Gegara Nonton Bokep Malah Jadinya Dingewe


“Kenapa kamu mau pindah, bukannya enak di kantor akuntan?” tanya seorang wanita setengah baya.“Saya ingin menangani 1 perusahaan saja Bu, kalau di K.A.P. harus menangani banyak perusahaan dalam satu waktu… lagi juga, umumnya orang bekerja di Kantor Akuntan hanya sebagai awal karier…bukan untuk penutup, seperti saya ini… ingin meng-akhiri karier di sebuah perusahaan,” jawab gadis berambut lurus sebahu.“Oh, jadi di K.A.P hanya batu loncatan…belajar aja, udah pintar lalu keluar gitu?” sindir si wanita peng-interview, gadis itu tersenyum manis.
“Engga papa… wajar, kita harus mencari yang terbaik dalam hidup… iya kan? Oke, to the point aja, waktu saya ga’ banyak… saya sudah baca job desc di CV kamu, semua itu yang saya cari… saya perlu asistensi di pembukuan, staf disini kurang paham ekualisasi tax di financial report… saya butuh itu, saya ingin merapikan perpajakan. Oya, di sini masih cash basis… kamu bisa ya, merombak laporan menjadi accrual?”“Tentu Bu, tidak masalah… itu standar nasional, sudah menjadi makanan saya sehari-hari, hehe,” gadis itu menjawab dengan mantap.“Hahaha, ya-ya bagus kalau begitu… yah, sementara kamu rapikan aja tahun berjalan yang berhubungan dengan tahun sebelumnya…lalu beresin ke depan, baru tracing ke belakang pelan-pelan, perubahannya kita ambil meeting tiap bulan. Kapan kamu siap kerja?”“Satu bulan after konfirmasi diterima, dan tentunya hitam di atas putih Bu.”“Oke, kalo gitu nanti sore…atau paling lambat besok pagi, saya kasih khabar ke kamu ya Vita!”
“Baik Bu, terima kasih…saya tunggu kabar baik dari Ibu secepatnya.” Mereka berdua berjabat tangan, gadis bernama Vita itu keluar ruangan dengan wajah ceria, meluluhkan harapan calon pencari kerja lainnya.*****# 1 BULAN BERLALU…Tok! Tok! Tok!“Ya, masuk…”“Pagi Bu…”“Pagi, pagi… duduk Vit, oya… sebelumnya, selamat bergabung… dan baik-baik selama masa percobaan kerja yah.”“Terima kasih Bu, baik… jadi… dari mana saya harus start?”“Santai ajaa…” Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk.“Ya, masuk!”“Morning Bu Brenda, ini ya… yang namanya Mbak Vita?” seorang gadis cantik datang menghampiri Vita.“Kristin…” gadis yang menjabat sebagai staf HRD itu memperkenalkan diri.“Vita…” mereka berjabat tangan.“Ayo Mbak, kita keliling… caw dulu ya Bu…” Brenda, Finance & Accounting Manager yang merupakan atasan Vita mengangguk, senang bawahannya akan segera menjadi bahan perbincangan seluruh divisi.Kristin mengajak Vita berputar-putar untuk tahu semua tempat, sekalian berkenalan dengan manusia di dalamnya. Terutama ke departemen-nya dahulu, finance & accounting. Vita diperkenalkan pada Flora, staf accounting, juga Daisy finance cashier perusahaan yang akan menjadi bawahannya.


“Pagi Bu Vita, Ibu Bos saya yang baru nih, hihihi,” canda gadis berambut pendek bernama Flora. Daisy, rekan kerjanya yang berpenampilan mirip penyanyi Rossa, menyenggol lengan Flora, mengingatkan agar jangan kelewat bercanda karena belum kenal.“Pagi juga, yaa biasa ajalah… engga’ usah panggil Ibu, Mbak aja lah ya… belum tuir-tuir amat, hihihi,” ujar Vita santai agar hubungan mereka terasa lebih fleksibel, selain karena merasa masih seumuran.“Oke, oke …” sahut Flora tersenyum, sementara Daisy menghela nafas lega tahu atasan barunya tidak ‘killer’.Kristin mengajaknya lagi berkeliling, menemui satu per satu dari Top Manager hingga staf pantry juga satpam. Banyak staf pria menatap Vita ‘lapar’, barang baru yang akan segera menjadi incaran. Hanya beberapa saja yang ia anggap sopan, terutama laki-laki berkacamata tebal yang terakhir diperkenalkan. Walaupun wajahnya unik, tetapi justru mengundang kesan mendalam bagi diri Vita. Vita dan Kristin berbicara sambil berjalan di akhir perkenalan.“Eh Kris… boleh ya aku panggil kamu Kris?” tanya Vita.“Iya Mbak engga papa… kenapa?” Kristin bertanya balik.“Itu tadi… siapa namanya?“Oo, si kacamata?”“Hihihi…dipanggil gitu ya di sini?”“Hihihi, iya… abis kacamatanya tebel amat seh… nyaingin orang IT, dibanding gaul sama anak-anak sini… dia lebih suka nyendiri dan baca.”“Oo, engga’ ada yang mau nemenin di sini?”“Bukan-bukan…dia-nya aja. Dia wakil manajer produksi di sini.”“Oo, punya jabatan juga ya…”“Yaa, dia udah lumayan lama di sini…udah 5 tahunan.”“Ooo…”“Gitu Mbak, namanya Andy… ciee ada apa nih? Baru-baru udah detail nanya-nya, hihihi…” ejek Kristin, pipi Vita merona.“Bukan gitu…abis…mukanya lucu sih hihihi unik!”“Hihihi, iya juga yah”, begitulah mereka terus berbincang dan mengakrabkan diri, hingga kembali ke meja kerja masing-masing.*****Agak siang, Kristin mampir ke meja Andy.“Ndy,” sapa Kristin menepuk bahunya. “Tuh, lu ditanyain sama anak baru tadi…”“Vita?” Andy menyahut tapi tidak menoleh ke arah Kristin, tak ingin hilang konsentrasi karena sedang mengoreksi desain produk baru.“Ciee, dia inget namanya haha,” goda Kristin iseng. Andy tersenyum tapi terus menghadap ke kerjaannya.“Nanyain apa dia?”“Nanyain lu udah punya pacar apa belum gethu,” Andy menolehkan wajah, melihat Kristin tersenyum meledek ke arahnya.“Becanda lu Kris, mana mau dia sama gua? Cantik gitu anaknya…”“Waah!” Kristin tambah semangat. Rupanya Andy cuma kelihatan cuek… padahal diam-diam memperhatikan.“Cie cieee… ‘Mas Andy, aku Vita, kenalan dooong’”, Kristin terus meledek.“Udah ah… gua lagi dikejar deadline nih,” Andy berusaha menghindar. Kristin akhirnya berhenti juga setelah puas, dia pergi siap menggosip. Sementara pikiran Andy melayang ke sosok karyawati baru itu sejenak… Memang ada sesuatu yang berkesan pada diri Vita bagi Andy.*****Tak terasa, 5 dari 6 bulan masa percobaan Vita berlalu. Ia semakin akrab dengan kedua anak buahnya, yang dianggapnya seperti kedua adiknya sendiri. Mereka jadi sering jalan bersama, ke Mall, Salon, 21 Cinema juga shopping di Sophie Martin. Atasan Vita senang sekali melihat itu. Selain performa kerja Vita sendiri bagus, kerja sama dengan tim asuhannya pun sangat memuaskan, always on-time dan up to date. Bu Brenda selaku atasan bertindak cepat agar tidak kehilangan pekerja sebagus Vita, dia mengirimkan Memo Internal ke Manager HRD untuk pengangkatan status Vita menjadi tetap dan berhak atas fasilitas supervisor level pada bulan ke-enam. Namun sebuah tragedi melanda karyawati cantik tersebut.*****# 1st Week – Vita yang tergoda #“Flora … hei!”“Ups, Mbak… eh-oh,” Flora kepergok sedang membuka web bergambar laki-laki telanjang dada oleh Vita, dia gelagapan hingga salah menutup browser.“Waah… lagi seru nih,” sindir Vita.“Anuu… e-enggak Mbak… ada apa?” Flora berusaha menyembunyikan wajah malunya.“Udah… ga’ papa Flo, aku engga’ masalah… tapi jangan lagi jam kerja, meskipun udah siang gini!”“Maaf ya Mbak…tolong jangan bilang Bu Brenda!”“Enggaklah… buat apa juga, oh ya… nih jurnal koreksi, salah jurnal kamu Nda!”“Mana… oo, iya ya… sorry Mbak, oke deh aku kerjain.”“Makanya, kerja jangan sambil buka gituan, hihihi,” ledek Vita.“Iya deh, berarti sore-an boleh dong ya, hihihi,” ujar Flora meleletkan lidah.Selagi Vita berjalan kembali ke meja kerjanya, bayang-bayang sosok lelaki negro kekar di komputer Flora merasuki pikirannya. Kehidupan Vita selama ini lurus, tetapi kehidupan tenang itu memendam gairah, libido, dan keinginan seks yang menggelora di tubuh indahnya. Vita hanya bisa menyalurkan fantasi lewat masturbasi, baik itu melalui objek gambar, cerita xxx, maupun chatting nakal dengan orang-orang tak dikenal. Dan anehnya, yang mengisi fantasi Vita tidak hanya pria tampan, pria berwajah kampung maupun berumur juga bisa membangkitkan gairah seksnya. Sejak menjadi wanita karier yang sukses, Vita selalu gagal dalam menjalin hubungan. Ia terlalu menginginkan sosok pria sempurna. Berwajah tampan, berkendaraan sedan, juga menjabat pimpinan perusahaan alias mapan sandang pangan papan. Ditambah kurangnya percaya diri bahwa ia tidak lagi seorang virgin yang selalu dicari-cari lelaki, membuat Vita lebih cenderung ingin mengarungi hidup sendiri. Kecantikannya seringkali membuat orang tak percaya bahwa dirinya ‘still single’. Diam-diam, setelah Bu Brenda pulang lebih dahulu dan ruangan kantor mulai sepi. Vita tergoda untuk membuka kembali web cerita seru yang sering dibukanya, . Ia tidak tahu, ada seseorang yang mengawasi gerak-gerik dan aktivitasnya.Senin sore, menjelang jam pulang di gedung bertingkat yang menjadi kantor pusat perusahaan besar itu, tepatnya di lantai 3. Vita sedang beres-beres bersiap pulang, namun tiba-tiba telepon di mejanya berdering.“Halo… Mbak Vita? Saya Soleh dari bagian IT. Bisa ke tempat saya sebentar? Ada sesuatu yang penting!”“Oh ya? Sebentar saya ke sana. Mas… siapa tadi, Soleh? Di ruangan mana ya?” jawab Vita.“Di lantai 2, belok kiri keluar lift, ruangan paling ujung.”“Oke deh saya ke sana dulu, tunggu yach,” kata Vita tersenyum dan menutup telepon. Karyawati itu lalu meninggalkan mejanya di pojok ruangan utama lantai 3 dan menuju lift. Tak lama kemudian Vita sampai ke lantai 2, terus menuju ruangan yang dimaksud. Dalam hatinya bertanya-tanya, ada urusan apa orang IT memanggilnya?Ruangan paling ujung itu ternyata bukan ruang IT, melainkan ruang monitor CCTV… Vita sedikit merasa heran, apa Soleh salah memberitahu? Di kiri-kanan pintu logam yang berat itu tak ada jendela, jadi isi ruangan itu tak terlihat dari luar. Tapi dia tak curiga dan memasuki ruangan itu.*****“Permisi…” Vita memasuki ruang itu.Ruangan itu kecil, penuh dengan monitor-monitor CCTV yang menampilkan pemandangan yang diambil banyak kamera pengawas di seluruh bagian gedung. Di kantor perusahaan itu memang banyak dipasang kamera pengawas, karena alasan pengamanan gedung. Di dalam ruangan itu Vita melihat ada dua orang laki-laki. Satu orang berseragam satpam, bertubuh gempal dan berkulit hitam, dengan rambut cepak. Dia sedang berdiri sambil mengawasi satu monitor CCTV. Vita bisa melihat wajah si satpam yang bulat dan brewokan karena malas bercukur. Yang satu lagi duduk membelakangi Vita, menghadapi laptop di atas meja. Tubuhnya terlihat kurus, dalam kemeja dan celana panjang seperti biasanya karyawan.