri pinjam saja handphoneku. Toh hape sudah jelek, kalau diambil pun belum tentu laku dijual pikirku. “Oh, boleh, Mbak. Ini…” Ujar ku sambil memberikan hapeku. Ku perhatikan wanita itu, cantik sekali sebetulnya. Kulitnya yang putih dengan hidung mancung dan mata yang tidak terlalu besar, ditambah rambut ikalnya berwarna coklat gelap dengan panjang sebahu. Begitu cantik memesona.


Wanita tersebut mengambil hape dan langsung memencet nomer dan menelepon. Sepertinya ia berusaha menghubungi handphonenya yang hilang tersebut. Terlihat beberapa kali ia mencoba menelepon, namun sepertinya usahanya sia-sia.“Memang terakhirnya handphoneya masih ada pas dimana, mbak?” tanya ku mencoba menenangkan wanita itu yang makin terlihat panik.“Tadi di parkiran sih masih ada, mas. Sepertinya dicopet orang sih…” Jawabnya getir.“Sudah coba lapor satpam?”“Sudah, Mas. Katanya nanti diberi tahu kalau ada yang nemuin…” Jawabnya lagi dengan nada memelas.


Ia pun putus asa dan mengembalikan hapeku. “Ini mas, terima kasih ya Mas…” Aku hanya mengangguk sambil memasukan hapeku ke dalam saku celana. “Duduk dulu sambil minum yuk, Mbak. Biar tenang sedikit, mbak keliatannya panik banget. Nanti kalau sudah tenang, kita cari bareng-bareng. Aku temenin deh.” Tawarku padanya.Seperti sapi yang dicocokan hidungnya, wanita itu hanya mengangguk dan mengikutiku. Kami berdua pun mampir ke foodcourt mall tersebut dan memesan minum. Aku pun berusaha menghibur wanita yang ku ketahui bernama Sabrina itu. Ia masih kuliah di salah satu universitas swasta di Jakarta Barat. Awalnya ia ke mall ini hendak menjual hape tersebut, tapi naas nasib malah membuat hape itu hilang sebelum sempat dijual.Setelah ngobrol sekitar satu jam, Sabrina pun terlihat lebih tenang. Pucat dan panik di wajahnya mulai berkurang. Nada bicaranya pun sudah terlihat lebih santai. “Ya mungkin emang bukan rejeki aku, mas. Terima kasih banyak ya mas udah mau nolong pinjemin hape tadi, sampe nemenin aku minum disini. Makasih banyak ya mas.” Ucapnya dengan tulus.Aku mengangguk sambil tersenyum, “Udah seharusnya saling bantu, kan?” Sabrina mengangguk. Waktu sudah menunjukan pukul 3:30 sore. Aku pun memutuskan untuk pulang sebelum jalanan macet karena akhir pekan.“Sabrina, aku pamit pulang duluan ya. Sudah sore, khawatir nanti jalanan macet hehehe…” Pinta ku.“Oh iya, mas. Kalau gitu bareng aja, aku juga mau pulang kok…” Balasnya.Kami berdua pun berjalan bersama sampai ke parkiran. Sabrina membawa motor juga, jadi aku tidak perlu repot menawarkan untuk mengantarnya hehehe.“Kamu pulangnya ke mana?” tanyaku.“Pulang sih jauh mas. Aku mau ke kosan temen aja paling di deket sini. Kalau mas pulang kemana?”“Oh begitu, aku juga ngekos kok. Di belakang gedung itu…” Kata ku sambil menunjuk gedung perkantoran yang ada di dekat mall tersebut.“Wah, deket dong dengan kosan temenku. Bareng aja jalannya mas kalau gitu…”Aku mengiyakan permintaan Sabrina. Kami pun jalan beriringan sampai ke depan kosan temannya yang berjarak 50 meter dari kosanku.“Sudah sampai nih, aku langsung ke kosan ya, Na.” Ujarku.“Iya mas, kosan mas yang itu kan?” tanya Sabrina sambil menunjuk kosanku.“Iya betul, nah itu yang dilantai dua kamar paling kiri kamar aku hehehe…”“Oke deh, mas. Nanti kalau ternyata temen aku gak ada di kosan. Aku boleh main ke kosan mas gak?”“Boleh dong, silakan aja na.”Aku pun pamit dan segera ke kosan. Sampai di kosan segera aku rapihkan belanjaan yang tadi aku beli. Sembari membersihkan kamar sedikit demi sedikit. Setelah itu aku mandi untuk menghilangkan gerah dan lengket setalah berkeliling di mall dan terkena panas saat di motor tadi.Selesai mandi, saat hendak mengenakan pakaian, tiba-tiba pintu kamar ku ada yang mengetuk. “Ah, barjo nih paling. Ngapain sih?” gerutuku dalam hati, Barjo adalah teman sebelah kamarku. Ia sering sekali datang ke kamar, apalagi bila aku baru saja berbelanja, untuk menghabiskan persediaan makanan ringan yang aku simpan di kamar.“Iya, bentar.” Teriakku sambil menghampiri pintu dan membukanya. “Apaan sih, Jo…” ucapan ku terhenti saat ku lihat di depan pintu adalah Sabrina, bukan Barjo. “Eh kamu, kirain temen sebelah kamar…” ucapku salah tingkah melihat Sabrina.Sabrina hanya tersenyum, “Temen aku ternyata gak ada mas. Aku kesini deh jadinya…” “Masuk masuk, maaf ya aku baru banget selesai mandi nih…” ujar ku. Sedikit bingung juga karena aku bahkan masih mengenakan handuk, belum berpakaian sama sekali.Sabrina pun masuk ke dalam kamar dan duduk di sofa kecil yang aku letakan di pojok kamar.Aku langsung membuka lemari dan mencari pakaian. Aku tak menyadari bahwa Sabrina sudah tidak lagi duduk di sofa tapi berdiri tepat dibelakangku. Dengan sekali gerakan, Sabrina menyusupkan tangannya ke dalam handukku. Sontak aku kaget mendapati penisku diremas-remas oleh wanita yang baru saja aku kenal tadi siang. Aku langsung menoleh ke arah Sabrina, ia tersenyum nakal sekali sambil tangannya tak mau lepas dari penisku.“Aku ke kosan temen niatnya mau minta ini, mas. Tapi temenku gak ada. Kalau sama mas, boleh gak?” Tanya Sabrina dengan nada yang sangat menggoda.Aku hanya melongo sambil mengangguk kecil. Sabrina pun menarik handuk ku sampai semua terlepas. Ia mulai menciumi dadaku. Bisa dibilang ini pertama kalinya aku melakukan aktivitas seksual dimana si wanita yang memulainya dengan agresif, sementara aku hanya berdiam diri menikmati perlakuannya. Penisku pun tak kuasa menahan rangsangan yang diberikan oleh Sabrina, perlahan tapi pasti penisku mulai mengeras. Sabrina menghentikan remasannya dan melihatku dengan mata indahnya sambil perlahan menurunkan badannya. Ia jongkok sambil memerhatikan penisku. Dikocoknya pelan, lalu dijilatnya batang penisku dari pangkal sampai ujung.“Uhhh, Sabrina!” Teriak ku kecil karena geli.Sabrina memasukan kepala penisku ke dalam mulutnya. Rasa nikmatnya kembali menjalar diseluruh badanku. Kepala Sabrina mulai maju mundur dengan penisku yang menyumpal penuh mulutnya. Aku diam tak bersuara, menikmati birahi yang sudah lama tak ku rasakan. Aku hanya bisa merapihkan rambut Sabrina dan memeganginya agar tidak mengganggu aktivitasnya yang membuatku merasa terbang seperti ke awang-awang.Hampir lima menit Sabrina melayani penisku dengan mulutnya yang dihiasi bibir tipis tersebut. Aku pun memintanya untuk berdiri, lalu menciumi bibirnya. Ciuman panas antara kami berdua begitu bergairah. Bibir kami berpagutan, lidah kami saling serang satu sama lain. Aku mendorong tubuh Sabrina ke arahku agar semakin rapat. Bisa kurasakan payudaranya yang cukup besar menempel di dadaku. Terasa desiran di seluruh tubuhku saat tubuh Sabrina begitu dekat dengan tubuhku.Aku coba meremas payudaranya, Sabrina sedikit menggelinjang tanpa protes. Justru ciumannya semakin bergairah saja. Aku pun semakin bernafsu dan bersemangat. Tanpa basa-basi, aku angkat pakaian Sabrina, dan dengan sekali hentakan bra-nya yang berwarna hitam itu pun terlepas. Kini dua gundukan payudara bulat yang kencang dan indah itu dengan menantang menghadap padaku. Segera ku remas lagi ke dua payudara tersebut sambil lidahku berusaha menyapu seluruh permukaan kulit leherSabrina yang jenjang dan putih itu.“Uhhh, massssss. Hmmm, enak massss….” desis Sabrina pelan.Tanganku yang masih belum puas meremas payudara Sabrina berusaha untuk menurunkan celananya yang berwarna biru tua itu. Setelah kancing celana aku buka dan kuturunkan sedikit, selebihnya aku gunakan kakiku untuk menurunkan sepenuhnya celana Sabrina. Terlihat celana dalamnya yang berwarna putih memiliki bercak basah disekitar area vaginanya.“Sudah nafsu sekali sepertinya wanita ini…” Gumamku dalam hati.Kali ini bagian ku. Aku menurunkan tubuhku dan bertumpu pada lututku. Ku ciumi paha Sabrina yang jenjang dan sangat mulus itu sambil tanganku meremas pantatnya yang cukup keras itu. Sabrina menggelinjang dengan desisan pelan sambil meremas kepala dan rambutku. Aku turunkan celana dalam Sabrina. Terlihat vaginanya yang merah merekah tanpa sehelai bulu kemaluan. Begitu basah, namun harum yang membuatku tak sabar untuk menikmatinya.Ku geserkan sedikit kaki Sabrina agar bibir dan lidahku mudah menjangkau vaginanya tersebut. Sabrina hanya menurut. Ku usapkan lidahku di bibir vaginanya yang tebal itu. “Aahhh mas!” Teriak Sabrina. Ku mainkan terus lidahku di klitorisnya yang sudah membesar tersebut. Ku rasakan tubuh Sabrina bergetar. Mungkin karena memang berdiri tanpa sandaran, dan perlakuanku padanya membuat kaki kakinya menjadi semakin lemas dan bergetar seiring nikmat yang ia dapatkan di vaginanya dari lidahku. Sesekali kususupkan kedua jariku ke dalam vaginanya. Erangannya pun semakin menjadi, ditambah tangan ku yang satu lagi tak henti hentinya meremas pantatnya yang begitu seksi.“Mas… Aku mau keluar, Mas…. Uhhhhh….” Desis Sabrina sambil meremas rambutku makin kencang.Tidak lama berselang, Sabrina pun mencapai orgasmenya yang pertama dengan ku. “Aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh, massssssssssss…… Aku keluarrrrr masss uoooohhh….!” Teriaknya. Sabrina menikmati orgasmenya yang pertama dengan tubuh sedikit menunduk dan tangannya bertumpu di kedua pundakku. Aku hanya melihat ekspresi mukanya yang terlihat begitu menikmati permainanku dan mulut yang sedikit terbuka dan mata yang tertutup rapat.“Hoooh, hoooooh…” Erang Sabrina. “Enak banget, Mas… Aku pertama kali loh keluar lagi berdiri gini, sumpah lemes abis….” Kata Sabrina.Aku tersenyum sambil berdiri dengan tangan ku yang masih mengelus elus vagina Sabrina.“Baru pakai lidah sama jari aja udah lemes, gimana kalau pakai ini?” Tanyaku pada Sabrina sambil menarik tangannya dan meletakannya di penisku yang masih menegang dari tadi.Sabrina lalu membuka matanya dan kembali melihatku dengan tatapan nakalnya. Tangannya mengocok pelan penisku.“Hmm, ga tau sih. Gimana kalau dicoba aja langsung?” pinta Sabrina nakal.Aku mengangguk pelan sambil tanganku mencoba membuka laci lemari yang ada di belakangku dari tadi. Ku cari kondom yang masih kusimpan dengan baik dari pertemuanku dengan Niken sebelumnya. Kondom berwarna merah yang tipis ini sepertinya akan menjadi andalanku untuk setiap pergulatan dengan wanita-wanita yang haus birahi seperti Niken dan Sabrina ini.“Tipis banget, gak takut bocor mas kondomnya?” Tanya Sabrina dengan bingung, tapi tangannya tetap meremas penisku.“Gak kok, malah enak kan kalo tipis, jadi gak berasa lagi pake…” Jelasku sambil memasangkan kondom ke penisku.Sabrina hanya mengangguk sambil menciumi dadaku. Setelah kondom terpasang, aku membalik tubuh Sabrina agar memunggungiku dan mendorong tubuhnya. Posisi doggy style sambil berdiri bisa dibilang posisi kesukaanku. Sabrina pun sepertinya mengerti apa yang aku inginkan. Ia menungging sambil tangannya bertumpu ke meja yang ada tepat di depannya. Ku ludahi sedikit tanganku dan ku usapkan di vagina Sabrina. Tanganku yang satu mengarahkan penisku agar bisa semakin mudah menerobos masuk vagina Sabrina yang terlihat begitu nikmat. Ku masukan kepala penisku sedikit demi sedikit ke dalam vagina Sabrina. Dari kaca yang ada di meja, aku bisa melihat wajah Sabrina yang penuh nafsu dan birahi, menikmati setiap senti penis ku yang masuk ke dalam lubang kewanitaannya. Sabrina melenguh pelan saat penisku pun sudah masuk seluruhnya ke dalam vaginanya yang kesat itu.“Masss, nikmat masss… Genjot terus massss….”Aku pun menggenjot perlahan vagina Sabrina. Aku ingin penisku bisa merasakan tiap permukaan di dalam vagina Sabrina yang hangat itu.Saat pinggulku sibuk menggenjot, tanganku menepuk keras dan meremas pantat Sabrina bergantian. Posisi menunggangi kuda yang liar yang pernah aku lakukan sepertinya. Dari kaca di meja juga aku bisa melihat payudara Sabrina yang menggantung dan bergoyang seirima dengan genjotanku di vaginanya. Pemandangan yang sungguh membuat ku ingin terus merasakannya dalam waktu yang sangat lama. Kami bertahan hampir sepuluh menit dengan posisi itu sampai akhirnya aku merasakan dorongan dari dalam penisku yang mendobrak ingin keluar dengan cepat.“Aku mau keluar nih, Na…” Lenguhku pelan.“Keluarin di mulut aku dong, Masss…” Pinta Sabrina.


Segera ku cabut penis dan kondom yang masih terpasang rapih, Sabrina langsung mengambil posisi berjongkok di depan ku dan membuka mulutnya lebar. Ku kocok cepat penisku sampai dorongan yang ada tidak bisa lagi ku tahan.“Aku keluarrrrrr” crot crot crot, begitu banyak sperma yang menyemprot keluar dari dalam penisku dan memenuhi wajah Sabrina. Sperma putih kental seperti susu itu menutupi mata, hidung dan pipi Sabrina. Beberapa juga masuk langsung ke dalam mulutnya dan ditelan cepat sampai habis.Sabrina memasukan penisku ke dalam mulutnya dan membersihkannya dengan lidah, dihisapnya sampai habis seluruh sperma yang tersisa di kepala penisku. Setelah itu baru ia mengusap sperma yang ada di wajahnya dengan tangan lalu memasukan sperma tersebut ke dalam mulutnya. Benar-benar haus sperma wanita ini, pikirku. Sabrina tersenyum sambil tertawa kecil saat menikmati spermaku.“Enak sekali mas, suka deh sama sperma kamu…” ucap Sabrina manja sambil mengusap usap penisku yang masih tegang.“Sebentar ya, Mas…” Sabrina berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.Aku mengiyakan lalu menuju tempat tidur. Pergulatan dengan posisi berdiri lebih membuat letih ternyata. Dan aku pun masih belum habis pikir bisa menikmati tubuh Sabrina. Sabrina pun keluar dari kamar mandi masih tanpa busana. Ia tersenyum melihatku yang sudah berbaring di kasur dan menghampiriku, ia pun berbaring di sampingku.“Capek, ya?” Tanya Sabrina sambil mengecup pipiku.“Yah, lumayan deh. Pegel juga berdiri, hahhaa.”Sabrina tertawa mendengar penjelasanku dan memelukku kemudian. Kepalanya disandarkan di atas dadaku. Sungguh posisi yang romantis dan membahagiakan setelah bercinta.“Ngomong-ngomong, pacar kamu pasti marah sekali ya mas kalau tau kita begini…”“Hah? Aku gak punya pacar kok, Na. Mungkin pacar kamu yang tinggal dikosan sebelah…”“Dia sih bukan pacarku mas, emang TTM aja, ketemu kalau ada maunya aja hehehe…”“Oh gitu, wah enak dong. Aku juga mau kalau jadi TTM kamu…”“Yang bener mas? Asik!” Sabrina terlihat senang sekali mendengar pengakuanku yang ingin menjadi TTMnya.Sabrina kembali mengelus elus penisku yang sudah lemas. Sepertinya nafsu birahinya kembali meninggi.“Mau lagi ya?” tanya ku.“He’eh.” Jawab Sabrina mengangguk sambil tersenyum manja melihatku. “Kondom yang tadi masih ada gak?” Tanyanya.“Ada tuh di laci, ambil deh…” Perintahku.Sabrina langsung beranjak ke lemari dan mencari kondom tersebut di lemari. Bukan hanya takut bila sampai hamil, tapi aku tetap berusaha untuk menggunakan kondom setiap berhubungan badan untuk menghindari penyakit. Sabrina pun membawa beberapa kondom yang aku simpan di laci. Diletakannya disamping bantal di sebelah ku.“Tapi belum tegang nih, gak bisa dipakein dong…” kata Sabrina melihat penisku yang masih lemas.“Iya sih, mungkin kalau diciumin sama kamu, dia bakal bangun lagi…” Pintaku nakal.Sabrina mengerti mauku. Ia tersenyum dan merapihkan rambutnya lalu menuju penisku yang masih lemas itu. Dengan sekali tangkap, penisku sudah masuk seluruhnya ke mulut Sabrina. Ia kembali menjilat batang penisku, menghisap penisku kuat kuat dan menjilati bagian buah zakarku. Begitu nikmat, atau sangat nikmat sepertinya. Permainan lidah Sabrina sukses membuat penisku kembali berdiri. Ku ambil satu kondom yang ada di sampingku dan membuka bungkusnya. Ku berikan kepada Sabrina untuk dipasangkan.Setelah terpasang kembali dengan rapih. Sabrina lantas bangun dan mencoba duduk di atasku. Dipegangnya penisku dan diarahkannya ke dalam vaginanya yang masih basah sepertinya. Sekali hentakan kencang, vagina Sabrina pun terisi penuh oleh penisku yang sudah keras dan membesar itu. Sabrina membuka lebar mulutnya merasakan desakan kuat dari penisku yang ingin menjelajahi vaginanya lebih dalam.“Hoooooh, kontolmu nikmat sekali rasanya mas! Aku sukaaaaaa!” teriak Sabrina.Aku tidak menyauti perkatannya, tanganku sudah sibuk meremas kedua payudaranya yang bergantung indah di dadanya. Terasa begitu nikmat kempotan vagina Sabrina di penisku. Sungguh nikmat yang tiada tara, mungkin vagina Sabrina ini lebih nikmat dari vagina Niken.“Uhhh, masss, nikmatttt masssssss, entoti aku terus masssss…” racau Sabrina sambil memainkan rambutnya. Terlihat begitu sensual nan erotis. Nafsuku pun semakin bangkit dan tak tertahankan.Ku tarik Sabrina dan ku putar posisiku agar aku yang diatasnya tanpa melepaskan penisku yang masih tertanam di dalam vaginanya.“Genjot mas, nikmati aku massss. Nikmattttttt….” seru SabrinaAku genjot kembali vagina Sabrina dengan liar dan cepat. Ku hantamkan penisku berkali kali keluar masuk vaginanya yang semakin merekah dan basah.“Uhhh, aku mau keluar nih masssss…” Desis Sabrina.“Sabar sayang, aku juga, sebentar lagiii…” Kata ku berbisik di telinga Sabrina. Lalu ku kecup leher dan kujilati lehernya sambil pinggulku masih sibuk menggenjot Sabrina.“Arrrgggghh, masssss arrrrrrggghhhhh..” Desah Sabrina mendapati vaginanya yang begitu nikmat dimasuki penisku dan sapuan lidahku di lehernya yang menambah rasa geli namun nikmat itu.“Massssss, gak tahan masss, aku mau keluar masssss…..” Pinta Sabrina memelas.“Aku juga sayangggg…” Ku percepat genjotan penisku dan ku fokuskan nikmat dipenisku agar ku bisa cepat keluar untuk mengimbangi permainan Sabrina.“Aaaaahhh masss! Aku keluarrrrrr arrrggggghhhhhhhhh….” Erang Sabrina kencang.“Aku jugaa sayanggggg arrrggggggghhh!!!” Crot crot crot, tersemburlah sperma ku untuk yang kedua kalinya. Kali ini di dalam vagina Sabrina meski tertahan kondom tipis itu.“AAAAAAAAAAAAAHHHHHH NIKMAT MASSS!!” Sabrina menarik dan memelukku. Ku rasakan tangannya sedikit mencakar punggungku, mungkin ia tak bisa menahan nikmat yang ia rasakan.Aku pun terkulai lemas di samping Sabrina. Penisku langsung lemas setelah orgasme yang kedua ini. Sabrina pun terlihat lemas berkeringat dan nafasnya begitu tersengal berat.