“Mas Soleh yang mana yah? Tadi saya ditelpon dia disuruh ke sini,” kata Vita bernada ramah. Si satpam memandanginya dengan ‘lapar’.Rambut Vita yang sebahu, digerai hingga menutupi kedua telinga. Wajah cantik alaminya dihias mata lebar dan pipi mulus, lengkap dengan bibir mungil menggemaskan meskipun polos. Di dalam ruangan dengan lampu kurang terang namun penuh pendar cahaya monitor, sesekali terlihat kilatan cahaya memantul dari liontin kalung perak yang dikenakan Vita. Laki-laki yang menghadap laptop memutar kursinya sehingga Vita bisa melihat wajahnya yang kampungan. Dia berkacamata tebal, berambut acak-acakan dan tak terurus, berhidung pesek, dan secara umum memang kelihatan culun seperti biasanya seorang computer geek, memang cocok kalau bekerja sebagai staf IT. Tapi senyumnya sinis dan ekspresi wajahnya licik, sehingga Vita mulai curiga.“Mbak Vita?” kata si laki-laki berkacamata. “Saya Soleh yang tadi nelpon. Ini teman saya, Junaedi. Dia penanggungjawab kamera CCTV di gedung ini. Kita emang kerja di satu gedung, tapi kami berdua kebagian ditempatkan di pojok gelap macam ini, makanya kami jarang kelihatan. Salam kenal,” kata Soleh sambil menjulurkan tangan, mengajak Vita salaman.Vita membalas uluran tangan Soleh. Junaedi si pengurus CCTV yang gempal juga mengajak salaman.“Junaedi, panggil aja Bang Jun,” katanya sambil cengar-cengir. Vita melihat ekspresi Junaedi yang seolah menjurus mesum. “Boleh panggil Vita aja nggak?” tanya Junaedi.“Emm ya… silahkan,” Vita mulai merasa tak nyaman. Apa urusannya dua orang aneh ini dengan dirinya? “Sekalian aja deh, tadi manggil ke sini katanya ada yang perlu aku lihat, itu apa ya?”Junaedi dengan sigap berjalan mendekat ke Vita, ke arah satu monitor di sebelah pintu. Si satpam itu meminta Vita bergeser sehingga Vita menjauh dari pintu. Junaedi kemudian memencet beberapa tombol di salah satu perangkat CCTV di bawah monitor itu. Vita menengok, melihat ke arah monitor itu. Yang terlihat pertama adalah lobby kantor, lalu ruang di depan lift, dan kemudian beberapa ruangan dalam gedung. Soleh berdiri dari kursinya lalu bergerak ke sebelah Vita sehingga kini Vita diapit Junaedi dan Soleh di kiri-kanan. Vita masih belum tahu apa yang akan ditunjukkan kepadanya, ketika tiba-tiba muncul tayangan ruangan tempat Vita biasa bekerja… tepatnya di belakang posisi Vita. Di pojok kanan bawah monitor ada tulisan tanggal dan jam. Tiba-tiba Vita cemas.Tanggalnya hari ini… dan jam 11…Gambar CCTV tak begitu tajam, tapi cukup jelas menunjukkan Vita dari belakang, dengan baju persis sama seperti yang dia pakai sekarang, blazer hitam. Yang lebih membuat Vita cemas, layar monitornya juga kelihatan… dan di sana terlihat bahwa Vita sedang mengakses situs yang sepertinya menampilkan gambar laki-laki telanjang melintang di bagian paling atas. Vita terpikir ingin segera keluar dari sana saja. Tapi rupanya tadi, Junaedi bukan sembarang minta bergeser; sekarang posisinya menghalangi pintu. Vita panik, dia tak tahu di belakangnya selama ini dipasang kamera.“Itu kamu, kan?” komentar Junaedi sambil nyengir, sementara lengannya yang berbulu terjulur, tangannya menapak ke pintu seolah-olah menjaga supaya Vita tak bisa kabur.“Lagi ngebuka situs apa Non? Bokep ya? Cerita seru?” ejek Soleh. Si satpam tertawa juga dengan wajah melecehkan.“Err… Bukan… itu… komputerku kena virus, jadi tiap kali buka browser suka muncul begitu… mestinya memang dibetulkan, tapi aku belum sempat ngontak IT,” Vita berusaha mengelak.“Ah masa’? Saya staf IT lho,” ujar Soleh sambil mengambil laptopnya. “Komputer Vita bersih kok. Kan saya yang tanggung jawab, jadi pasti tahu kalau ada yang kena virus. Semua aktivitas komputer karyawan kan saya tahu… Misalnya komputer Vita di keuangan, jam 8 tadi ngetik laporan, jam 10 ngeprint, jam 11 buka situs cerita beast, jam 1 sampai jam 3 dipake chatting… Tadi sih waktu ngelihat log chatnya kayaknya seru juga? Pake pura-pura dikemplangin sama lawan chat-nya?” Soleh tiba-tiba mencerocos sambil membuka banyak file sekaligus di laptopnya, catatan akses internet yang dilakukan Vita sepanjang hari.“Eh, Mas… Mas, stop! Udah mas, jangan…” Vita semakin pucat karena semua kenakalannya ditelanjangi oleh kedua orang itu. ia melihat dirinya sendiri sedang chatting—tepatnya melakukan cyber sex—di tayangan CCTV. Isi chat-nya tidak terlihat di monitor CCTV, tapi bisa dilihat di file log yang disimpan Soleh. Soleh sengaja memperbesar tayangan monitor laptopnya sehingga kelihatanlah sebagian isi chat Vita:Master99b: dasar slave nakal km mesti di HUKUM. ayo nungging!vita_cute: ampun tuan xixixi saya memang nakal dan pantes dihukum…vita_cute: *nungging ngebelakangin Master99bMaster99b: *tampar pantat vita_cuteMaster99b: makan nih! PLAKK!vita_cute: auhhh!Master99b: mau lagi? nih! GEPLAKK! gw bikin merah bokong lu!vita_cute: auww enak tuannn!Soleh dan Junaedi sama-sama menyeringai menang melihat wajah Vita. Kepala mereka sudah penuh dengan rencana busuk. Awalnya, Junaedi yang bertugas mengawasi rekaman CCTV suatu hari kebetulan memergoki Vita sedang mengakses situs seperti yang dikunjunginya tadi. Junaedi jadi penasaran dan memeriksa rekaman sebelumnya dari lokasi yang sama, dan dia jadi sadar bahwa si karyawati memang punya kebiasaan seperti itu. Tapi Junaedi tidak tahu apa sebenarnya yang dilihat Vita, jadi dia memberitahu temannya, Soleh yang staf IT, tentang temuannya. Soleh jadi ikut-ikut penasaran dan mereka berdua akhirnya jadi menyusun rencana untuk menjerat Vita. Mereka kumpulkan segala hasil pengawasan mereka tentang Vita, lewat CCTV maupun lewat software pelacak yang Soleh pasang di komputer Vita. Setelah punya cukup banyak bukti, barulah mereka memanggil Vita.“Jadi… kayaknya kita udah tahu Mbak Vita ngapain aja di kantor yah Jun,” kata Soleh sambil tersenyum sinis.“Yo’i Sob, hehehe”.“Tolong Mas… Bang… aku tahu itu salah… Tapi aku mohon… Tolong dihapus semua! Aku janji gak ngulangin lagi…” reaksi pertama Vita, meminta belas kasihan dari dua orang yang kerjanya ngintip lewat kamera dan komputer itu.Vita bekerja dengan bagus dan tidak pernah bermasalah dengan atasannya, hanya saja tekanan pekerjaan yang berat membuat dia kadang-kadang suka keluyuran di situs-situs dewasa internet. Dari awalnya iseng membuka-buka cerita seru, sampai akhirnya melakukan cyber sex lewat chatting. Selama ini Vita merasa aman karena dia sendiri tahu sebagian kecil karyawan—termasuk bawahannya sendiri, Flora—juga suka membuka situs porno tapi tidak pernah dipermasalahkan. Jadi mana dia tahu kalau selama ini ada yang mengawasi tindakannya?“Penggunaan internet kantor untuk selain urusan kantor sih resminya melanggar peraturan,” celetuk Soleh dengan gaya sok berwenang.“Kalau atasan kamu tahu, kira-kira gimana yaaa…”“JANGAN!” mata Vita sampai terbelalak ketika berteriak seperti itu.“Please Mas Soleh, Bang Jun… jangan dibeberin…” Selama ini hubungan Vita dan atasannya sangat baik dan cukup akrab. Jadi Vita tahu betul atasannya itu—seorang perempuan yang masih melajang di umur 40—bersifat keras dan tidak toleran dengan kesalahan-kesalahan yang terkait moralitas. Vita tak berani membayangkan seperti apa reaksi Bu Brenda kalau sampai tahu masalahnya.Soleh dan Junaedi saling pandang lalu memasang tampang bodoh, seolah-olah tidak mengerti permintaan Vita. “Memangnya kenapa nggak boleh kita laporin? Kan ini pelanggaran peraturan. Kalau kita nutupin nanti kita kena juga dong. Ntar malah kita yang dipecat.” ujar Soleh, membuka ancaman sekaligus menakut-nakuti Vita.“Mas… Bang… *hiks* saya mohon… tolong jangan kasih tahu siapa-siapa…” Vita tak kuat dan mulai menangis karena takut dipecat. Junaedi segera bertindak sok pahlawan dengan merangkul Vita sambil menyodorkan sapu tangan.“Waduh… jangan nangis dong?”.“Gini deh… Kami janji deh, semua yang sudah kami pegang, bakal kami simpan terus. Yang tahu cuma kita bertiga. Nggak ada orang lain. Gmana?”Vita menyeka pipinya, menoleh ke Soleh yang sedang cengengesan.“Bener mas?” tanya Vita tak percaya dengan hati sedikit lega“Hmm…” Soleh menggumam cukup lama. “Tapi… buat apa ya? Gak ada untungnya buat kita ya Sob?,” katanya sambil membelakangi Vita, Junaedi meng-amini dengan anggukan.“Ah, Mas Soleeeh, jangan gitu dong…” rengek Vita. “Tolong Mas… saya janji gak ngulang lagi deh…”“Terus… kita berdua dapat apa?” Soleh membuka negosiasi. Vita tertegun, sadar dirinya jatuh ke dalam jebakan. “Kamu pengen kami nutupin pelanggaran kamu… terus kamu bisa kasih apa?”Ujung-ujungnya memang ke situ: Soleh dan Junaedi berencana menjebak Vita. Vita diam seribu bahasa.“Kok diam aja?” tanya Junaedi. “Kalau nggak mau, ya udah, besok atasan kamu dapet paket khusus dari kami he he he…” ancam Soleh to the point.“Kalian… mau uang berapa?” kata Vita.“Waduh, Jun… kita disangka mao uang ha ha,” ejek Soleh.“Engga salah juga sih sebenernya… Cuma yang saat ini kita butuhin bukan uang… ini nih Leh, huehehe” jari tengah Junaedi menunjuk daerah terlarang Vita ‘vagina’.“Ja-jangan Bang Jun… Mas…” Vita bergerak mundur perlahan, kepalanya berlenggak-lenggok seakan mengatakan tidak karena bibirnya seperti membeku. Junaedi dan Soleh mendekat dengan wajah mesum.“Betul itu… uang sih biasa Non… tapi memeek… luar biasa, hahaha!” ujar Soleh blak-blakan. Vita merasa punggungnya menghantam dinding, tanda ia telah tersudut.“Gimana Non… pilih keluar ruangan tapi dipecat dan saya sebar rahasianya… atau…” Soleh memegang dagu Vita, sementara Junaedi tersenyum menyebalkan.Vita sadar di posisi lemah, berhadapan dengan dua orang pemegang bukti yang menentukan nasib kariernya. Ia tak punya pilihan selain mengikuti apapun kemauan mereka, atau kehilangan pekerjaan.“Oke, jadi mau kami begini,” Soleh beranjak meninggalkan Vita dan kembali ke kursinya, tersenyum lebar seperti habis menang taruhan.“Anggap atasan kamu nambah dua orang lagi, saya dan Bang Jun. Mulai sekarang dan seterusnya ke depan… kamu harus lakukan semua yang kami perintahkan! Semuaa, ngerti?… Kalau nolak, Bu Brenda dan mungkin orang-orang yang posisinya lebih ke atas lagi bakal kami kirimi hasil penyelidikan kami. Gimana?”Vita mau protes karena tuntutan mereka terlalu banyak. Melakukan semua perintah mereka? Ia bergidik ngeri membayangkan apa saja yang akan dilakukan dua otak pria cabul itu, tentu bertujuan ke arah seks. Satu lagi jalan keluar yang terpikirkan juga segera ditutup oleh Junaedi. “Gak usah lapor polisi juga lah. Percuma. Lagian kamu mau ngelapor apa sama mereka, kamu diperas karena ketangkep ngebokep di kantor? Paling-paling juga diketawain Vit,” ujar Junaedi seolah membaca pikiran Vita. Tak ada pilihan lagi untuk si cantik itu, dengan wajah merunduk ia mengangguk lemah.