Sejak saat itu, aku dan Sabrina resmi berhubungan meski sekedar TTM. Sabrina meninggalkan TTMnya yang tinggal di dekat kosanku dan lebih memilih untuk selalu bersama ku. Sabrina yang cantik ini selalu sanggup memuaskan hasrat seksualku kapanpun aku mau.
Share:

Cerita Sex Aku Mengahmili Bunda Aku Sendiri


Perkenalkan namaku Terry usiaku 18 tahun dengan tinggi badan 172 cm dan berat 70 kg. Aku sendiri adalah anak tunggal. Saat ini aku baru saja lulus dari salah satu SMA di kota Surabaya dan sedang belajar intensif untuk menghadapi ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri. Papaku bernama Martin Tan adalah seorang pengusaha keturunan Tionghoa berusia 41 tahun dengan postur tinggi 175 berat 72 kg. Sedangkan Bundaku yang bernama Asifa Khan adalah wanita keturunan Pakistan berusia 39 tahun dengan postur tinggi 170 cm dan berat 68 kg bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga namun juga memiliki bisnis online baju-baju perempuan yang ia jalankan dari rumah. Percampuran darah Tionghoa-Pakistan inilah yang akhirnya berpengaruh pada fisikku. Aku mewarisi mata sipit khas Tionghoa dari Papaku dan juga hidung mancung khas Pakistan dari Bundaku.Cantik. Itulah kata pertama tiap teman-temanku melihat Bunda. Mereka selalu berkomentar seperti itu karena paras Bundaku memang rupawan seperti artis Bollywood. Di usianya yang mendekati 40 tahun, kulit Bunda masih terlihat kencang, juga putih dan mulus. Buah dadanya menonjol besar berukuran 36D, pantatnya bahenol, hidungnya yang mancung, sedangkan rambutnya pendek sebahu sehingga lehernya yang jenjang terlihat begitu seksi.Awalnya aku tidak menaruh perasaan apa-apa, namun semua berubah ketika aku nyelonong masuk ke dalam kamarnya pada suatu hari. Aku kaget sebab di dalam ternyata ibu sedang berganti baju. Terlihat ia hanya mengenakan kutang hitam serta celana dalam hitam yang melekat pada tubuh seksinya. Pemandangan yang menggiurkan sekali.


Lama aku menatapnya. Begitu juga dengan Bunda. Kami sama-sama bengong karena saking kagetnya. Namun, aku sadar duluan. Begitu malu, aku pun langsung menutup kembali pintu kamarnya.Tak lama, Bunda yang telah selesai memakai pakaian, keluar dan menghampiriku yang sedang duduk di kursi sambil menonton tv. Aku pun segera meminta maaf.“Maaf, Bun. Tadi nggak sengaja.”Dia tersenyum. “Iya, nggak papa. Bunda dah tau kok.” Ia berbuat seolah-olah kejadian itu tidak pernah terjadi sehingga membuatku menjadi lega.Setiap pagi aku melihat Bunda menyapu dan mengepel rumah. Aku sering melihat dua susu montoknya bergelayutan indah di balik baju longgar berbelahan rendah yang sering ia kenakan. Sungguh pemandangan indah walaupun melihat hal itu membuatku tersiksa akibat harus menahan konak dan gelora birahi.