“Cihuuy… dapet memek satu lagi,” ujar Junaedi girang gila. Soleh menyeringai lebar, sementara Vita bermimik tanda tanya.(Berarti… ada yang senasib denganku? Siapakah gerangan?), Vita membatin.“Sekarang, kesiniin nomor HP kamu,” kata Soleh. Dengan terpaksa Vita melakukan perintah pertama itu secara patuh.“Jangan lupa, kami ngawasin kamu lewat macam-macam cara di kantor ini, jadi kami tahu kamu nurut atau nggak. Sekarang kamu boleh pulang, Vit. Makasih ya udah datang ke sini.”“Weits… ntar dulu dong Bozz… masa cuma begini aja ini hari… saya udah ngaceng dari kemaren bayangin kejadian ini!” protes Junaedi.“Waduh, barang lu tuh emang gak ada remnya ya?”“Hehe… kalo yang di depan nenek-nenek sih, remnya pakem… ini pan beda huehehe… Slurph!” pandangan mata Junaedi menyapu sosok Vita dari atas hingga bawah.“Oke deh, gini aja… kalo gitu, Vita… ini perintah pertama buat kamu… ayo isep punya temen saya ini, terus telen kalo dia keluar!” Vita langsung lemas mendengarnya, wajah cantiknya memelas.“Ayo Non! Denger gak apa yang disuruh si Boz?”Dengan gerakan perlahan Vita berlutut di depan Junaedi, tangannya bergerak ke arah selangkangan yang menonjol besar itu. Jemari Vita yang lentik meraih resleting, tapi tiba-tiba Junaedi malah bergerak mundur, membuat Vita heran apa maksudnya.“Non mau apa ?” Vita terdiam tak mengerti, lalu bertanya. “Bu-bukannya…?”.“Iya tapi minta izin dulu dong!” kata Junaedi dengan gaya arogan. Vita menitikkan air mata, dilecehkan satpam perusahaannya.“Bo-boleh… boleh saya… hisap… pu..pu-punya, Bang Jun?”“Pake Tuan!” bentak Junaedi, Vita terbelalak kaget.“Bo-bolehkah… saya hisap… punya Tuan Junaedi?”“Gitu doong, yah… untuk wanita secantik Non Vita sih, boleh-boleh aja, heheheh.”Jari Vita meraih resleting celana, namun tiba-tiba telunjuk gempal Junaedi menekan mulutnya, membuat ia berhenti.“Pake ini Non nariknya!” hina Junaedi, jarinya menggesek gigi Vita.Dara jelita itu hanya bisa pasrah. Ia mendekatkan wajah ke selangkangan, lalu menggigit dan menarik turun resleting. Sreet…!Jduuk! Penis Junaedi yang big size menampar hidung Vita, rupa-rupanya Junaedi konak saat melihat wanita cantik yang selalu terlihat alim di depannya itu, kini terlihat ‘Bitchy’ melakukan gerakan buka resleting dengan gigi. Vita terbelalak dengan ukuran penis persis di depan wajahnya, Junaedi dan Soleh tertawa melihat ekspresi Vita yang ketakutan menatap penis besar.“Lhoo, kok dianggurin…? Katanya mau nyepong, hah…?”. Mata Vita yang tadi terbelalak, kini menatap melas ke pemiliknya.“Kontol lu sih gede banget, jadi ragu dia muat apa kagak. Mulut mungil gitu, Hahaha!”“Ay-yoo…is-sepp!” Junaedi berang tidak sabar, menamparkan penisnya ke wajah Vita.Tak tahu memulai dari mana, Vita memajukan wajah dan menempelkan bibirnya ke kepala penis. Ia ciumi, benda itu berkedut-kedut dan sang pemilik melenguh keenakan. Vita berlanjut julurkan lidah, menjilat dari batang hingga buah zakar. Proses terakhir membuat Vita dag dig dug. Ia buka mulut lebar-lebar, untuk memasukan seluruh batang ke dalam mulut. Dengan susah payah, bibir mungil itu berhasil melingkar di batang penis. Nafas Junaedi kontan berat, sedang Vita memejamkan mata. Jijik, mulut serasa robek, mual lantaran kepala penis serasa tersentuh kerongkongan, dan sebagainya. Dengan tangan kanannya, Vita menggenggam batang penis yang tersisa, sementara kepala bergerak berirama. Junaedi mengerang nikmat. Bibir Vita terus menggosok-gosok maju mundur pada kepala dan batang penis, lidahnya menjilat dan meliuri. Junaedi makin keras mengerang, Vita jijik mendengar erangan Junaedi, membayangkan penis yang dihisapnya akan menyemburkan mani. Terus, terus dan terus sampai akhirnya Junaedi tiba-tiba menjambak rambut Vita dan menekan kepalanya, hingga wajah terbenam di kerimbunan bulu kemaluan. CROOOOOTTT!!! Junaedi menyemprotkan sperma di dalam mulut. Vita baru pernah merasakan cairan sperma dalam mulut, ia tak berdaya menelan semua cairan kental asin yang dalam sekejap memenuhi mulutnya.“Haarggh!” erang Junaedi. Vita menahan mati-matian rasa mual yang sudah memuncak.“Telen Non. Nggh… telen semuah, Semuaakkh!” dengan rasa tak berdaya, Vita berusaha menelan semua sperma yang terus keluar dari penis.Jambakan Junaedi pada rambut perlahan mengendur, seiring aliran sperma yang melambat, hingga berhenti total. Akhirnya Junaedi menarik keluar penis dari mulut Vita. Vita langsung membungkuk terbatuk-batuk mencari udara, berusaha menelan sisa-sisa sperma yang masih melekat di lidah dan langit-langit mulut. Tubuhnya berkeringat meski ruangan ber-AC dingin.“Gilaa, ni cewe jago nyepong Leh…, tampangnya aja yang alim, Haha!” ejek Junaedi.“Non Vita ini pan orang keuangan… nah, semua cewek yang kenal uang, doyan duit… pasti udah kena kontol, Hahaha…” tambah Soleh menghina. Vita kembali menitikkan air mata.“Gua ga bisa bayangin, gimana enak mulut bawahnya Leh…mulut atas aja enak be-eng,” lanjut Junaedi, duduk di kursi mengistirahatkan diri.Soleh memelorotkan celana berikut kolornya, Junaedi tertawa melihat Soleh yang ‘pengen’ juga.“Bodo’ gua kalo ga ngerasain juga, rugi bandar. Ayo Non Vita, kemari…puaskan tuan-mu ini,” suruh Soleh berkacak pinggang, mengedut-kedutkan penis minta dimanjakan. Vita menggeleng kepalanya dengan wajah memelas.“Ayo cepeet ah, kesini ngerangkak!” bentak staf IT itu.Vita merangkak seperti binatang berkaki empat mendekati Soleh, lalu melakukan hal yang sama pada Soleh, hingga karyawan bejat itu melenguh. “Euuuhh!”.


CROOOTTT!!, Soleh mencabut penisnya dari kuluman, membuat sekujur wajah Vita ternoda sperma. Setelah tak ada lagi yang keluar, Soleh meratakan mani itu, membuat wajah cantik jelita Vita mengkilap sperma. Mereka berdua menertawakan hal tersebut, Soleh menjejalkan mani yang belepotan di jarinya untuk dijilat dan ditelan Vita.Ocehan jorok keluar dari mulut kurang ajar mereka, Vita hanya mampu menyesali yang telah terjadi. Junaedi membukakan pintu. Vita bergegas keluar, merasa pusing dan mual membayangkan apa yang akan dialaminya besok. Pasti lebih parah dari hari ini. Sebelum ia keluar tadi, Soleh sempat memberinya instruksi.“Eh Vit, mesti diakuin, kamu tuh cantik, tapi kelewat polos penampilannya. Besok jangan pake blazer dan rok di bawah lutut kayak sekarang gini. Pake apa gitu yang seksi, dandan lebih cantik juga. Oke. Sana pergi…!”Selasa pagi.Kantor heboh. Sebenarnya tidak se-heboh itu, hanya saja beberapa karyawan—terutama yang posisi duduknya berada sepanjang jalan Vita masuk dari depan sampai mejanya di bagian keuangan—tidak bisa tidak menoleh melihat si karyawati lewat dengan penampilan tak seperti biasa. Kalau biasanya Vita memakai celana panjang agak gombrong, kali ini Vita memakai rok span berwarna hijau yang tingginya beberapa senti di atas lutut dan ketat sehingga memamerkan keindahan bentuk lekuk pinggul dan pantatnya. Kalau biasanya Vita mengenakan blazer berwarna gelap, kali ini dia memilih blus putih lengan panjang yang berenda dan berbahan tipis; hanya saja dia memilih mengenakan pakaian dalam putih sehingga tak mencolok biarpun bahannya menerawang. Kalau biasanya Vita memakai sepatu hak rendah, kali ini dia memakai sepasang sepatu hak tinggi yang seksi, sementara kedua kakinya dibungkus stocking hitam. Kalau biasanya Vita hanya mengenakan lip gloss, kali ini bibirnya dipoles lipstik pink. Hanya kalung berliontin peraknya yang tidak berubah. Vita memang cantik, tapi penampilannya yang lebih menarik pada pagi itu membuat semua orang yang dilewatinya, terutama yang laki-laki, menengok.“Suit-suitt!” terdengar suara siulan dari Flora, ketika Vita tiba di mejanya. “Cakep amat Mbak, ada apa nih?”“Emm…” Vita salah tingkah, tak tahu harus menjawab bagaimana. “Euh… lagi pengen aja.”Flora senyam-senyum saja sambil memberikan selembar amplop. “Ini, katanya dari bagian IT buat Mbak Vita.” Vita langsung tahu; pasti dari Soleh. Mendadak perasaan Vita jadi kacau. Bakal disuruh apa dia…?Di dalam amplop itu ada earphone kecil sekali yang bisa diselipkan ke telinga. Karena Vita biasa menggerai rambut, earphone itu tidak akan kelihatan kalau dipakai. Selain earphone, Vita menemukan secarik kertas. Tertulis, “Pakai earphone itu terus, jangan sekali-sekali dilepas, kalau dilepas semua bukti pelanggaran akan sampai ke Bu Brenda. Bekerja saja seperti biasa hari ini, tapi kalau mendengar perintah kami, segera turuti.”Vita berdebar-debar ketika mengenakan earphone itu. Beberapa menit kemudian terdengar suara Soleh.“Tes, tes… Vita bisa dengar? Kalau bisa dengar, berbalik, lalu acungkan telunjuk.”Vita mengikuti perintah itu. Dia berbalik badan, lalu mengacungkan telunjuk kanan, lalu suara Soleh terdengar lagi. “Bagus. Hari ini kamu kerja seperti biasa ya, tapi jangan lupa tiap ada perintah kamu harus lakukan. Ingat, mata kami ada di mana-mana.”Sesudah itu Soleh diam lagi. Vita ketakutan. Dia benar-benar merasa diawasi. Hari itu dia memulai kerja seperti biasa, tapi dia tak bisa konsentrasi. Untung dia tidak harus ikut rapat, hanya merekap cek yang siap ditanda tangan Bu Brenda sesuai anggaran, serta merapihkan berkas-berkas permohonan dana proyek yang terlampir. Sejam kemudian Vita mencopot earphone…HP Vita langsung berbunyi. “HAYO! Siapa suruh lepas earphone-nya?” terdengar Junaedi si satpam menghardik ketika Vita menerima panggilan yang masuk. Vita buru-buru memutus panggilan dan memasang lagi earphone. Kedua pemeras itu tidak main-main ketika mereka bilang punya mata di mana-mana. Mereka tahu kalau Vita mencopot earphone—pasti lewat kamera CCTV. “Jangan coba-coba lepas earphone selama di kantor. Kamu baru boleh lepas sesudah pulang kantor nanti sore, dan besok pagi kamu harus udah pake waktu masuk,” kata Soleh lewat earphone.Sesudahnya, sepanjang hari itu earphone lebih banyak diam. Tapi Vita sudah keburu yakin bahwa dia tak akan bisa lepas dari pengawasan Soleh dan Junaedi. Setiap beberapa lama, Soleh atau Junaedi bakal menyuruh Vita melakukan sesuatu yang sederhana, seperti mengambil dan mengisi gelas, membuka lalu menutup jendela, atau mengajak bicara Flora. Vita heran, kenapa dia disuruh melakukan hal-hal seperti itu? Iseng sekali mereka berdua. Tapi karena tidak berbahaya, dia lakukan saja semuanya. Satu kali, Vita tidak melakukan perintah Junaedi untuk “ketik ‘JUNAEDI’ di komputer lalu print”. Tidak terjadi apa-apa? Lima belas menit kemudian Soleh muncul di bagian keuangan membawa sejumlah CD dan kaset, bergegas ke arah ruangan Bu Brenda. Vita membelalak ketakutan. Buru-buru dia lakukan perintah Junaedi, ketik dan print. Soleh ternyata tidak menuju ke ruangan Bu Brenda, malah pada saat-saat terakhir berbelok ke meja Flora dan memberikan satu CD, kemudian berbalik. Waktu melewati meja Vita, Soleh tersenyum jahat.Vita langsung pucat pasi. Rupanya semua perintah biasa itu adalah untuk mengetes kepatuhan. Munculnya Soleh menunjukkan bahwa sekali dia tidak patuh, biarpun ketika disuruh melakukan sesuatu yang biasa, kedua pemerasnya tak segan-segan akan melakukan apa yang mereka ancam.