Jika Bunda sedang menyapu atau mengepel rumah, aku sering iseng. Sengaja aku biarkan kakiku berada di lantai walaupun berkali-kali Bunda menyuruhku menaikan kaki ke atas kursi, dengan sengaja aku tidak menuruti perintahnya. Hal tersebut sering membuat Bunda agak kesal walaupun ia tidak pernah marah, ia hanya mencubit pahaku jika aku sudah berbuat demikian.Aku sih senang-senang saja dicubit olehnya karena jadi punya alasan untuk membalas. Kalau dua mencubit, kubalas dengan menggelitik pinggang Bunda sampai akhirnya kami berdua duduk sambil tertawa bersama di sofa. Ketika aku menggelitik pinggangnya, ibu sering meronta ke sana ke mari sehingga jari-jariku bisa menyentuh susu montoknya secara tidak sengaja. Badannya juga sering pula berlabuh di pangkuanku akibat kegelian karena aku gelitik. Posisi demikian membuatku gelisah sebab aku takut kontolku yang mengeras tegang diketahuinya.Aku tidak pernah menyangka bahkan tidak pernah merencanakan untuk bersetubuh dengan Bundaku sendiri. Selain seleraku lebih tertuju pada gadis muda seperti teman sekolahku Reva, aku pun menghormati ia sebagai perempuan yang sudah melahirkanku ke dunia. Tapi ternyata apa yang aku bayangkan menjadi kenyataan, aku menggauli Bundaku hampir setiap hari, setiap ada kesempatan.Kejadian awal bermula ketika Papa pergi dinas ke luar kota selama seminggu. Rumah jadi sepi, hanya tinggal aku berdua bersama Bundaku. Seperti pagi-pagi biasanya, ibu menyapu lantai dan mengepel rumah. Aku yang duduk sambil menonton tv kembali iseng dengan tak mau menaikkan kaki. Bunda yang menyaksikan ulahku itu langsung mengomel.“Aduh, sayang, kamu bandel amat sih!” ucapnya sambil mengeluarkan jurus mencubit pahaku.Aku yang mendapat serangan, tentu tak tinggal diam. Kubalas menggelitik pinggangnya. Bunda tertawa kegelian sambil menggelinjang tak karuan. Akhirnya ia memeluk pinggangku erat-erat dengan kepala berada tepat di perutku. Posisi demikian membuat kontolku yang sudah tegang dan keras tertindih oleh susunya yang montok. Sungguh membuat darahku berdesir. Birahiku menjadi naik namun masih dapat aku kendalikan.Masih dalam posisi demikian, Bunda akhirnya menyerah dan memintaku menghentikan gelitikan. Aku pun berhenti. Ia kemudian melepas pelukannya pada pinggangku, lalu ia bersandar di kursi sambil terengah-engah kecapekan. Tampak keringat membasahi wajahnya yang cantik. Aku terpana melihatnya, Bunda nampak seksi dan bercahaya.Ia mengusap-usap lembut kepalaku sambil tetap duduk bersandar. Aku pun tak tinggal diam, aku lap keringat di wajah dan keningnya. Ia tersenyum manis melebihi biasanya. Tiba-tiba entah dorongan dari mana, aku berani mencium kening Bundaku sendiri. Yang aku rasakan, secara tiba-tiba aku menjadi sayang kepada Bunda dan menjadi ingin lebih dekat dengannya.Mendapat perlakuan demikian, Bunda tidak marah. Malah ia menyentuh lembut pipiku dan tanpa kusangka diteruskan dengan mencium lembut bibirku. Mendapat rambu tersebut, aku pun balas mencium bibirnya sampai akhirnya kita saling berpagutan.Awalnya memang ciuman biasa, tapi setelah cukup lama, tiba-tiba lidah Bunda menerobos masuk ke dalam mulutku. Hal tersebut tidak aku sia-siakan, cepat kuusap-usap lidahnya dengan lidahku dan mengenyot lidahnya lembut. Bunda melingkarkan kedua tangannya melingkari leherku, membuat tanganku mulai berani menjamah susunya yang montok. Sambil tetap berciuman, kuusap memutar dan kuremas-remas lembut susu Bunda.“Sssssshhhhhh eeeehhhhmmmm…” desahnya.Terasa hangat hembusan napas ibu saat ia melepas bibir bawahnya untuk menarik napas. Ciuman kami sudah semakin panas, juga bertambah liar dan basah. Tak cuma bibir, aku juga mencium dan menjilati leher Bunda yang basah oleh keringat dan juga anting-anting emasnya yang cantik. Bunda menjadi semakin bernafsu, tangannya tak lagi melingkari leherku, melainkan sudah meremas-remas kepala serta rambutku.Secara perlahan, kubuka kaos putih yang ia pakai. Tampak kutang hitam favoritnya yang pernah aku lihat tempo hari. Bunda hanya diam, pasrah, bahkan cenderung meminta. Segera aku jilati bagian atas susunya yang tidak tertutup kutang. Kuhisap dan kukenyot-kenyot perlahan hingga membuat Bunda menjadi gelisah karena birahi yang semakin memuncak.“Buka saja, sayang!” Dia mendesah, memintaku agar segera menelanjangi dirinya.Dengan tangan gemetar kubuka kutang itu untuk memudahkanku memainkan bulatan susunya. Kulit Bunda yang putih membuat areola yang melingkar di tengah susunya tampak menggiurkan; berwarna coklat muda kemerah-merahan. Namun sayang, putingnya kecil sehingga hanya sedikit menonjol walaupun sudah menjadi keras di tengah susunya yang padat dan kenyal.“Cuma mau megang? Nggak mau nyium?” tawar Bunda.Mengangguk mengiyakan, aku langsung menghisap, menjilat, dan mengenyot-ngenyot dengan lembut susu serta putingnya. Bunda bergerak-gerak gelisah menandakan birahinya sudah semakin memuncak, sampai akhirnya tangannya sudah berada di atas kontolku di luar celana pendek yang kukenakan.Bunda mengusap-usap kontolku sedikit kasar. Namun, walau mendapat perlakuan demikian, aku tetap liar memainkan lidah dan mulutku pada kedua susunya yang montok, kenyal, serta padat itu.Bunda kemudian berdiri melucuti rok pendek dan menurunkan celana dalamnya sendiri. Tampak memeknya begitu tembem tanpa ada bulu sedikitpun.“Wow, seksinya!” bisikku dalam hati.Ia kemudian memintaku berdiri dan langsung menurunkan celana pendekku langsung beserta celana dalamnya, kontolku yang berukuran 20 cm sudah sangat keras kontan meloncat menunjuk-nunjuk ke depan. Tampak Bunda kaget melihat kontolku yang besar dan panjang, wajahnya memerah saat menatap.“Cuma dilihat doang, Bun? Nggak pengen pegang?” tanyaku balik.Bunda tersenyum. Masih dengan mata tak berkedip, ia mulai menyentuh dan mengusap-usap lembut batang kontolku. Dengan antusias ia memajukan wajah hingga kontolku menempel di bibirnya.“Eehmm… Bun!” aku merintih saat ibu mulai menciumi batang kontolku. Dan, “Oouughhhh…” aku menjerit begitu masuk terkulum mulutnya.Bunda semakin liar bermain dengan kontolku, ia terus menjilat dan memaju-mundurkan kepala. Ibu ternyata mahir juga sehingga kontolku tidak pernah menyentuh giginya. Tak terlewatkan kepala kontolku ia kenyot-kenyot lembut sambil tangannya meremas biji pelerku. Tampak ia begitu berpengalaman mengoral kelamin laki-laki.Sempat muncul berbagai pikiran dalam otakku, “Aneh, Bundaku yang terlihat seperti wanita baik-baik, yang tidak suka keluyuran serta lugu ini, begitu pandai mengoral kontol. Apa mungkin ia sering menonton film bokep ya? Atau, ia mungkin sudah sering melakukannya!”Melihat Bunda yang sudah kelelahan, kuminta dia agar duduk sambil membuka kakinya lebar-lebar. Ia pun menuruti kemauanku.Terlihat memeknya yang tembem tanpa bulu. Aku segera menjilati memek itu dengan perlahan dan lembut, mulai dari liangnya yang kecil sampai itilnya yang menonjol kaku. Hampir seluruh kulit tubuh Bunda menjadi merah ketika aku semakin cepat mempermainkan lidah dan mulutku pada belahan memeknya.“Aaaaaaaeeeeehhhhhh ssssshhhhh…” desah Bunda sambil tubuhnya tak bisa diam, terus bergerak kian kemari akibat mendapat sensasi nikmat pada lorong memeknya.Kucoba mencolokkan jari tengahku ke liang memek yang sudah sangat basah itu, peret sekali dan agak sulit. Kugerakkan perlahan-lahan sambil mulutku terus mengenyot dan menjilat, itil Bunda kurasakan sudah sangat mengeras. Dia semakin mendesah dan mengerang sambil tangannya mencengkeram agak kuat rambut serta kepalaku.“Eeeemmhhhh, ooouuuuuuhhhhh… eeessssshhhhhhh!” rintihannya membuat suasana semakin panas.Aku terus menjilat, menghisap, dan mencucup itilnya berkali-kali, terkadang dengan kenyotan agak kuat, sedangkan jari tengahku sudah semakin leluasa mengocok liang memeknya. Perlakuan demikian berlangsung hampir 15 menit hingga Bunda mencapai orgasmenya.“Aaaaaaaaahhhhh, ooooouuuuhhhhh…!” erangnya keras. Tangannya mencengkeram kuat kepalaku, menekan pada belahan memeknya yang berkedut-kedut hebat sambil tubuhnya menggelinjang ke sana-kemari.Cairan kenikmatannya menyembur deras, membasahi tangan serta daguku. Perlahan kutarik jari tengah dari dalam lubang memeknya. Terdengar nafas ibu masih terengah-engah.“Mau dilanjutkan, Bun?” aku bertanya.


Bunda hanya mengangguk, tak bisa bersuara.Kuminta dia agar menungging. Tanpa banyak basa-basi, Bunda segera berbalik dan menekuk tubuhnya, kini dia menungging di sofa. Aku berdiri di belakangnya, tersenyum, merasa senang karena bisa leluasa melakukan penetrasi ke dalam liang memeknya.Sambil tangan kananku mencengkeram pantat bulat Bunda yang bahenol, kuarahkan kontolku menuju lubang memeknya. Cukup sulit kepala kontolku memasuki lubang itu, terasa peret dan sempit sekali.“Nggak bisa masuk, bun.” aku berkata.“Dorong terus! Nanggung!” Ibu mendesah.Dengan satu dorongan kuat, aku melakukannya. Bunda membantu dengan membuka belahan memeknya lebih lebar lagi. Kutusuk sekuat tenaga hingga kontolku melesak, terbenam di liang memek Bunda yang sempit.“Aagghhhh…” kami sama-sama melenguh meski baru kepala kontolku yang masuk.“Dorong lagi, sayang!” Ibu berkata.Aku mengangguk. Dengan bantuan cairan memek dan sisa cairan orgasmenya, kontolku kembali meluncur masuk. Memek Bunda terasa mencengkeram kuat dan masih agak peret ketika kontolku sudah terbenam seluruhnya.“Kamu sudah nggak perjaka lagi, sayang. Hihi…” Bunda tertawa.Aku tersenyum. “Aku senang melakukannya bersama Bunda!”“Nah, sekarang goyang. Puaskan Bundamu ini!” Dia meminta.Dengan perlahan, aku mulai menggoyangkan pinggul. Awalnya agak sedikit kaku. Tapi dengan bimbingan Bunda dan arahan darinya, tak lama aku mulai lancar. Dari gerakan melingkar, aku pun mulai memaju-mundurkan kontolku secara perlahan. Menyetubuhinya!“Aagghhhh… terus, sayang! Tusuk yang keras! Terus!” Ibu merintih, menggelinjang keenakan.Begitu juga denganku, kurasakan liang memek Bunda sudah dapat menyesuaikan dengan kontol besar dan panjang milikku. Aku jadi lebih leluasa dalam menyetubuhinya.“Eeeemmmm eeeemmmhhh… enak! Terus, sayang!” desah Bunda.Aku semakin semangat memompakan kontol. Sambil berpegangan pada bokong bulat ibu, kutambah kecepatan ayunan sehingga bunyi plok plok plok menjadi kian gencar dan keras.“Aaaaahhhhhhh, aaaaaeeeeehhhhhh… ssssshhhhh, ooooouuuhhhh!” desah ibu seiring gerakanku yang semakin cepat.Kini kedua tanganku meremas-remas agak kuat pantat bulatnya, juga sesekali menyambar bongkahan payudaranya yang bergelantungan indah. Terdengar desahan dan erangan Bunda semakin liar membahana karena nafsu birahi, dia sepertinya tak peduli jika teriakannya akan terdengar oleh tetangga.Tampak Bunda mulai menggoyang-goyangkan pantatnya. Dengan kecepatan penuh aku kocok terus memeknya dengan kontolku.“Sayang, aku keluar! Aaaaaaooooouuuhhh, oooooouuuuuwwww, sssssshhhh!” erang ibu saat mendapat orgasme kedua.Kuhentikan gerakan sejenak, kunikmati kedutan-kedutan memek Bunda pada batang kontolku yang masih terbenam kuat. Terasa kontolku seperti diremas-remas, sungguh nikmat sekali.Ketika gelora orgasme Bunda sudah mereda, aku segera menelentangkan tubuhnya. Dengan penuh pengertian Bunda merentangkan kakinya lebar-lebar supaya aku lebih leluasa menusukkan kontolku ke dalam lubang memeknya.Bibir memeknya masih memerah. Hanya memandang sudah membuatku menelan ludah. Sungguh indah sekali. Tanpa bulu, tembem, dan merekah basah.“Ayo, sayang! Tunggu apa lagi?” kata Bunda, tersenyum.“I-iya, Bun!”Kutindih tubuhnya, kuarahkan kontolku tepat ke lubangnya yang mungil. Dengan mudah aku masuk. Sambil memeluk dan menciumi bibir Bunda, aku mulai bergerak maju mundur. Goyanganku membuat kedua susu montok ibu bergoyang-goyang turun naik. Indah sekali.“Aaaaaaeeeeehhhh, eeeehhhmmmmm, oooooouuuuuhhhh!” desah ibu.Aku terus mengocok kontol dengan cepat ke dalam liang memeknya. Terlihat mata Bunda terpejam, mulutnya menganga sambil tak henti-hentinya mengeluarkan desahan yang sangat sensual.Aku raih kedua susunya yang bergoyang-goyang indah itu. Kuremas-remas, terasa begitu montok, padat, dan kenyal. Aku terus memeganginya, mengkombinasikan remasan lembut dan cengkraman kuat sambil terus memaju mundurkan pinggul. Kontolku menembus lubang memek Bunda dengan sangat cepat.“Ooughhh, sayang! Aauughhh!” Dia menggelinjang di atas kursi. Matanya terpejam, pipinya nampak semakin memerah, sementara mulutnya menganga sambil tak henti-henti mengeluarkan desahan serta erangan.Aku yang terus memompakan kontol mulai merasakan gatal dan geli di kepala kontol, menandakan sebentar lagi orgasmeku akan segera tiba.“Aaaaaaoooouuuwwww, aaaaaaahhh… aku keluaaaar!” erang ibu, sambil memeluk tubuhku erat. Ternyata dia sudah mendahului.Hampir berbarengan dengan orgasmenya, aku pun menjerit juga. Badanku terkejang-kejang, sementara cairanku menyembur deras memenuhi liang rahim Bunda. Kami berpelukan, berciuman, menikmati saat-saat indah itu.Lama tidak ada yang bergerak, dengan kontolku tetap menancap di belahan memeknya, sampai akhirnya aku bangkit. Kucabut kontolku dari jepitan memek Bunda. Terlihat begitu banyak sperma mengalir keluar dari celah belahannya yang sempit.“Terima kasih, Bun.” Aku berbisik, kembali mencium bibirnya.“Bunda yang harusnya terima kasih.” Dia tersenyum, lalu mengajakku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.Di sana, sambil menyabuni tubuh montok Bunda, aku mendengarkan pengakuannya. Ternyata dia rela menyerahkan tubuhnya karena sudah tidak tahan lagi. Sudah setahun ini Bunda tidak mendapatkan nafkah batin yang cukup dari Papa.“Kok bisa, bun?” tanyaku sambil mengurut-urut bulatan payudaranya.“Papamu suka loyo, kontolnya kadang bisa ngaceng kadang enggak!” jawab Bunda.“Oo pantes!” Aku memeluk tubuhnya. “Kalau gitu aku siap jadi pengganti Papa. Bunda mau?”Bunda tidak menjawab. Tapi dari kakinya yang mengangkang, siap untuk kusetubuhi, aku tahu jawaban yang ia berikan. Aku pun kembali memasukkan kontolku ke memeknya yang masih licin akibat cairan kami berdua.“BLESS BLESS OHH OHH OHH!”. Erangku menahan kenikmatan.Bunda sendiri hanya hanya mendesah menikmat sodokan penisku. Aku pun mencium bibirnya, lehernya, anting-anting di telinganya dan juga kedua payudaranya yang super montok. Aku begitu bergairah pada permainan kedua ini. kusodok memek Bundaku dengan penuh nafsu.“OHH OHH OHH Bunda Nikmat Bunda OHH OHH OHH!”. Erangku padanya.“Iya sayang Bunda juga nikmat OHH OHH OHH!”. Balasnya padaku.Permainan kedua ini berlangsung cukup panas. Kami pun berganti-ganti gaya dari mulai aku misionaris, women on top, doggie style, dan juga posisi menyamping. Semua begitu nikmat dan menghanyutkan.Tak terasa 45 menit sudah berlalu. Bunda sendiri sudah 3 kali orgasme. Spermaku juga sudah terasa akan keluar. Dalam posisi misionaris ini aku pun menyodok memeknya lebih dalam lagi sampai menyentuh rahim Bunda. Setiap kontolku menyentuh pintu rahimnya aku merasakan rasa nikmat yang teramat sangat. Sempat terpikir olehku bagaimana kalau nanti Bunda hamil akibat semburan spermaku di dalam rahimnya? Namun karena sudah kepalang tanggung aku mengesampingkan hal tersebut, yang penting nafsuku harus tuntas kali ini. perkara hamil atau tidak itu urusan nanti yang penting aku ingin mendapatkan kenikmatan maksimum dari Bundaku yang cantik bahenol dan berdarah Pakistan ini.“OHH OHH BUNDA AKU MAU KELUAR TERIMALAH BENIH ANAKMU INI OHHH CROOTTT CROOTTT CROOTTT CROOTTT CROOTTT!”. Teriakku sambil menyemburkan sperma ke rahim Bunda dengan kuat.“OHH Terry SAYANG BUNDA JUGA KELUAR AHH AHH CREEETT CREEETT CREEETT!”. Sahut Bundaku yang juga sudah mencapai orgasmenya.Akhirnya aku pun ambruk menindih tubuh Bundaku. Nafasku terengah-engah karena kelelahan begitu juga dengan Bunda. Setelah lebih tenang aku mendongakkan kepalaku sedikit sambil menatap wajah Bunda. Kulihat ia begitu bahagia sekali terbukti dengan tatapan matanya yang berbinar-binar melihat anaknya berhasil memberikan kenikmatan seks padanya. Kami pun berciuman mesra sambil berpelukan erat. Entah kenapa dalam posisi seperti ini rasa sayangku pun muncul terhadap Bunda. Aku seakan tidak ingin melepaskan Bunda dariku. Aku ingin memiliki Bunda seutuhnya. Inikah yang dinamakan jatuh cinta? Ya rupanya aku jatuh cinta dengan Bundaku sendiri.“Bunda makasih ya, aku puas banget hari ini main sama Bunda”. Kataku padanya.“Bunda juga terima kasih sama kamu Jer”. Balas Bunda padaku.“Aku sayang Bunda, aku gak mau kehilangan Bunda, I love you Bunda…CUPP”. Kataku sambil memeluknya erat dan mencium bibirnya yang lembut.Bunda juga sayang kamu Terry, love you too anakku sayang…CUPP”. Timpal Bunda yang juga membalas perkataan dan juga ciumanku.Setelah berpelukan dan berciuman mesra, aku tersadar apa yang aku lakukan. Ya aku telah mengeluarkan spermaku ke rahim Bunda dengan sangat banyak selama dua ronde persetubuhan kami tadi. Bagaimana jika Bunda hamil? Lalu bagaimana dengan Papa? Karena penasaran aku memberanikan diri untuk menanyakan hal itu padanya sekarang.“Bunda”.“Iya sayang”.“Tadi spermaku aku keluarin di rahim Bunda”. Kataku merasa bersalah sambil menundukkan kepala.“Gak apa-apa sayang, namanya juga masih perjaka, wajar”. Balas Bunda sambil mengusap kepalaku dengan lembut.“Terus, kalo nanti Bunda hamil gimana?”. Tanyaku padanya.“Justru Bunda pengen punya anak lagi sayang, sebenarnya dari dulu Bunda pengen punya anak lebih dari satu, tapi tau sendiri kan Papa kamu sering sibuk sama bisnisnya, apalagi sekarang performa seksnya udah menurun jauh, makanya Bunda gak bisa ngasih kamu adik”. Curhat Bunda sedih.“Tapi Bun, kalo nanti Bunda hamil benihku terus nanti aku mau panggil dia apa? Kan dia lahir dari rahim Bunda juga sama kayak aku?”. Tanyaku bingung.“Ya berarti kamu bakalan jadi Papa sekaligus kakak buat bayi di rahim Bunda nanti, apalagi Bunda sekarang lagi subur-suburnya. Kalo spermamu bisa membuahi Bunda hari ini, tahun depan kamu bakalan dapet adik baru sekaligus jadi Papa kandungnya hihihi”. Balas Bundaku sambil tertawa kecil dengan tatapan mata berbinar-binar ke arahku.Mendengar kata “lagi subur” dari Bundaku otomatis membuat kontolku menegang kembali. Ah aku lanjut main ronde ketiga. Bunda yang menyadari pergerakan kontolku di memeknya mulai tersenyum. Dia tahu bahwa aku menginginkannya lagi.“Aduh anak Bunda, kok kontolnya ngaceng lagi sih? Gak kasian apa sama Bunda yang udah kecapean gini hihihi”. Kata Bundaku merajuk manja.“Abis sih, tadi Bunda ngomong “lagi subur”, jadinya kontolku ngaceng lagi deh OHH OHH OHH”. Balasku sambil kembali menyodokkan penisku ke dalam rahimnya.“Dasar anak nakal, yaudah tuntasin gih nafsumu sekarang sama Bunda, tapi inget ya ini yang terakhir, Bunda masih banyak kerjaan soalnya”. Sahut Bundaku.Aku pun melanjutkan permainanku. Hampir 30 menit kami bermain. Saat akan klimaks. Kucium anting-anting emas di telinganya lalu kusemprotkan sisa-sisa spermaku ke rahimnya, Bunda pun juga klimaks sambil memelukku erat-erat. Setelah permainan selesai kami pun bergegas untuk membersihkan diri di kamar mandi lalu keluar memakai baju dan beraktivitas seperti biasa. Malamnya bisa ditebak, Bunda mengajakku tidur di kamarnya tapi kami tidak “gituan” karena Bunda beralasan capek mengurus rumah seharian dan juga bisnis onlinenya. Aku pun mengerti dan hanya tidur bersama tanpa mengajaknya berhubungan seks.Semenjak peristiwa itu, aku bagaikan kecanduan seks dengan Bunda. Hampir setiap hari kami berhubungan seks layaknya suami istri bahkan ketika Papa berada di rumah. Seringkali di waktu malam ketika selesai berhubungan seks dengan Papa, Bunda seringkali menyelinap ke kamarku dan mengajakku berhubungan seks kembali karena ia beralasan Papa tidak mampu memberinya kepuasan seks yang maksimum seperti yang biasa dia nikmati dariku. Aku senang mendengarnya dan selanjutnya kami akan berhubungan seks sampai menjelang pagi dan Bunda akan kembali ke kamarnya agar Papa tidak curiga.4 bulan sudah aku dan Bunda menjalani hari-hari dengan penuh cinta. Selain menjalani hubungan terlarang dengan Bundaku, aku tetap belajar untuk mempersiapkan diri masuk PTN. Bunda ketika sehabis bercinta denganku selalu menyemangatiku untuk giat belajar agar cita-citaku tercapai. Hari ini di waktu malam tibalah saatnya pengumuman seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri. Dengan perasaan deg-degan aku masuk ke kamar dan membuka laptop dan kuaktifkan modem agar dapat membuka website pengumuman dan kumasukkan nama dan no ujianku. Aku berharap diterima di PTN di kotaku ini supaya aku tidak perlu berpisah dengan Bunda. Setelah kumasukkan semua dataku dan kulihat hasilnya ternyata aku diterima di PTN favorit di kotaku. Aku pun merasa senang sekali saat itu. Aku pun langsung keluar kamar mencari Bunda yang ada di kamarnya untuk memberitahukan kabar gembira ini.Sewaktu pergi ke kamarnya kulihat Bunda tidak ada disana. Aku langsung bergegas ke dapur dan kulihat Bunda sedang muntah-muntah di wastafel dapur. Ketika selesai Bunda langsung berbalik badan menatapku sayu dan wajahnya yang cantik itu terlihat sedikit pucat. Tanpa pikir panjang aku langsung memeluk Bunda dan memberitahukan kabar gembira ini.“Bunda, aku diterima di Universitas xxxx, Jurusan xxx”. Kataku sambil memeluknya erat.Selamat ya sayang, akhirnya anak Bunda tercapai juga cita-citanya”. Katanya sambil menatapku sayu.“Bunda kok hari ini keliatan pucat banget, Bunda sakit ya”. Kataku sambil menemperkan punggung tanganku ke dahinya.“Gak sayang Bunda gak sakit kok, Bunda cuma hhmmm”. Katanya agak ragu-ragu menjawab pertanyaanku.“Iya Bunda kenapa, ayo ngomong jangan bikin aku tambah khawatir”. Desakku padanya.“Bunda hamil Terry, ini anak kamu”. Jawabnya sambil menempelkan tanganku ke perutnya.“Beneran Bunda hamil? Tau darimana kalo sekarang lagi hamil”. Tanyaku seakan tak percaya.“Ini sayang”. Bunda menunjukkan test packnya yang ia kantongi di dasternya dan ada lambang positif yang menandakan ia memang positif hamil.Mendengar itu aku senang bukan kepalang, kuciumi Bundaku lalu kubawa ia kekamarnya untuk merayakan kebahagiaan kita berdua. Malam itu kami bermain seks dengan panas sampai pagi karena Papa sedang ada di luar kota. Akhirnya setelah selesai kami pun tidur berpelukan telanjang.Keesokan harinya saat sarapan bersama, aku bertanya pada Bunda tentang Papa. Bunda hanya bereaksi santai bahwa itu adalah urusannya dan aku tidak perlu pusing. Intinya dia punya cara untuk meyakinkan Papa supaya percaya bahwa anak yang ada dalam kandungannya adalah anak dari benih Papa walaupun sejatinya itu adalah benihku. Aku pun lega dan bisa berfokus untuk menghadapi masa perkuliahan yang sebentar lagi akan tiba.Beberapa bulan kemudian aku pun mulai kuliah dengan menyandang status sebagai seorang mahasiswa baru. Semua masa orientasi sudah aku lalui dan sekarang sudah mulai disibukkan dengan kegiatan perkuliahan.Menjadi mahasiswa membuatku harus pintar membagi waktu antara perkuliahan dan urusan rumah karena saat ini bayiku yang di dalam perut Bunda juga sudah semakin membesar dan Papa memintaku untuk menjaga Bunda ketika dia tidak ada di rumah. Aku menyanggupinya dan berusaha untuk selalu memperhatikan Bunda di sela-sela kesibukanku.Mengalami kehamilan setelah 18 tahun lamanya membuat Bunda menjadi lebih sensitif, seringkali aku di buat kewalahan dengan permintaannya ketika mengidam. Namun satu hal yang pasti, Bunda menjadi lebih seksi ketika hamil dan kami tetap berhubungan seks walaupun tidak sesering sebelumnya mengingat kondisi Bundaku yang sedang hamil kali ini. Kehamilan Bunda membuatku menjadi semakin mencintai dan menyayanginya.Setelah 9 bulan mengandung, akhirnya Bunda melahirkan bayi kembar laki-laki tepat di usianya ke 40 tahun. Papa pun menyambut kelahiran bayi kembar tersebut dengan sukacita karena setelah 19 tahun akhirnya ia bisa memiliki anak lagi di usianya yang ke 42 tahun. Bayi tersebut diberi nama Brando dan Nicholas. Aku sendiri begitu bahagia karena dapat menjadi “kakak sekaligus ayah” bagi kedua adik kembarku. Fisik mereka berdua juga terlihat tampan khas Peranakan Tionghoa-Pakistan.Namun ada sedikit keanehan di antara mereka berdua. Ya penis kedua “adikku” ini sedikit lebih besar dan panjang dari bayi-bayi pada biasanya. Di saat Papa sedang keluar kamar pasien, aku dan Bunda pun menanyakan pada dokter tentang kondisi kedua adikku. Dokter mengatakan itu adalah bawaan genetik sehingga penis mereka berdua terlihat sedikit lebih besar dan panjang. Namun ia mengatakan tidak perlu khawatir karena itu masih dalam kategori normal namun ia tetap berpesan untuk tetap memonitor kondisi perkembangan Brando dan Nicholas. Aku dan Bunda mendengarkan pesan dokter sambil mengangguk-angguk.“Bunda, aku takut kalau kedua anak kita ada kelainan”. Kataku pada Bunda.”Udah tenang aja sayang, yang penting kita monitor terus kondisi mereka berdua, mudah-mudahan aja itu cuma bawaan genetik, lagipula waktu kamu lahir dulu juga kontolmu juga lebih besar dan panjang kayak mereka berdua. Hasilnya kan sekarang kamu tetap tumbuh normal kayak anak biasa walaupun ukuran kontolmu tetap gak biasa buat Bunda hihihi”. Kata Bunda menenangkanku sambil tertawa kecil.Aku pun hanya tersenyum mendengar kata-kata Bunda lalu menghadiahinya kecupan hangat di dahinya. Bunda pun membalas dengan senyuman manis sambil memegang pipi dan rambutku.Setelah beberapa bulan kemudian, ternyata ketakutanku terhadap kedua “adikku” akhirnya tidak menjadi kenyataan. Brando dan Nicholas secara fisik dan mental tumbuh normal layaknya anak-anak normal pada biasanya. Aku pun lega tidak melihat kecacatan fisik maupun mental dari mereka berdua walaupun terlihat ukuran celana dalam mereka agak lebih besar karena harus menampung penis mereka yang agak besar.