“Mbak Vita, kenapa…? Mbak kok pucat?” Flora mendekat. Vita yang masih shock karena mengira tadi Soleh benar-benar mau memberikan barang bukti ke atasannya berusaha menenangkan diri. “Gak… gak kenapa-napa kok Flo… Eh itu tadi CD apa yang dikasih sama Soleh?”“CD kosong buat back up data… Aku minta dari IT,” kata Flora datar, “Lho, Mbak udah kenal sama yang datang tadi?”“Hah?” Vita kaget. “Eh. Iya. Udah kenal. Emm ketemu waktu makan siang kemarin.”“Ooo…” Flora cuma menjawab seperti itu, lalu kembali lagi ke mejanya.Vita juga kembali ke kursinya, terhenyak. Dua orang itu benar-benar sudah mencengkeramnya, tiada jalan keluar. Apa lagi yang bisa dia lakukan?*****Selasa soreSatu jam sebelum jam kantor berakhir. Ketika Vita mengira tidak akan terjadi apa-apa lagi, earphone berbunyi. Soleh.“Vita, beresin kerjaan kamu, dan sekarang juga pergi ke ruang rapat lantai 2.”Vita seharian terus-menerus mengerjakan perintah-perintah kecil dari Soleh dan Junaedi, sehingga dia lama-lama jadi terbiasa sendiri. Toh belum ada permintaan mereka yang aneh-aneh… Hal itu sedikit membuat Vita tak curiga. Vita segera melakukan apa yang disuruh, lalu meninggalkan meja kerja menuju ruang rapat lantai 2. Di depan ruang rapat lantai 2…ada tanda “Sedang Ada Rapat”. Ruang rapatnya sedang dipakai?“Masuk aja,” terdengar suara Soleh.Vita membuka pintu ruang rapat. Ternyata kosong… tidak ada rapat yang sedang berlangsung di ruangan cukup besar itu, hanya ada Soleh yang sendirian dengan laptop-nya. Seperti layaknya ruang rapat, di sana ada meja besar yang dikelilingi kursi, dan layar untuk proyektor. Soleh duduk di dekat pintu, menghadap layar; ketika Vita masuk, Soleh langsung mengunci pintu. Vita diam saja, tak tahu apa yang akan dilakukan Soleh. Soleh bertanya,“Udah ngapain aja hari ini?” Vita menjawab dengan ragu-ragu bahwa dia bekerja seperti biasa.“Bukan. Dari tadi udah disuruh apa aja?”Cerpen Sex“Emm…” Vita lalu menjelaskan semua yang sudah dilakukan.“Oke,” kata Soleh. “Bagus. Budak yang baik mesti nurut sama tuannya, heh heh heh…”Soleh memencet keyboard laptop, dan terdengar lantunan musik.“Sekarang…” perintah Soleh… “Naik ke meja di depan layar itu.”Vita menurut. Dia membuka sepatu hak tinggi-nya dan naik ke meja, lalu berdiri di atas meja.“Oke Vita…” Soleh mengatur sehingga musik yang mengalun terdengar lebih keras. Lagu “Naughty Girl” Beyonce.“Sekarang kamu striptis di sana.”Vita merinding. Dia belum pernah melakukan striptis sebelumnya, dan sekarang dia berada di depan seorang maniak komputer cabul yang akan menyaksikan setiap gerak-geriknya. Karyawati muda yang cantik itu memejamkan mata dan mulai bergoyang membangkitkan gairah seiring musik. Dia tak percaya dia akan berani melakukan ini, tapi tubuhnya seperti terhanyut oleh lagu yang sensual itu. Vita pelan-pelan mulai membuka kancing blus putih tipisnya. Satu kancing… dua kancing… tiga kancing lepas sehingga bra putih berenda-nya terlihat. Soleh bersuit-suit nakal. Anunya sudah memberontak minta jatah dan dia sudah membayangkan tubuh jelita Vita menggeliat-geliat di bawah tubuh kerempengnya. Setelah semua kancing terlepas, Vita mengeluarkan bagian bawah blusnya yang dimasukkan ke rok. Selagi Vita mencopot kancing lengan blus, Soleh bisa melihat bra putih di celah di antara kedua bagian blus, juga kulit mulus dada dan perut Vita. Vita menyadari bahwa dia akhirnya harus mencopot seluruh blusnya. Dengan ragu, dia memandangi Soleh, tapi Soleh memasang tampang serius dan berkomentar pendek “Buka.” Vita berbalik dan membiarkan blusnya meluncur turun dari bahunya.


Soleh memandangi punggung atas Vita yang tinggal tertutup tali bra dan menunggu Vita berbalik, dia ingin melihat payudara Vita yang masih ada dalam bra. Vita memutar-mutar blusnya ke atas bagai koboi memutar tali laso, seiring tubuhnya juga yang berputar. Selagi berputar, pinggiran rok Vita terangkat tinggi-tinggi, memamerkan kemulusan pahanya. Vita tak merasa dirinya telah terbawa irama. Vita selesai berputar dan kembali menghadap Soleh, dan Soleh tak kecewa dengan apa yang dilihatnya. Payudara Vita yang montok sekarang tampak di depannya dalam bra putih berenda. Bra itu berbelahan rendah di depan, menunjukkan lengkung indah sepasang buah dada, dan Soleh menikmati sekali pemandangan itu, tahu bahwa sebentar lagi penutup dada yang menghalangi akan lepas.Sementara itu wajah si karyawati sudah merah padam karena Soleh bersuit-suit terus menonton dirinya, tapi diam-diam dia senang juga karena merasa dikagumi. Vita kembali berbalik dan membuka kaitan bra di punggungnya sambil menghentakkan kakinya. Dia berhenti bergerak, meloloskan bra dari tubuhnya dengan tangan terjulur ke atas, lalu diputar-putar juga bra itu di udara. Soleh berteriak,“Ke sini’in Non, lempar ke sini!” Sambil menutup payudaranya dengan sebelah lengan, Vita melempar branya ke wajah Soleh, sengaja dengan sedikit keras. Soleh hanya menyeringai. Dia tahu Vita benci dikerjai seperti ini, namun si karyawati tak punya pilihan. Soleh dengan mesumnya memperhatikan tubuh Vita yang sudah setengah telanjang. Mulutnya menganga, air liurnya menetes dari ujung bibir. Saat itu Vita menyilangkan kedua lengan di depan dada, malu membuka payudaranya yang telanjang. “Udah ga usah malu, tunjukin aja Non!” kata Soleh. Vita menurunkan lengannya dan merasa mukanya makin memerah selagi Soleh mengomentari payudaranya. “Wueisss… cakep tuh susunya, putih mulus. Udah ga sabar nih pengen cobain kenyal-kenyalnya.” Sejak menjerat Vita, Soleh sudah membayang-bayangkan tubuh Vita, tapi baru kali ini dia melihat langsung, dan dia tidak kecewa karena tubuh Vita memang indah seperti bayangannya.“Ayo dilanjut bawahnya!” suruh Soleh, melihat Vita sempat terdiam. Tinggal roknya yang masih tersisa.“Goyang lagi dong!” Soleh mengeraskan musik, agar Vita kembali menggerakkan badan. Vita yang sudah terbawa irama kembali menggoyang badannya, kali ini berbalik membelakangi Soleh dan membungkuk. Sambil membungkuk, ia melepas kaitan rok, menarik turun resleting, dan jatuhlah rok itu di sekeliling kaki. Soleh semakin gencar mengocok kejantanannya.Kini tinggal celana dalam G-string yang menutupi tubuh Vita, bongkah pantat Vita pun bebas dipandang. Soleh yang gemas sempat bangun dan spanking. Plaak! Vita memekik kecil ketika pantatnya ditepuk seperti itu, “Awh!!” Dalam hati ia menyukai perlakuan Soleh meski itu melecehkannya. Vita malah menumpukan kedua tangannya ke bawah, di atas meja. Sambil mengocok penis, Soleh maju dan berinisiatif menarik turun G-string Vita dengan sekali sentakan kasar, hingga turun sampai betis Vita“Goyang pantat kamu Non, posisi tetap gitu!” suruh Soleh.Vita menggoyang pinggulnya, perlahan seperti mengaduk adonan. Soleh manggut-manggut menyaksikan aksi goyang pinggul persis di depan mukanya itu. Dia akhirnya gemas dan meremas pantat Vita.“Sini Non, udah cukup tariannya… Non udah berhasil bikin saya ngaceng berat!” Soleh tidak hanya bicara begitu, tapi langsung menunjukkan barang bukti perkataannya itu.“Sini duduk!” suruh Soleh. Vita patuh dan duduk di tepi meja meeting itu. Soleh juga menyuruh Vita membuka kedua paha, sambil terus mengocok kejantanannya. Vita menumpukan kedua tangan ke belakang, wajahnya menoleh ke samping, pipinya merona, karena belahan kemaluannya kini ditatap Soleh nanar. Soleh mencapit sepasang bibir vagina Vita, membuat si cantik itu menjerit kaget plus terangsang. Tangannya refleks menahan lengan Soleh.“Enggak boleh nih? Hmm… inget!!” mata Soleh melotot, marah karena hobinya dilarang. Vita kembali menarik tangan dan memalingkan wajahnya. Kaki Vita mengayuh ke kiri dan kanan, geli bibir kemaluannya dipegang orang. Pangkal paha Vita sedikit merapat saat melihat Soleh mendekatkan wajah ke kemaluannya. Tanpa perlawanan berarti, hidung Soleh mendekat sampai hanya beberapa senti dari vagina Vita. Pipi Vita semakin merona ketika Soleh menghirup dalam-dalam, seperti menghirup udara segar di pegunungan. Soleh tak hanya puas dengan mengendus-endus kewanitaan Vita. Dia menjulurkan lidahnya.Cerpen Sex“Asyiiik,” seru Soleh.Pelan-pelan dia menjilat vagina Vita, dimulai dari bawah. Lidah itu menelusup ke liang, mencelup dengan perlahan. Vita ingin menjambak Soleh, tapi dia masih ragu dan takut membuat Soleh marah. Soleh sepertinya bukan amatir dalam hal jilat-menjilat, dia memain-mainkan lidahnya dari bawah ke atas, menjelajah seluruh bagian luar bibir vagina Vita, bahkan mencucup seputar selangkangan dan menjilat pangkal paha Vita.Peluh Vita semakin bercucuran, menambah indah pemandangan karena membasahi lekuk-lekuk tubuh Vita.