Aku pun berniat menghamili Bunda lagi. Aku ingin memiliki anak sebanyak-banyaknya dari wanita cantik keturunan Pakistan yang telah melahirkanku 19 tahun lalu. Sudah kuutarakan niatku itu padanya. Bunda pun tersenyum dan menjawab tunggu Brando dan Nicholas agak besar dulu, baru nanti ia akan bersedia hamil lagi dariku. Aku pun sudah tidak sabar lagi menunggu saat-saat itu dan semoga hal tersebut dapat menjadi kenyataan di masa yang akan datang.Tamat
Share:

Pengalaman Ngewe Dengan Guru Saat Daki Gunung


Saat itu sedang liburan sekolah yang panjang, kami dari sebuah SLTA mengadakan pendakian gunung di Jawa Timur. Rombongan terdiri dari 5 laki-laki dan 5 wanita. Diantara rombongan itu satu guru wanita ( guru biologi) dan satu guru pria ( guru olah raga ). Acara liburan ini sebenarnya amat tidak didukung oleh cuaca. Soalnya, acara kami itu diadakan pada awal musim hujan. Tapi kami tidak sedikitpun gentar menghadapi ancaman cuaca itu.Ada yang sedikit mengganjal hati saya, yakni Ibu Guru Anisa ( saya memanggilnya Anisa ) yang terkenal galak dan judes itu dan anti cowok ! denger-denger dia itu lesbi. Ada yang bilang dia patah hati dari pacarnya dan kini sok anti cowok. Bu Anis usianya belum 30 tahun, sarjana, cantik, tinggi, kulit kuning langsat, full press body. Sedangkan teman – teman cewek lainnya terdiri dari cewek-cewek bawel tapi cantik-cantik dan periang, cowoknya, terus terang saja, semuanya bandit asmara ! termasuk pak Martin guru olah raga kami itu.Perjalanan menuju puncak gunung, mulai dari kumpul di sekolah hingga tiba di kaki gunung di pos penjagaan I kami lalui dengan riang gembira dan mulus-mulus saja. Seperti biasanya rombongan berangkat menuju ke sasaran melalui jalan setapak. Sampai tengah hari, kami mulai memasuki kawasan yang berhutan lebat dengan satwa liarnya, yang sebagian besar terdiri dari monyet-monyet liar dan galak.


Menjelang sore, setelah rombongan istirahat sebentar untuk makan dan minum, kami berangkat lagi. Kata pak Martin sebentar lagi sampai ke tujuan. Saking lelahnya, rombongan mulai berkelompok dua-dua. Kebetulan aku berjalan paling belakang menemani si bawel Anisa dan disuruh membawa bawaannya lagi, berat juga sih, sebel pula! Sebentar-sebentar minta istirahat, bahkan sampai 10 menit, lima belas menit, dan dia benar-benar kecapean dan betisnya yang putih itu mulai membengkak.Kami berangkat lagi, tapi celaka, rombongan di depan tidak nampak lagi, nah lo ?! Kami kebingungan sekali, bahkan berteriak memanggil-manggil mereka yang berjalan duluan. Tak ada sahutan sedikitpun, yang terdengar hanya raungan monyet-monyet liar, suara burung, bahkan sesekali auman harimau. Anisa sangat ketakutan dengan auman harimau itu. Akhirnya kami terus berjalan menuruti naluri saja. Rasa-rasanya jalan yang kami lalui itu benar, soalnya hanya ada satu jalan setapak yang biasa dilalui orang.Sial bagi kami, kabut dengan tiba-tiba turun, udara dingin dan lembab, hari mulai gelap, hujan turun rintik-rintik. Anisa minta istirahat dan berteduh di sebuah pohon sangat besar. Hingga hari gelap kami tersasar dan belum bertemu dengan rombongan di depan. Akhirnya kami memutuskan untuk bermalam di sebuah tepian batu cadas yang sedikit seperti goa.Hujan semakin lebat dan kabut tebal sekali, udara menyengat ketulang sumsum dinginnya. Bajuku basah kuyup, demikian juga baju Anisa. Dia menggigil kedinginan. Sekejap saja hari menjadi gelap gulita, dengan tiupan angin kencang yang dingin. Kami tersesat di tengah hutan lebat.Tanpa sadar Anisa saking kedinginan dia memeluk aku. “Maaf” katanya. Aku diam saja, bahkan dia minta aku memeluknya erat-erat agar hangat tubuhnya. Pelukan kami semakin erat, seiring dengan kencangnya deras hujan yang dingin. Jika aku tak salah, hampir tiga jam lamanya hujan turun, dan hampir tiga jam kami berpelukan menahan dingin.