“Ohhh…” Vita tak menduga, desahan penuh nafsu keluar dari mulutnya, tubuhnya serasa merinding menerima sensasi dijilat oleh Soleh.Si karyawati menggigit bibir, berusaha menahan malu—dia tak mau mengakui bahwa tubuhnya mulai menikmati rangsangan yang diberikan laki-laki bertampang culun yang sedang melahap selangkangannya. Mendengar itu, Soleh makin semangat, makin liar saja aksinya melahap kemaluan Vita. Lidahnya menemukan dan mulai menggoda klitoris Vita. Vita semakin merebah ke belakang, pasrah saat Soleh memapah kedua belah kakinya menyilang ke belakang leher Soleh. Soleh semakin bernafsu menyorongkan wajah. Tanpa sadar, Vita merapatkan kedua pahanya, seolah menarik muka Soleh makin dekat, tak mau melepaskan. Soleh tersenyum mesum di selangkangan Vita, merasa si korban telah jatuh dalam genggaman. Jantung Vita berdebar makin cepat, tubuh atasnya yang sudah telanjang menggeliat-geliat di atas meja rapat. Soleh terus menciumi dan menjilati bibir bawah Vita, menjelajahi seluruh bagian luarnya. Sesekali dia menowel-nowel klitoris Vita dengan lidahnya. Vita menjerit kecil karena nikmat. Tubuhnya terasa panas, putingnya mengeras.“Hhmmmm mnmmm… Asyikkk ketemu itilnya… Bleph.. mhlm…” Soleh mengoceh sambil merajalela di kemaluan Vita. Dia terus menggoda bagian itu dengan mulut dan lidahnya. Vita merasakan sesuatu memuncak dalam tubuhnya—“Terus Maas, Aaawhh… dikit lagi, dikit lagiii…” Soleh semakin menyeringai di selangkangan Vita, tahu Vita akan menuju orgasme. Dan dengan kurang ajarnya… Soleh berhenti.“Mas Hhh, Hhh… ke-kenapa ber..henti?”“He he he he he… Enak di elu ga enak di gue!” jawab Soleh.“Tolong Mas… emh, te-terusinh…” pinta Vita.“Terusin apa, Non Vita sayang?”Wajah Vita sudah demikian sayu, matanya redup, tangannya meremas payudaranya sendiri karena nafsu yang tak tertuntaskan. Dengan membuang rasa malu, ia berkata, “Terusin… yangh… tadi!”“Yang tadi mana?” goda Soleh lagi.“…itu tadi…”“Tadi apa? Kalo pake Bahasa Indonesia yang jelas dong!” Soleh terus memancing.Vita malu mengatakannya, tapi apa daya nafsu sudah keburu memuncak.“Jilatin memekku mas!” tukas Vita dengan pipi merona. Soleh tertawa mendengarnya, serasa jadi pemenang.“Nya ha ha ha ha… Dasar perek! Minta jilmek!”“Tapi…” sambung Soleh, “Ogah! Lidah gue pegel! Sekarang giliran yang lain!”“Tolong Maaaaaaasshh…” Vita merengek sambil merangsang vaginanya sendiri.“Nah Non, yang ini aja disuruh ngejilat… dijamin lebih enak!” Soleh berkata itu sambil menunjuk kontolnya. “Tapi Non Vita mesti minta… Ya?”Vita terhenyak mendengarnya, dia merasa dilecehkan namun kondisi birahi mengalahkannya.“Mi-minta gimana Mas?” kata Vita.“Minta dientot sama Tuan Soleh,” kata Soleh. “Kamu mintanya yang bener, ya! Gini ta’ ajarin…Tuan Soleeeh~”Vita terdiam.“Ayo ikutin, gimana sih?!” Soleh tadi meniru nada bicara yang genit mendayu, seperti pelacur menggoda laki-laki.“I-iya…Tuan Soleeeh,” kata Vita dengan terpaksa.“Sudikah Tuan mengentot sayaa?” ajar Soleh.Dengan pipi merona merasa dipermalukan, Vita mengikuti apa kata Soleh. “Sudikah Tuan… me-mengentot… saya…”“Tnggu tunggu tunggu… Kelewat formal kok gue malah jadi il-fil… Kurang ganjen! Ayo diulang! Improvisasi sendiri kalo perlu!” Soleh memprotes. Memang nada bicara Vita tadi datar dan malu-malu. Vita kaget mendengar perkataan Soleh. Ia terhimpit antara pelecehan dan birahi.“Ayo cepetan!” perintah Soleh tak sabar. Vita meredam rasa malunya“Tuan, entot saya Tuaan… saya mau kontol Tuan di memek saya… puasin saya Tuan, Tuan juga boleh entot saya sesuka Tuan!”“WHUA HA HA HA HA!!” Soleh tak menyangka kata-kata Vita malah bisa sebinal itu. Tapi memang Soleh sudah menyangka ada kebinalan yang disembunyikan Vita, dilihat dari chatting nakalnya; makanya Soleh tidak heran mendengar kata-kata kotor Vita.“Gak nyangka Non Vita doyan ngentot juga,” kata Soleh. “Baik, karena sudah diminta…”“Baiklah…karena Non Vita maksa… apa boleh buat!” Pria IT berkacamata tebal itu bangkit berdiri dari duduknya.“Jadi gimana Non, jelasnya…” Soleh lanjut mengejek, sambil mengocok tombaknya. Vita mengangkang dan memohon, “Ma-ma… sukin…”“Masukin apa?? Ke mana??” kata Soleh lagi dengan suara lebih keras.“Itu…” Vita menunjuk kejantanan Soleh.Cerpen Sex“Itu apa…? Pake bahasa yang jelas dong! Tadi udah bener!”“Ko… kontol Mas…” wajah Vita semakin memerah.“Bagus, yang tegas jangan ragu… oke, kontol saya ke…? Ke mana?”“Ke-ke si… ni…” Vita melebarkan bibir vaginanya.“Oh ke situ, ya ya… ehem. Itu berarti… saya masukin kontol saya ke… apa?”“Memek… memek…ku Mas…” Vita memalingkan wajahnya sejauh mungkin, malu dengan kata-kata joroknya sendiri, malu melihat wajah mupeng Soleh.“Iya deh… yuk?” kata Soleh menempelkan kepala penisnya, namun insting wanita membuat Vita refleks menjauhkan vaginanya dari penis Soleh yang menurutnya asing.“Lho…kok ?!” Soleh menatap tajam.“Eh iya Mas, ma-maaf…” kata Vita, kembali melebarkan kakinya yang sempat merapat.“Gapapa, justru dari situ kelihatan…seberapa polos kamu sebenarnya. Kedua bawahan kamu malah lebih jalang dari kamu,” komentar Soleh.” Berarti, memek Non Vita… paaaasti sempit, hehehe.” Selesai berkata itu, Soleh membentangkan kedua paha Vita lebih lebar.“Cepet buka Non!” Soleh meraih tangan Vita, menuntun ke vaginanya. Vita merentang belahan kemaluan miliknya, terlihatlah gemerintil daging merah muda di dalamnya.Soleh yang sudah sedari tadi menahan nafsu, mulai menekan kejantanannya.“Mampus gue, susah banget!! Lu pernah dientot ga sih? Punya memek kayak gini… Hhhhhggg!” Soleh mati-matian mendorong masuk. Tangan Vita yang beberapa kali menghalangi laju penis ditangkapnya. Soleh menjauhkan tangan Vita agar tidak ada lagi yang menghalangi.“…hhhh…” Soleh mendesis keenakan ketika kepala burungnya mulai menerobos vagina Vita. Vita menggigit bibir menahan rasa malu ketika akhirnya dia dipenetrasi Soleh. Soleh terus mendesak masuk… dan mendapati bahwa sebenarnya bukan dia laki-laki pertama yang pernah masuk ke sana.“Egghh… wah segelnya udah ada yg nge… buka nih?? Sebodo amat… masih nggigit ini… asoyy!”Tak puas dengan hanya memasuki vagina Vita, Soleh juga merapatkan tubuhnya ke Vita, bibirnya berkeliaran ke puting Vita yang sudah keras. “Aaa~h?” Vita kaget ketika Soleh menjilati payudaranya, sambil tangannya bergerilya ke mana-mana. Tubuh kurus Soleh membungkuk menindih tubuh Vita, lidahnya yang menjijikkan menjilati dada dan leher Vita. Dan di bawah, seluruh bagian penisnya sudah masuk ke vagina Vita.“Amm… nyam… hleeh…” keluar bunyi-bunyian tak jelas dari mulut Soleh yang menikmati ‘hidangan’ empuk di dada Vita, ditingkahi desahan Vita. Pinggul Soleh mulai bergerak maju-mundur, membuat Vita memekik. Soleh bergerak pelan-pelan, karena masih konsentrasi di tubuh bagian atas Vita yang sebenarnya juga mau dia nikmati.“Eh… Tau gak,” bisik Soleh sambil menjilati telinga Vita, “Enak juga ya bibir bawah lu, biar udah ga perawan tapi tetep peret!”Kemudian, Soleh mulai menggenjot makin kencang, sambil sesekali mencengkeram dada Vita.“ah… ah…. Ahh…” Vita tak kuasa menahan suaranya. Di ruangan yang sepi itu kini hanya terdengar suara Vita dan Soleh yang dilanda nafsu, serta hentakan tubuh mereka yang beradu.“Mestinya ga heran sih kalo kamu udah pernah ginian,” Soleh terus mencerocos. “Kalo masih perawan baik-baik mana mau diajak chatting mesum ama orang ga jelas, ha ha ha!”Vita sudah tidak peduli lagi apa kata Soleh, dia malu mengakuinya tapi sudah begitu lama sejak ada laki-laki menyetubuhinya, dan biarpun yang sekarang ini seorang yang jelek lagi brengsek, tetap saja dia mulai merasakan kenikmatan badan. Ia terima hunjaman demi hunjaman Soleh yang semakin terasa sambil merintih seksi. Soleh semakin bernafsu berkat reaksi Vita, diciuminya betis Vita yang dicengkeramnya.“Yahhhhh, ouhhh!” desah Vita, saat lidah Soleh menyapu betis putih padatnya. Itu karena Soleh tanpa sengaja menyentuh satu titik sensitif Vita, dan si karyawati jadi terkaget merasakan kenikmatan karena disentuh di sana. Soleh menaikkan betis Vita ke bahunya, memeluk erat paha Vita yang merapat ke perutnya. Vita menggigit jarinya di sela rintihan, Soleh memejet puting Vita dan menggodanya dengan puntiran. Rintihan pun semakin keras, Soleh juga menyodok semakin keras, karena tahu Vita tak lama lagi meraih klimaksnya“Aahhh, Ahhhh, Ahhhh, Aaaaahhhhhhh !” Vita mencengkeram lengan Soleh. Soleh yang mengerti menghentikan sodokan sambil tersenyum mengejek.“Errmm…” Vita menggigit bibir bawahnya, tubuhnya terhentak-hentak.Kakinya yang jenjang mengejang. Nafas Vita berdengus cepat tak beraturan selesai itu. Soleh menurunkan kakinya dan menarik lepas penis. Ia tersenyum bangga melihat barangnya mengkilap, terselimut jus cinta Vita.Vita melonjorkan kakinya, ingin beristirahat sejenak. Tapi Soleh malah membalikkan tubuh Vita hingga tengkurap.“Iyaah…” reaksi Vita, saat Soleh menarik tubuhnya turun dari meja setengah badan. Plaak! Tamparan mendarat di pantat Vita.“Enak ya…keluar, Hah?!” leceh Soleh. Pantat Vita menjadi sasaran tampar beberapa kali, dan Soleh menyepak kaki Vita agar lebih mudah memasuki tubuh Vita. Soleh meremas-remas pantat Vita sambil menggesekkan penisnya ke bibir vagina yang sudah banjir tak karuan itu.“Ouh, Sssstt…” Vita mendesis perlahan lalu menggigit bibirnya, seirama dengan kejantanan Soleh yang membelahnya perlahan dari belakang. Erangan kemudian terdengar ketika Soleh melanjutkan sodokan dengan penuh nafsu. Sodokan Soleh semakin lama semakin brutal. Rintihan Vita semakin keras pula jadinya, si cantik itu mencengkeram pinggiran meja. Vita terus terdorong hingga mentok ke pinggiran meja, buah dadanya yang menempel di meja terayun seirama goyangan meja. Soleh mencengkram bahu Vita dan memeluknya dari belakang. Sambil menempelkan tubuhnya ke tubuh Vita, Soleh menghirup harum rambut Vita sambil meremas payudara Vita dan tentunya tidak lupa menggempur liang kemaluan Vita sekencang-kencangnya. Mata Vita terpejam, mulutnya menganga, menjeritkan kenikmatan. Vita tidak menyangka, ternyata Soleh lama sekali bisa menahan untuk tidak keluar. Nyaris lima menit tanpa henti batang Soleh keluar-masuk kewanitaan Vita, menggesek dinding-dindingnya sampai Vita ngilu, namun Soleh seperti tidak ada habisnya. Yang tak bisa ditolak Vita adalah kenyataan bahwa dia tetap merasakan kenikmatan, walaupun dia sedang disetubuhi dengan paksa. Bahkan bisa dibilang diperkosa. Walaupun dia sudah ada pengalaman sebelumnya, dia belum pernah mengalami yang seperti ini. Soleh akhirnya memeluk tubuh Vita erat-erat dan menusuk dalam sekali.Vita merasakan penis Soleh kejang-kejang di dalam vaginanya… Gawat!“Ah!” jerit Vita, menyadari apa yang terjadi.“Jangan di dalem Mas… Plis Mas, jangan!” pinta Vita sambil meronta, berusaha melepaskan diri dari rangkulan Soleh.Vita berhasil mendorong Soleh yang tak konsentrasi karena sedang asyik memuntahkan lahar panasnya. Penis Soleh pun keluar dari dalam vagina Vita dalam keadaan masih muncrat, sehingga sebagian spermanya terciprat ke pantat Vita. Tapi tadi keburu ada sedikit yang sempat dikeluarkan di dalam. Vita merasakan tubuhnya lemas, ingin dia lari dari sana saat itu juga, ke kamar mandi atau ke manapun di mana dia bisa mencuci bersih benih tak diundang yang terbuang dalam rahimnya. Soleh terduduk ke satu kursi, dan tertawa-tawa seperti orang gila.“Huahahahah… Enak banget memek lonte baru gue… Apalagi kalo bisa dikeluarin di dalem kayak tadi…Sedikit keberanian muncul dalam diri Vita untuk meminta.“MAS… Udah puas kan… Aku… boleh pulang?”Dia mengatakan itu sambil menatap dengan benci ke arah Soleh yang lemas keenakan. Soleh cuma nyengir melihat korbannya yang telanjang, bersimbah keringat, dan ternoda peju itu.“Ya udah… Buat hari ini udahan dulu! Makasih ya cantik, tadi enak banget, sumpah, mendingan kamu daripada dua yang lain itu!”Vita tak peduli kancing blusnya belum terpasang rapi, dan dia pun belum memakai pakaian dalamnya. Hanya mengenakan blus dan rok serta menggenggam pakaian dalam, Vita berlari keluar dari ruang rapat. Dia menuju toilet terdekat yang untungnya memiliki ruang shower kecil. Di situ, Vita kembali melepas bajunya, dan pertama-tama langsung membasuh kemaluannya. Dia tak mau dia jadi mengandung gara-gara perbuatan Soleh tadi.*****Di ruangan CCTV…Junaedi, si satpam, duduk sambil menyaksikan rekaman adegan striptease Vita di ruang rapat. Dia dan Soleh memang sengaja menyuruh Vita ke ruang rapat lantai 2 karena di sana dia sudah memasang kamera pengawas dengan kualitas paling bagus. Demi menjerumuskan Vita lebih jauh, mereka merencanakan membuat video semacam itu.“Gila… bagus amat bodinya si Vita…” kata Junaedi sambil ngiler.Dia hanya menyalakan kamera sampai Vita selesai striptease saja; tidak merekam apa yang terjadi selanjutnya karena sudah tahu Soleh sedang menikmati tubuh si cantik itu. Hari ini giliran Soleh melahap Vita, besok giliran dia. Tidak apa-apa. Yang penting videonya sudah jadi. Dan Junaedi sudah ngaceng dari tadi menikmati liukan tubuh Vita. Dia sudah tak tahan.“Uahh… gue mau ngecrot nih!”Di ruangan itu juga ada… Flora, bawahan Vita, yang berlutut di depan selangkangan Junaedi dan sejak tadi mengoral penis si satpam. Junaedi mencengkeram belakang kepala Flora dan memaksa Flora men-deepthroat anunya selagi dia menyemburkan cairan benihnya. Gadis kurus berambut pendek itu tak bisa berbuat apa-apa selain menerima semburan cairan hangat di mulutnya.“Mmmpphhh!!” teriaknya tertahan.“Uooohh!!” seru Junaedi.Setelah puas, barulah Junaedi melepas cengkeraman. Flora langsung menarik kepalanya dan terbatuk-batuk, tersedak mani Junaedi.“Uhk… uuhkk…” Sebagian mani tercecer dari bibir Flora. Flora langsung menutup mulutnya dengan tangan dan memuntahkan sperma yang masih tersisa di mulutnya. “Kasar amat…” keluhnya.“Banyak bacot lu…” omel Junaedi. “Tuh lihat, akhirnya kita berhasil. Dia mau juga tuh digituin. Berapa hari ke depan juga dia bakal dijadiin kayak elu… jadi lonte kami. Ahh… tuh kan, gue udah ga sabar pengen nyobain memek si Vita. Giliran gue baru besok tapiii. Ya udah. Ayo nungging!”Flora pasrah dan berbalik badan, lalu menungging membokongi Junaedi. Si satpam nyengir dan langsung menyiapkan senjatanya.Cerpen Sex*****Vita selesai membersihkan vaginanya yang baru dinodai Soleh, dan telah memakai lagi pakaiannya. Ketika dia keluar kamar mandi, ternyata Soleh menunggu di luar. Soleh menyuruhnya pulang.“Hati-hati di jalan ya. Oiya. Dandanan kamu hari ini oke juga. Tapi masih nanggung ya. Besok mesti bisa lebih seksi lagi. Bisa kan?”Vita cuma mengangguk lemah, pikirannya sudah capek karena dikerjai Soleh. Tapi dia tak punya pilihan. Dia sudah tahu apa yang bisa dilakukan kedua bangsat itu. Dengan langkah lemas Vita kembali ke ruangannya, mengambil tas, lalu pergi meninggalkan ruangan.*****Pos satpam dekat pintu keluar, pukul 8 malam.“Udah sono pulang, sebentar lagi kereta lewat,” kata Pak Chaerul, kepala keamanan yang membawahi semua satpam gedung, kepada Andy si wakil manajer produksi yang sedang menemaninya duduk-duduk di depan pos satpam. “Ga usah mikirin kerjaan terus, mikir yang laen napa, misalnya calon istri, kamu kan udah waktunya cari jodoh.”“Yang itu biar gimana jalan ke depan aja deh Pak…” kata Andy sambil melihat Pak Chaerul yang rambutnya sudah beruban semua tapi tetap bertampang tegas. Andy baru selesai lembur, tapi karena menunggu jadwal kereta lewat jadi dia ngobrol dengan Pak Chaerul. Andy sebenarnya kurang suka bergaul dengan orang, tapi sekalinya bertemu teman yang cocok seperti Pak Chaerul, dia bisa ngobrol banyak dan lama. Sifatnya yang terkesan kaku itu hanya kepada orang yang kurang dikenal saja.“Ah, kamu mah kebanyakan mikir, makanya ga maju-maju,” Pak Chaerul menyindir. Andy membalas, “Tetep aja mesti mikir Pak, daripada dapet yang kayak kemarin lagi…” nada bicara Andy berubah jadi suram “…kirain dia cewek setia, nggak taunya pengkhianat. Tampang baik-baik juga nggak jaminan.”Pak Chaerul menyikut pelan Andy. “Itu yang namanya kebanyakan mikir, tau,” sanggahnya. “Kamu mesti ngambil risiko, kalau nggak sampai tua ga kawin-kawin loh. Jelek-jelek gini, Bapak udah punya istri dari umur 20. Ga usah banyak mikir urusan perempuan, kalau ada kesempatan, hajar aja… Eh ada yang baru pulang tuh?”Di depan mereka, Vita melintas, berjalan dengan lesu setelah akhinya diperbolehkan pulang oleh Soleh. Perasaannya campur aduk, dan dia pun membayangkan besok harus menjalani hari seperti ini lagi.Pak Chaerul menarik Andy sampai bangun lalu mendorong Andy agar menghampiri Vita.“Sono samperin!” perintahnya.Andy tidak bisa menolak dan berjalan mendekat ke Vita.“Emm… Vita dari bagian keuangan kan?” Andy menyapa. “Baru pulang? Abis lembur juga ya?”“Eh… I… iya,” Vita kaget, tak menyangka bakal dihampiri orang. Tapi perasaannya masih kalut sehingga kedatangan Andy yang tiba-tiba membuat dia waswas. “Mas… Andy kan? Iya, …abis lembur.”Keduanya berjalan bareng sampai ke luar pagar. Tanpa bicara. Vita masih panik dan takut, Andy belum pede untuk mengajak bicara Vita yang kurang dikenalnya. Akhirnya…“Ke arah mana?” tanya Andy.“Ke…” Vita menyebut satu daerah pinggir kota. “Mas Andy ke… mana?” balas Vita. Andy menjawab daerah lain yang agak jauh dari tujuan Vita. “Aku mau ke stasiun…” kata Andy.


“Ya… nggak sejalan nih, yaudah aku duluan ya Mas Andy…” Vita buru-buru pergi meninggalkan Andy, dia malu menghadapi karyawan lain dengan keadaan seperti itu. Andy kelamaan bereaksi, dia cuma melongo melihat Vita yang langsung pergi. Tapi Andy bisa melihat. Vita seperti sedang bermasalah.–
Share:

Pesta Sex Di Hari Ulang Tahun


Sebut saja namaku Tania. Agustus kemarin baru saja aku merayakan ulang tahunku yang ke 36. Sebuah perayaan ulang tahun yang sangat berkesan buatku, karenanya aku tidak tahan untuk tidak meceritakannya di situs ini. Situs ini kukenal secara tidak sengaja ketika pada suatu ketika aku online di sebuah warnet, ternyata begitu layar Internet Explorer terbuka langsung masuk ke situs ini. Terus terang cerita-cerita di situs ini sangat menggugah hasratku, meskipun aku tahu ada beberapa cerita yang jelas-jelas hanya karangan belaka. Namun aku merasa agak ‘minder’ untuk menceritakan pengalamanku yang begitu-begitu saja, sampai akhirnya aku mengalami hal yang sangat berkesan di ulang tahunku kemarin.Sebagai ibu rumah tangga dengan suami yang luar biasa sibuk, aku sering merasa jenuh di rumah. Pergaulanku pun tidak terlalu luas. Aku bukan tipe wanita yang senang kumpul-kumpul, ke kafe, hura-hura dan sebagainya. Hiburanku paling hanya TV, telepon dan komputer. Aku sering chating untuk menghilangkan kejenuhanku. Dari chat itulah aku mulai mengenal yang namanya perselingkuhan. Kepulangan suamiku yang hanya empat-lima hari dalam sebulan jelas membuatku sepi akan kasih sayang. Dan tentunya sepi pelayanan. Tapi mungkin aku juga terpengaruh oleh teman-teman chatku. Sebelum kenal chating, aku tidak begitu perduli dengan kesepianku. Namun setelah banyak bergaul di chat, aku mulai merasa bahwa selama ini hasrat birahiku tak pernah terpenuhi.Ronny adalah pria pertama yang berselingkuh denganku. Usianya lima tahun lebih muda dariku dan sudah menikah. Tubuhnya cukup ideal dan aku puas setiap berkencan dengannya. Namun kami tidak bisa sering-sering karena istri Ronny bukan tipe wanita yang bisa dibohongi. Setelah Ronny aku pun semakin membuka diri dengan menggunakan nick chat yang bikin penasaran. Beberapa pria mulai sering mengisi kekosongan birahiku. Ada Ferry, manager sebuah perusahaan kontraktor berusia 30 tahun yang lihai memancing birahiku. Lalu ada Dhani yang seumuran denganku yang tidak pernah puas dengan pelayanan istrinya. Dan masih ada beberapa lagi.
Aku mulai mengenal daun muda ketika berkenalan dengan Chris, mahasiswa salah satu PTS di Jakarta yang usianya lebih muda 15 tahun dariku. Waktu itu aku agak segan berkenalan dengannya karena usianya yang terpaut jauh sekali denganku. Namun Chris memberiku pengalaman lain. Suatu ketika dia datang ke rumahku saat rumahku sedang sepi. Dan dengan gairah mudanya yang menggelegak, Chris memberikan sensasi tersendiri padaku. Apalagi dengan ‘Mr. Happy’ miliknya yang king size. That was great.Aku pun jadi tertarik dengan daun-daun muda yang bertebaran di chat room. Sampai akhirnya aku mengoleksi sekitar 20 daun muda dengan usia antara 17-25 tahun yang keep contact denganku. Memang baru 4 orang dari mereka yang sempat berkencan denganku, namun yang lainnya tetap aku kontak via telepon. Hingga akhirnya menjelang ulang tahunku Agustus kemarin aku punya rencana yang belum pernah aku lakukan sebelumnya. Aku mengontak 8 daun muda yang kupilih untuk merayakan ulang tahun bersamaku. Pilihan pertama jatuh pada Felix, siswa kelas 3 di salah satu SMU yang cukup terkenal di Jakarta Selatan.“Halo tante..”, sapanya ceria ketika aku menghubungi HP-nya.“Ya sayang, Sabtu ini ada acara nggak?”, tanyaku tanpa basa-basi.“Ya biasa tante, paginya sekolah dulu”, jawabnya sedikit manja.