Setelah hujan reda, kami membuka ransel masing-masing. Tujuan utamanya adalah mencari pakaian tebal, sebab jaket kami sudah basah kuyup. Seluruh pakaian bawaan Anisa basah kuyup, aku hanya punya satu jaket parasut di ransel. Anisa minta aku meminjamkan jaketku. Aku setuju. Tapi apa yag terjadi ? wow…Anisa dalam suasana dingin itu membuka seluruh pakaiannya guna diganti dengan yang agak kering. Mulai dari jaket, T. Shirt nya, BH nya, wah aku melihat seluruh tubuh Anisa. Dia cuek saja, payudaranya nampak samar-samar dalam gelap itu. Tiba-tiba dia memelukku lagi.“Dingin banget” katanya. “Terang dingin , habis kamu bugil begini” jawabku.“Habis bagaimana? basah semua, tolong pakein aku jeketmu dong ?” pinta Anisa.Aku memakaikan jaket parasut itu ketubuh Anisa. Tanganku bersentuhan dengan payudaranya, dan aku berguman” Maaf Nisa ?”“Enggak apa-apa ?!”: sahutnya.Hatiku jadi enggak karuan, udara yang aku rasakan dingin mendadak jadi hangat, entah apa penyebabnya. Anisa merangkulku, “Dingin” katanya, aku peluk saja dia erat-erat. ” Hangat bu ?” tanyaku ” iya, hangat sekali, yang kenceng dong meluknya ” pintanya. Otomatis aku peluk erat-erat dan semakin erat.Aneh bin ajaib, Anisa tampak sudah berkurang merasakan kedinginan malam itu, seperti aku juga. Dia meraba bibirku, aku reflex mencium bibir Anisa. Lalu aku menghindar. “Kenapa?” tanya Anisa” Maaf Nisa ? ” Jawabku.” Tidak apa-apa Rangga, kita dalam suasana seperti ini saling membutuhkan, dengan begini kita saling bernafsu, dengan nafsu itu membangkitkan panas dalam darah kita, dan bisa mengurangi rasa dingin yang menyengat.Kembali kami berpelukan, berciuman, hingga tanpa sadar aku memegang payudaranya Anisa yang montok itu, dia diam saja, bahkan seperti meningkat nafsu birahinya. Tangannya secara reflek merogoh celanaku kedalam hingga masuk dan memegang penisku.Kami masih berciuman, tangan Anisa melakukan gerakan seperti mengocok-ngocok ‘Mr. Penny’ku. Tanganku mulai merogoh ‘Ms. Veggy’nya Anisa, astaga ! dia rupanya sudah melepas celana dalamnya sedari tadi. Karena remang-remang aku sampai tak melihatnya. ‘Ms. Veggy’nya hangat sekali bagian dalamnya, bulunya lebat.Anisa sepontan melepas seluruh pakaiannya, dan meminta aku melepas pula . Aku tanpa basa basi lagi langsung bugil. Kami bergumul diatas semak-semak, kami melakukan hubungan badan ditengah gelap gulita itu. Kami saling ganti posisi, Anisa meminta aku dibawah, dia diatas. Astaga, goyangnya!! Pengalaman banget dia ? kan belum kawin ?” Kamu kuat ya?” bisiknya mesra.” Lumayan sayang ?!” sahutku setengah berbisik.” Biasa main dimana ?” tanyanya“Ada apa sayang?” tanyaku kembali.” Akh enggak” jawabnya sambil melepas ‘Ms. Veggy’nya dari ‘Mr. Penny’ku, dan dengan cekatan dia mengisap dan menjilati ‘Mr. Penny’ku tanpa rasa jijik sedikitpun. Anisa meminta agar aku mengisap payudaranya, lalu menekan kepalaku dan menuntunnya ke arah ‘Ms. Veggy’nya. Aku jilati ‘Ms. Veggy’ itu tanpa rasa jijik pula. Tiba-tiba saja dia minta senggama lagi, lagi dan lagi, hingga aku ejakulasi.Aku sempat bertanya, “Bagaimana jika kamu hamil ?”” Don’t worry !” katanya. Dan setelah dia membersihkan ‘Ms. Veggy’nya dari spermaku, dia merangkul aku lagi. Malam semakin larut, hujan sudah reda, bintang-bintang di langit mulai bersinar. Pada jam 12 tengah malam, bulan nampak bersinar terang benderang. Paras Anisa tampak anggun dan cantik sekali.Kami ngobrol ngalor-ngidul, soal kondom, soal sekolah, soal nasib guru, dsb. Setelah ngobrol sekian jam, tepat pukul 3 malam, Anisa minta bersetubuh denganku lagi, katanya nikmat sekali ‘Mr. Penny’ku. Aku semakin bingung, dari mana dia tahu macam-macam rasa ‘Mr. Penny’, dia kan belum nikah ? tidak punya pacar ? kata orang dia lesbi.Aku menuruti permintaan Anisa. Dia menggagahi aku, lalu meminta aku melakukan pemanasan sex (foreplay). Mainan Anisa bukan main hebatnya, segala gaya dia lakukan. Kami tak peduli lagi dengan dinginnya malam, gatalnya semak-semak. Kami bergumul dan bergumul lagi. Anisa meraih tanganku dan menempelkan ke payudaranya.Dia minta agar aku meremas-remas payudaranya, lalu memainkan lubang ‘Ms. Veggy’nya dengan jariku, menjilati sekujur bagian dagu. Tak kalah pula dia mengocok-ngocok ‘Mr. Penny’ku yang sudah sangat tegang itu, lalu dijilatinya, dan dimasukkannya kelubang vaginanya, dan kami saling goyang menggoyang dan hingga kami saling mencapai klimaks kenikmatan, dan terkulai lemas.Anisa minta agar aku tak usah lagi menyusul kelompok yang terpisah. Esoknya kami memutuskan untuk berkemah sendiri dan mencari lokasi yang tak akan mungkin dijangkau mereka. Kami mendapatkan tempat ditepi jurang terjal dan ada goa kecilnya, serta ada sungai yang bening, tapi rimbun dan nyaman. Romantis sekali tempat kami itu. Aku dan Anisa layaknya seperti Tarzan dan pacarnya di tengah hutan.Sebab seluruh baju yang kami bawa basah kuyup oleh hujan. Anisa hanya memakai selembar selayer yang dililitkan diseputar perut untuk menutupi kemaluannya. Aku telanjang bulat, karena baju kami sedang kami jemur ditepi sungai. Anisa dengan busana yang sangat minim itu membuat aku terangsang terus, demikian pula dia. Dalam hari-hari yang kami lalui kami hanya makan mi instant dan makanan kaleng.Tepat sudah tiga hari kami ada ditempat terpencil itu. Hari terakhir, sepanjang hari kami hanya ngobrol dan bermesraan saja. Kami memutuskan esok pagi kami harus pulang. Di hari terakhir itu, kesmpatan kami pakai semaksimal mungkin. Di hari yang cerah itu, Anisa minta aku mandi bersama di sungai yang rimbun tertutup pohon-pohon besar.Kami mandi berendam, berpelukan, lalu bersenggama lagi. Anisa menuntun ‘Mr. Penny’ku masuk ke ‘Ms. Veggy’nya. Dan di menggoyangkan pinggulnya agar aku merasa nikmat. Aku demikian pula, semakin menekan ‘Mr. Penny’ku masuk kedalam ‘Ms. Veggy’nya.Di atas batu yang ceper nan besar, Anisa membaringkan diri dengan posisi menantang, dia menguakkan selangkangngannya, ‘Ms. Veggy’nya terbuka lebar, disuruhnya aku menjilati bibir ‘Ms. Veggy’nya hingga klitoris bagian dalam yang ngjendol itu. Dia merasakan nikmat yang luar biasa, lalu disuruhnya aku memasukkan jari tengahku ke dalam lubang ‘Ms. Veggy’nya, dan menekannya dalam-dalam. Mata Anisa merem melek kenikmatan. Tak lama kemudian dia minta aku yang berbaring, ‘Mr. Penny’ku di elus-elus, diciumi, dijilati, lalu diisapnya dengan memainkan lidahnya, Anisa minta agar aku jangan ejakulasi dulu,“Tahan ya ?” pintanya. ” Jangan dikeluarin lho ?!” pintanya lagi.Lalu dia menghisap ‘Mr. Penny’ku dalam-dalam. Setelah dia enggak tahan, lalu dia naik diatasku dan memasukkan ‘Mr. Penny’ku di ‘Ms. Veggy’nya, wah, goyangnya hebat sekali, akhirnya dia yang kalah duluan. Anisa mencubiti aku, menjambak rambutku, rupanya dia ” keluar”, dan menjerit kenikmatan, lalu aku menyusul yang “keluar” dan oh,,,,oh…oh….muncratlah air maniku dilubang ‘Ms. Veggy’ Anisa.“Jahat kamu ?!” kata Anisa seraya menatapku manja dan memukuli aku pelan dan mesra. Aku tersenyum saja. ” Jahat kamu Rangga, aku kalah terus sama kamu ” Ujarnya lagi. Kami sama-sama terkulai lemas diatas batu itu.Esoknya kami sudah berangkat dari tempat yang tak akan terlupakan itu. Kami memadu janji, bahwa suatu saat nanti kami akan kembali ke tempat itu. Kami pulang dengan mengambil jalan ke desa terdekat dan pergi ke kota terdekat agar tidak bertemu dengan rombongan yang terpisah itu. Dari kota kecil itu kami pulang ke kota kami dengan menyewa Taxi, sepanjang jalan kami berpelukan terus di dalam Taxi.Tak sedikitpun waktu yang kami sia-siakan. Anisa menciumi pipiku, bibirku, lalu membisikkan kata ” Aku suka kamu ” Aku juga membalasnya dengan kalimat mesra yang tak kalah indahnya. Dalam dua jam perjalanan itu, tangan dan jari-jari Anisa tak henti-hentinya merogoh celana dalamku, dan memegangi ‘Mr. Penny’ku. Dia tahu aku ejakulasi di dalam celana, bahkan Anisa tetap mengocok-ngocoknya. Aku terus memeluk dia, pak Supir tak ku ijinkan menoleh kami kebelakang, dia setuju saja. Sudah tiga kali aku ” keluar” karena tangan Anisa selalu memainkan ‘Mr. Penny’ku sepanjang perjalanan di Taxi itu.” Aku lemas sayang ?!” bisikku mesra” Biarin !” Bisiknya mesra sekali. ” Aku suka kok !” Bisiknya lagi.Tidak mau ketinggalan aku merogoh celana olah raga yang dipakai Anisa. Astaga, dia tidak pakai celana dalam. Ketika jari-jari tanganku menyolok ‘Ms. Veggy’nya, dia tersenyum, bulunya ku tarik-tarik, dia meringis, dan apa yang terjadi ? astaga lagi, Anisa sudah ‘keluar’ banyak, ‘Ms. Veggy’nya basah oleh semacam lendir, rupanya nafsunya tinggi sekali, becek banget. Tangan kami sama-sama basah oleh cairan kemaluan.Ketika sampai di rumah Anisa, aku disuruhnya langsung pulang, enggak enak sama tetangga katanya. Dia menyodorkan uang dua lembar lima puluh ribuan, aku menolaknya, biar aku saja yang membayar Taxi itu. Lalu aku pulang.Hari-hari berikutnya di sekolah, hubunganku dengan Anisa guru biologiku, nampak wajar-wajar saja dari luar. Tapi ada satu temanku yang curiga, demikian para guru. Hari-hari selanjutnya selalu bertemu ditempat-tempat khusus seperti hotel diluar kota, di pantai, bahkan pernah dalam suatu liburan kami ke Bali selama 12 hari.Ketika aku sudah menyelesaikan studiku di SLTA, Anisa minta agar aku tak melupakan kenangan yang pernah kami ukir. Aku diajaknya ke sebuah Hotel disebuah kota, yah seperti perpisahan. Karena aku harus melanjutkan kuliah di Australia, menyusul kakakku. Alangkah sedihnya Anisa malam itu, dia nampak cantik, lembut dan mesra. Tak rela rasanya aku kehilangan Anisa. Kujelaskan semuanya, walau kita beda usia yang cukup mencolok, tapi aku mau menikah dengannya.Anisa memberikan cincin bermata berlian yang dipakainya kepada aku. Aku memberikan kalung emas bermata zamrud kepada Anisa. Cincin Anisa hanya mampu melingkar di kelingkingku, kalungku langsung dipakainya, setelah dikecupinya. Anisa berencana berhenti menjadi guru, “sakit rasanya” ujarnya kalau terus menjadi guru, karena kehilangan aku. Anisa akan melanjutkan S2 nya di USA, karena keluarganya ada disana. Setelah itu kami berpisah hingga sekian tahun, tanpa kontak lagiPada suatu saat, ada surat undangan pernikahan datang ke Apartemenku, datangnya dari Dra. Anisa Maharani, MSC. Rupanya benar dia menyelesaikan S2 nya.Aku terbang ke Jakarta, karena resepsi itu diadakan di Jakarta disebuah hotel bintang lima. Aku datang bersama kakakku Rina dan Papa. Di pesta itu, ketika aku datang, Anisa tak tahan menahan emosinya, dia menghampiriku ditengah kerumunan orang banyak itu dan memelukku erat-erat, lalu menangis sejadi-jadinya.“Aku rindu kamu Rangga kekasihku, aku sayang kamu, sekian tahun aku kehilangan kamu, andai saja laki-laki disampingku dipelaminan itu adalah kamu, alangkah bahagianya aku ” Kata Anisa lirih dan pelan sambil memelukku.Kamu jadi perhatian para hadirin, Rina dan Papa saling tatap kebingungan. Ku usap airmata tulus Anisa. Kujelaskan aku sudah selesai S1 dan akan melanjutkan S2 di USA, dan aku berjanji akan membangun laboratorium yang kuberi nama Laboratorium “Anisa”. Dia setuju dan masih menenteskan air mata.Setelah aku diperkenalkan dengan suaminya, aku minta pamit untuk pulang, akupun tak tahan dengan suasana yang mengharukan ini. Setelah lima tahun tak ada khabar lagi dari dia, aku sudah menikah dan punya anak wanita yang kuberi nama Anisa Maharani, persis nama Anisa. Ku kabari Anisa dan dia datang kerumahku di Bandung, dia juga membawa putranya yang diberi nama Rangga, cuma Rangga berbeda usia tiga tahun dengan Anisa putriku.


Aku masih merasakan getaran-getaran aneh di hatiku, tatapan Anisa masih menantang dan panas, senyumnya masih menggoda. Kami sepakat untuk menjodohkan anak kami kelak, jika Tuhan mengijinkannya.TAMAT


Share:


 

TOGEL ONLINE
AMAN & TERPERCAYA
NAME DEPO BETT JOIN
VELBETT 1.000 Sepuasnya Tekan
BBTOTO 1.000 Sepuasnya Tekan
FFTOTO 1.000 Sepuasnya Tekan
since © 2015

Entri yang Diunggulkan

Memuaskan Pacarku Yang Lagi Horny Berat

Selepas SMA, Jenni, waktu itu 20 tahun, melanjutkan studinya ke Akademi Sekretaris ternama di Bandung. Dengan wajah sangat cantik, tubuh tin...

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts

Pengikut

Flag Counter

Total Tayangan Halaman