“Tapi sorenya free kan, tante ada acara nih..”, tanpa kesulitan Felix menyanggupi undanganku.Selanjutnya Arga, mahasiswa salah satu PTS di Depok. Tanpa kesulitan pula Arga menyanggupi undanganku. Kemudian Frans, salah seorang instruktur di pusat kebugaran milik seorang binaragawan ternama di negeri ini. Frans juga menyanggupi. Aku senyum-senyum sendiri membayangkan tubuh Frans yang tegap berotot dan ukuran Mr. Happynya yang.. wow! Aku pernah sekali berkencan dengannya dan aku takjub dengan Mr. Happy miliknya yang panjangnya 3 kali Nokia 8850 milikku. Selanjutnya Dodi, siswa SMU di salah satu sekolah swasta yang cukup elit di bilangan Jakarta Selatan. Lalu Stanley, mahasiswa PTS ternama di daerah Grogol dengan sepupunya Jonathan yang juga kuliah di tempat yang sama. Lantas Rhino, gitaris di salah satu kafe di daerah Selatan. Dan terakhir tentu saja Chris, daun muda pertamaku.Hari yang kunantikan pun tiba, tepatnya sehari sebelum ulang tahunku. Pagi-pagi sekali aku menitipkan Juliet, anakku yang duduk di bangku SMP, ke rumah kakakku. Aku beralasan ada reuni SMA weekend ini. Setelah itu aku mampir ke salah satu bakery di bilangan Hayam Wuruk untuk mengambil kue ulang tahun pesananku. Kemudian aku langsung check in di suite room salah satu hotel berbintang di daerah Thamrin. Di kamar aku segera re-check daun-daun mudaku untuk memastikan kehadiran mereka. Semua beres, mereka akan hadir sekitar jam 5 sore.Sekarang baru jam 11 siang. Cukup lama juga sampai jam 5 sore nanti. Sambil tiduran di ranjang aku membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Kok malah jadi horny. Aku mondar-mandir di kamar tak karuan. Untuk mengusir kejenuhan aku turun ke bawah, sekalian mencicipi makan siang di restoran hotel tersebut. Di salah satu meja, aku melihat 5 orang wanita seusiaku dan 1 orang pria yang wajahnya masih cute sekali. Mungkin masih kuliah atau sekolah. Mereka makan sambil ngobrol dan tertawa-tawa. Sama sekali tak menyadari kehadiranku, sampai akhirnya salah seorang dari wanita-wanita itu beradu pandang denganku. Dia memberitahu yang lain, dan si cute melambai ke arahku. Aku tersenyum dan membalas lambaiannya.Selesai makan, aku mendapat selembar memo dari salah seorang pelayan. Aku membaca isi pesannya, “DANIEL, 0856885— PLZ CALL ME”. Aku tersenyum. Sampai di kamar, aku menghubungi nomor tersebut.“Halo..” terdengar ribut sekali di ujung sana.“Halo, Daniel?” tanyaku.“Ya, siapa nih?” tanya si pemilik suara itu lagi.“Aku dapet memo dari kamu..”“Ohh.. iya, nama kamu siapa?” kami berkenalan, dan ternyata Daniel adalah si cute yang aku lihat di resto bersama 5 wanita tadi. Dan aku surprise sekali setelah mengetahui bahwa Daniel juga sedang merayakan ulang tahunnya hari ini. Dia juga surprise setelah kubilang bahwa aku juga akan merayakan ulang tahun di sini. Kemudian Daniel mengundangku untuk merayakan ulang tahun di kamar yang disewanya di bawah. Kebetulan! Sambil mengisi waktu nggak ada salahnya pemanasan dulu.Family room yang disewa Daniel penuh dengan balon aneka warna. Kelima wanita yang kulihat tadi ada di situ. Salah satunya adalah adik maminya Daniel, dan yang lain teman-temannya. Rupanya Daniel ‘dipelihara’ sebagai gigolo oleh kelima wanita tersebut. Candra, adik maminya Daniel adalah wanita pertama yang mengenalkan anak itu ke dalam dunia seks. Lalu ada Shinta dan Melly, teman kerja Candra, serta Yuni dan Liana, teman aerobik Candra. Dan hari itu mereka berlima sepakat untuk merayakan ulang tahun Daniel di kamar tersebut sejak tadi malam. Tepat jam 12 tadi malam Daniel menirima suapan kue ulang tahun dari mulut wanita-wanita itu secara bergantian, dan jam 5 pagi tadi mereka baru selesai melepas birahi bersama.Acara kali ini semacam games, dimana Daniel dalam keadaan telanjang bulat diikat dengan mata tertutup atas ranjang dengan penis yang tegak. Kemudian secara acak kelima wanita itu memasukkan penis Daniel ke dalam vagina mereka, dan saat itu Daniel harus menebak, siapa yang sedang menindihnya. Kalau benar, Daniel diperbolehkan melepaskan ikatannya dan melepas birahinya dengan wanita yang tertebak. Tapi kalau salah, wanita tersebut akan menyodorkan vaginanya ke mulut Daniel, dan anak itu harus memuaskannya dengan lidahnya.Aku menyaksikan permainan yang seru itu di salah satu kursi di situ. Ramai sekali mereka bermain. Kadang aku senyum-senyum ketika Daniel salah menebak. Anak itu lihai sekali melakukan oral sex, sudah 3 wanita yang klimaks akibat permainan lidahnya. Aku menikmati permainan itu, yang ujung-ujungnya mereka kembali berpesta sex berenam. Candra mengajakku bergabung. Sebetulnya aku agak keberatan, karena aku belum pernah melakukan hubungan seks dengan melibatkan wanita lain. Namun aku ngiler juga melihat tubuh Daniel yang cukup oke itu, apalagi dengan penisnya yang wow!Lumayan juga buat pemanasan. Aku sempat dua kali klimaks di pesta mereka. Yang pertama dengan Daniel, dan yang kedua..ehm, saat oral sex dengan Liana. Jujur saja, awalnya aku agak jengah ketika merasakan kulit tubuhku bersentuhan dengan kulit wanita-wanita itu, apalagi saat menyentuh bagian-bagian sensitif. Namun gairah birahi yang menyala-nyala dapat membuatku melupakan semua rasa risau tersebut. Akhirnya aku sangat menikmati juga bermain dengan wanita-wanita itu.Sayangnya menjelang jam 5 aku harus selesai lebih awal, kerena sebentar lagi orang-orang yang akan merayakan ulang tahunku akan datang. Padahal aku baru saja menikmati permainan mereka. Aku pun pamit, namun sebelum kembali ke kamar aku mengundang mereka ke kamarku untuk bergabung dengan pesta ulang tahunku nanti malam. Mereka setuju, terutama kelima wanita tersebut karena mendengar ada 8 daun muda yang kuundang untuk memuaskan hasratku.Masih kurang lima menit, aku menunggu sendirian di kamar yang luas tersebut. Frans yang pertama kali datang. Pria bertubuh tegap itu langsung mencium bibirku sambil mengucap happy birthday. Dengan gaya jantannya Frans bermaksud menggendong tubuhku seperti biasa, namun aku menahannya.“Ntar Frans, tunggu yang lain..”, kataku.Wajah Frans terlihat bingung.Aku pun menjelaskan rencana ulang tahunku kepadanya. Pria itu tertawa terbahak-bahak.“Gila.. tante maniak banget ya, emang kuat?”, goda Frans.Aku tersenyum. Tak lama kemudian Chris datang. Anak itu terkejut mendapati ada pria lain di kamar itu. Aku pun kembali menjelaskan rencanaku kepadanya. Chris sampai geleng-geleng. Lalu Felix dan Dodi datang secara bersamaan dengan raut wajah keduanya yang sama-sama bingung. Chris dan Frans tertawa-tawa melihat kebingungan mereka. Kemudian Stanley dan Jonathan juga datang bersamaan, namun mereka tidak terlalu kaget karena aku sering bermain bertiga dengan mereka. Lalu Arga, dan terakhir Rhino.Lengkaplah sudah. Aku mengajak mereka ke sauna untuk mandi bersama. Aku melihat beberapa dari mereka agak risih. Mungkin mereka tidak terbiasa berada dalam satu ruangan dengan sesama pria dalam keadaan telanjang. Hanya Stanley, Jonathan, Frans dan Chris yang bisa menguasai keadaan. Yang lain masih terlihat agak nervous. Selesai bersauna, aku mengeluarkan anggur yang kubawa dari rumah tadi. Anggur itu sudah kucampur dengan obat perangsang dan obat kuat konsentrasi tinggi. Aku jamin siapa pun yang meminumnya mudah sekali terangsang dan dapat bertahan lama. Aku memberikan mereka satu persatu. Kemudian kita ngobrol-ngobrol di atas ranjang sambil minum. Oya, semenjak dari sauna tadi, tak satu pun tubuh kami yang ditutupi pakaian. Kami sudah bertelanjang bulat.Kami terus ngobrol-ngobrol sambil aku menunggu reaksi obat tersebut. Sekitar setengah jam kemudian mereka mulai menunjukkan gejala-gejala terangsang. Beberapa bahkan penisnya mulai mengeras. Aku mencoba membakar gairah mereka dengan menjamahi tubuhku sendiri. Sambil minum kuusap-usapkan tanganku ke seluruh tubuh, kumainkan payudaraku, dan kuusapi permukaan vaginaku. Aku tertawa dalam hati. Dari tingkah laku dan ekspresinya, jelas sekali kalau birahi mereka sudah naik ke kepala. Namun tak ada yang berani memulai, sampai Chris yang duduk di dekat kakiku memberanikan diri menyentuhku. Frans ikut-ikutan menjamah tubuhku, disambung Felix, dan akhirnya semua bergumul menyentuhku. Ah great! The party has just begun.Aku asyik berciuman dengan Frans dengan panuh nafsu, sementara Arga dan Dodi menjilati kedua payudaraku. Tangan kiriku asyik mengocok penis Felix sedangkan yang kanan dengan lincah memuaskan Chris. Lidah Jonathan menari lincah di perutku, memberikan sensasi kenikmatan tersendiri. Sementara Stanley dan Rhino melengkapi kenikmatan dengan menjelajahi daerah di bawah perut dengan lidah dan jari-jari mereka. Ahh.. baru kali ini aku merasakan gejolak yang luar biasa. Setiap jengkal tubuhku rasanya dimanja dengan sentuhan mereka. Kami pun bertukar-tukar posisi.Hampir dua jam kami melakukan fore-play tersebut. Chris yang pertama berhasrat menembus lubang vaginaku. Sambil bersandar di dada Frans yang bidang, sementara Stanley dan Felix asyik mencumbui tubuhku yang terawat, aku menerima kenikmatan yang diberikan Chris. Ahh.. anak itu hebat sekali memainkan temponya. Penisnya yang memang berukuran besar terasa memenuhi vaginaku. Setelah Chris, gantian Jonathan yang menghujamkan penisnya yang bertindik mutiara itu ke dalam vaginaku.“Ahh.. ahh.. terus Jo.. aahh..”, aku mulai mendesah merasakan bola mutiara itu memijit-mijit dinding vaginaku.Uhh.. nikmat sekali. Daun mudaku yang satu ini memang kreatif sekali mendandani penisnya. Suatu kali saat aku berkencan dengannya, Jonathan memasang sepuluh anting-anting kecil yang terbuat dari silikon di sekeliling leher penisnya. Hasilnya..wow, aku mengalami multi orgasme hingga 17 kali berturut-turut. Saat itu hampir aku kehabisan nafas.Seperti biasa saat aku main dengan Jonathan, Stanley kumat gilanya. Penis Jonathan yang berdiameter 5 cm itu sudah hampir memenuhi vaginaku, Stanley menambahnya dengan menghujamkan penisnya yang berukuran kurang lebih sama dengan Jonathan ke dalam vaginaku. Akkhh.. nikmatnya! Aku sampai menggigit tangan Felix yang sedang memelukku.“Ahh.. ahh.. oohh..”, birahiku semakin memuncak. Saat itu Rhino langsung menyumpal mulutku dengan penisnya yang belum disunat itu. Mmm.. nikmat sekali.


Aku mengulum dan memainkan ujung penis Rhino yang kenyal. I like this.. aku menggigitinya seperti permen karet. Anak itu mengerang keasyikan. Aku merasa birahiku semakin memuncak. Dan..ahh, aku pun mencapai orgasmeku. Jonathan dan Stanley mencabut penis mereka pelan-pelan. Kemudian gantian Stanley yang memasukkan penisnya yang basah itu ke dalam mulutku.Di bawah, Frans kembali bergumul dengan vaginaku. Lidahnya lincah menari-nari membangkitkan kembali gairahku hingga birahiku kembali naik. Lantas dituntaskannya dengan penis supernya tersebut. Ahh.. nikmatnya. Kami terus berpesta, bergumul dan berganti-ganti posisi. Tanpa terasa malam hampir mencapai pukul 12. Artinya sebentar lagi hari ulang tahunku akan tiba. Saat itu segenap kepuasan telah menyelimuti kami dari pesta sejak sore tadi. Tubuh-tubuh macho itu tergeletak melepas ketegangannya di tengah-tengah tubuhku, sambil kami bercumbu-cumbu kecil.Akhirnya alarm handphoneku yang sengaja kupasang, berbunyi. Now it’s the time!Tepat jam 12 aku mengeluarkan kue ulang tahun yang kubeli tadi siang dari dalam lemari es. Kuletakkan di atas meja. Kedelapan daun mudaku berdiri mengelilingi meja tersebut. Acara potong kue pun dimulai. Potongan pertama kuletakkan di atas cawan, kemudian kuberikan pada Chris yang berdiri di sebelahku. Kusuapkan sepotong ke mulutnya dengan mulutku. Kemudian potongan kedua kuberikan pada Frans dengan cara yang sama. Lalu berturut-turut Stanley, Jonathan, Arga, Dodi, Rhino dan terakhir Felix.Kami pun berpesta dengan kue itu dan tentunya beberapa botol anggur yang telah kuberi obat perangsang tadi. Selesai makan, atas ide Frans aku diminta berbaring di atas meja, kemudian tubuhku dibaluri sisa krim dari kue dan sedikit disirami anggur. Kemudian dengan buas, kedelapan daun mudaku melumat tubuhku dengan lidah mereka. Ahh.. nikmat sekali rasanya. Aku merasa seperti ratu yang dimanja gundik-gundiknya.Cerpen SexMereka tak hanya menjilati, tapi juga mencumbui seluruh permukaan kulitku. Sshh.. oohh.. Felix memang pintar sekali menjelajahi payudaraku. Anak itu berduet dengan Arga melumat payudara dan puting susuku. Frans, Rhino dan Chris asyik berebutan mengeroyok vagina dan pantatku. Uhh.. rasanya vaginaku ingin meleleh dibuatnya.Sudah 8 kali aku orgasme dengan permainan ini, namun mereka terus asyik melumat tubuhku tanpa henti. Gila, obat perangsang pemberian salah seorang temanku itu memang top banget.“Sshh.. oohh..”, untuk yang ke-9 kalinya aku mencapai orgasme.Karena tak tahan aku pun bangkit. Tubuhku sudah basah oleh air liur mereka. Aku melirik ke jam di handphoneku. 00:57. Sebentar lagi Daniel dan tante-tantenya akan kemari.“Sebentar ya sayang..”, aku menyingkir sedikit dari daun-daun mudaku untuk mengirim SMS ke Daniel.Tak lama kemudian anak itu membalas. Yup, confirm! Mereka sedang di lift dan sebentar lagi akan tiba.“Ok sayang.. kalian semua betul-betul hebat. Tante senang sekali merayakan pesta ulang tahun seperti ini. Nah.. sebagai imbalan, tante punya surprise buat kalian semua..”, cetusku sambil senyum-senyum.Kedelapan pria itu saling berpandangan dengan bingung.“Wah, surprise apalagi nih tante?”, tanya Chris.Aku mengecup bibir anak itu.“Liat aja bentar lagi”, jawabku.Baru saja aku meyelesaikan kalimatku, pintu kamar berbunyi. Aku segera memakai kimono dan menghampiri pintu.“Happy birthday Tania..”Daniel dan tante-tantenya berteriak ribut mengejutkan semua pria yang ada di dalam kamarku. Aku mempersilakan masuk dan mengenalkan mereka. Melihat kedelapan daun mudaku yang tanpa busana, kelima wanita itu langsung menanggalkan pakaian mereka tanpa basa-basi.“Oke semua, this is the real party.. Enjoy it!”, seruku pada mereka.Bagai pasukan yang dikomando, mereka langsung mencari pasangan dan memilih tempat masing-masing untuk melepas birahinya. Aku menghampiri Daniel yang masih berpakaian lengkap.“Sayang.. sekarang saatnya kita berduaan. Biar saja mereka berpesta, tante ingin menikmati tubuh kamu sendirian.. mm.. mm..”, desahku seraya mencium bibir Daniel.Pria macho itu langsung menggendong tubuhku dan membawaku ke bathroom. Daniel mendudukkanku di atas meja wastafel, dan kami pun melanjutkan ciuman kami. Tanganku lincah melucuti kemeja yang membungkus tubuh Daniel. Anak itu juga melepas kimono yang kupakai. My God! Untuk kesekian kali aku mengagumi tubuh kekar Daniel yang putih itu. Aku mendekap tubuhnya hingga dadanya menempel ketat di payudaraku. Ssshh.. hangat sekali. Daniel menciumi leher dan bahuku habis-habisan. Gairahku kembali naik.Dengan lembut Daniel mendorong tubuhku hingga setengah berbaring di atas wastafel tersebut. Kemudian dengan liar anak itu menjelajahi tubuhku dengan lidahnya. Ahh.. dia pintar sekali mencumbui puting susuku. Sementara sebelah tangannya mengusap-usap permukaan kemaluanku. Kedua tanganku sampai meremas rambut Daniel untuk menahan kenikmatanku. Daniel membasahi jari-jarinya dengan lidahnya, kemudian dimasukannya jari tengahnya yang kekar itu ke dalam lubang vaginaku.“Sshh.. oohh..”, aku mendesah merasakan kenikmatan itu.Daniel melirik ke wajahku yang sedang berekspresi seperti orang ketagihan. Bibir, lidah dan giginya tak henti-henti mencumbui puting susuku. Daniel memang lihai sekali memainkan tempo. Tak sampai lima belas menit, jari-jari Daniel berhasil membuatku klimaks. Aku memeluk dan mencium anak itu.Kemudian gantian aku yang turun ke bawah untuk menikmati penisnya yang aduhai itu. Gila, masih lemesnya aja segini, gimana udah tegang nanti. Penis Daniel yang tidak disunat itu terlihat lucu dengan daging lebih di ujungnya. Dengan lincah aku menjilati sekeliling penis anak itu. Daniel meremas rambutku dengan penuh nafsu. Lidahku mulai menjelajahi batang penisnya yang besar itu. Uhh.. gila besar sekali. Sampai pegel lidahku menjilatinya. Sesekali Daniel menggesek-gesekkan batang penisnya itu ke mulutku dengan geMas. Aku semakin liar saja melumatnya. Pelan-pelan aku mulai melahap penis Daniel. Mmm.. mm.. enak sekali. Aku mengulum ujung penis Daniel yang kenyal, dan menarik-nariknya seperti permen karet. Anak itu sempat bergidik menahan nikmat. Sambil mengulum ujungnya, kedua tanganku memainkan batang penisnya yang sudah basah oleh air liurku itu. Lidahku semakin lincah dan liar.Akhirnya penis Daniel mencapai ukuran klimaksnya. Dan.. wow betul-betul fantastis. Aku mengukurnya dengan jariku. Gila, nyaris dua jengkal tanganku. Kayaknya tadi waktu party bareng tante-tantenya nggak segede ini. Makan apa sih ni anak. Penis Daniel sudah keras, kepalanya sudah menyembul dari balik kulitnya dan urat-urat yang perkasa mulai menghiasi sekeliling batang penisnya. Daniel mengusap-usapkan penisnya ke sekujur wajahku. Ahh.. nikmat sekali. Sebentar lagi aku akan merasakan kejantanannya.Sambil berpegangan di wastafel, aku siap dengan posisi nungging. Perlahan-lahan Daniel menyelipkan batang penis jumbonya itu ke dalam liang vaginaku. Aahh.. aku merasa seperti seorang perawan yang baru menikmati malam pertama. Penis Daniel terasa sulit menembus vaginaku. Pelan-pelan Daniel menusukkan semakin dalam, dan.. akhirnya penis Daniel amblas ke dalam vaginaku. Uhh.. rasanya ketat sekali di dalam.“Shh.. tante.. lubangnya sempit banget sih.. enak banget nih..ahh..”, Daniel mendesah di telingaku.Pelan-pelan Daniel mulai memaju-mundurkan penisnya. Ohh..ohh..oohh.. nikmat sekali. Sementara kedua tangannya yang kekar meremas payudaraku.“Aahh.. ahh.. Daniel.. aahh.. enak sekali sayang.. aahh..”, Aku merasakan tubuhku akan meledak menahan rasa nikmat yang luar biasa.Baru kali ini aku merasa seperti ini. Dan tak lama kemudian aku pun mencapai klimaks. Ahh.. Daniel mencabut batang penisnya dari vaginaku. Gila, anak itu masih cool aja. Masih dalam posisi berdiri, aku memeluk tubuh kekarnya, sambil menciumi dadanya yang bidang.“Gila, kamu hebat sayang.. mmhh..”, desahku seraya melumat bibirnya.Daniel lalu menggendong tubuhku dan dia mulai melumat payudara dan puting susuku. Ahh.. asyik sekali.“Tante.. aku mau sambil berdiri ya..”, desahnya.Aku mengangguk. Tanpa kesulitan Daniel kembali meyelipkan batang penisnya yang masih keras ke dalam vaginaku yang sudah becek. Oohh.. kami bermain dengan posisi berdiri. Berat badanku membuat penis Daniel menancap semakin dalam. Nikmat sekali rasanya.Entah berapa kali aku dan Daniel saling melepas nafsu di kamar mandi itu. Tubuhku sampai lemas karena terlalu sering orgasme. Daniel yang masih stay cool duduk di atas toilet, sementara aku duduk di pangkuannya sambil merebahkan tubuhku di dadanya yang bidang.“Hhh.. kamu gila sayang, hebat banget sih..”, cetusku sambil mencubit hidung Daniel.Anak itu tersenyum sambil mengusap rambutku.“Tante juga hebat.. gila tadi tante party sama cowo-cowo itu ya?”, tanya Daniel sedikit takjub.Aku mengangguk manja. Anak itu sampai geleng-geleng.“Kamu juga sering kan party bareng tante-tantemu itu? Hayo ngaku..”, celetukku dengan nada bercanda.Daniel tertawa. Sambil melepas lelah aku berbagi cerita dengan Daniel. Aku sampai geleng-geleng mendengar ceritanya. Di usianya yang masih semuda itu ternyata pengalaman seksualnya jauh lebih banyak daripadaku. Dengan segala kelebihan fisik yang dimilikinya, anak itu seringkali menyelesaikan persoalan dengan rayuan dan pesona bercintanya. Mulai dari teman sekelasnya yang rela membuatkan PR-nya dan Daniel membayarnya dengan memberi kenikmatan birahi pada si cewe itu. Kemudian tantenya yang kepergok berselingkuh di salah satu restoran, juga merelakan tubuhnya dipuaskan Daniel sebagai imbalan tutup mulut. Bahkan sampai wali kelasnya yang menurutnya memang cantik itu, rela membubuhkan nilai 9 di raport Daniel dengan imbalan pelayanan birahi yang memuaskan dari anak itu.“Tante, kita keluar yuk, kayaknya pada berisik banget deh..”, ajak Daniel tiba-tiba.Aku mengangguk setuju. Sejak tadi memang di luar kamar mandi tersebut berisik sekali. Suara lenguhan, desahan sampai jeritan manja sayup-sayup terdengar saat aku berpacu nafsu dengan Daniel di kamar mandi tadi.Betapa terkejutnya aku ketika keluar dari kamar mandi melihat pemandangan yang selama ini hanya dapat aku nikmati lewat blue film. Para daun mudaku tersebar di berbagai sudut asyik berbagi kenikmatan dengan tante-tantenya Daniel.Jonathan dan Stanley yang selalu kompak asyik memuaskan Shinta di salah satu sofa. Arga, Rhino dan Dodi juga sibuk menggumuli Melly, yang paling cantik dan seksi di antara wanita-wanita itu. Sementara Candra bagai seorang ratu tergolek di atas ranjang, sementara Chris dan Felix dengan buas menggeluti tubuhnya yang memang mulus. Si macho-ku Frans rupanya yang jadi favorit sampai Yuni dan Liana berebut menikmati Mr. King-nya. Aku geleng-geleng melihatnya seraya memeluk tubuh Daniel yang ada di sebelahku. Inikah yang namanya orgy? Betul-betul gila. Aku tak menyangka kalau pesta ulang tahunku menjadi sefantastis iniAku dan Daniel pun bergabung dengan mereka. Entah berapa jam lamanya aku larut dalam pesta gila itu. Kami berganti-ganti pasangan seenaknya. Entah sudah berapa kali kami orgasme. Namun khasiat obat perangsang yang kubawa itu memang luar biasa. Stamina kami seperti tak ada habis-habisnya.Pesta gila itu akhirnya terhenti oleh Candra yang punya ide untuk bikin games. Wanita itu ingin membuat game seperti yang dilakukannya pada Daniel sore tadi sebagai hadiah ulang tahunku. Tentu saja aku setuju. Dengan posisi nungging, aku berlutut di atas ranjang. Kepalaku rebah di atas bantal, mataku tertutup, sementara kedua tanganku diikat. Kedua pahaku kubuka lebar-lebar. Permainan pun dimulai. Pria-pria yang ada di situ secara acak akan memasukkan batang penisnya ke dalam vaginaku. Jika aku bisa menebak siapa yang sedang beraksi, aku boleh melepas ikatanku dan melapas hasratku dengan pria tersebut. Namun jika aku salah menebak, aku harus mengulum penis pria tersebut sampai dia orgasme.Suasanya sunyi senyap. Penis pertama mulai menyusup perlahan ke dalam lubang vaginaku. Aku berharap penisnya Jonathan, karena mudah sekali mengenalinya. Perlahan penis itu terus masuk ke dalam liang vaginaku. Ups.. tidak ada aksesoris apa-apa. Berarti bukan Jonathan. Siapa ya? Aku jadi penasaran. Penis itu sudah amblas seluruhnya kedalam vaginaku. Ughh.. nikmatnya. Tapi siapa ya? Aku melakukan kegel untuk memancing desahan pria itu. Sial, nggak bersuara. Yang ada malah suara Shinta, Melly, Candra, Yuni dan Liana yang berah-uh-ah-uh mengacaukanku. Ah.. aku betul-betul bingung.“Stanley?” tebakku.Wanita-wanita itu cekikikan. Sang pria sama sekali tak bersuara. Tiba-tiba tubuh pria tersebut menunduk hingga aku bisa merasakan dengusan nafasnya. Dibukanya tutup mataku.“Awww.. Chris!”, teriakku.Gimana aku nggak bisa ngenalin sih. Dasar. Mereka semua tertawa. Sebagai konsekuensi, aku harus mengulum penisnya sampai anak itu orgasme. Permainan terus berlanjut. Berkali-kali aku gagal. Mungkin ada sekitar 7 kali aku tidak bisa menebak. Padahal kadang salah seorang dari mereka beraksi lebih dari satu kali. Tapi aku tetap tidak mengenali. Sialnya Jonathan malah melepas aksesoris yang menjadi ciri khasnya. Huh.. Tapi aku senang. Bukan Tania namaku kalau tidak mengenali penis si macho, Frans. Aku langsung menjerit keasyikan begitu tahu tebakanku tepat. Dengan cool Frans melepaskan ikatanku dan kami melepas birahi dengan ditonton oleh yang lain. Setelah orgasme, permainan dilanjutkan.Berikutnya ketebak lagi. Gimana nggak, siapa lagi yang penisnya bisa membuatku merasa seperti perawan. Ughh.. nikmat sekali saat penis super besar itu amblas di dalam vaginaku. Aku yang memang sudah bisa menebak mencoba mengulur waktu sebentar. Nikmat sekali penis ini. Aku melakukan kegel berkali-kali, hingga tiba-tiba penis itu memuntahkan spermanya yang kental di dalam vaginaku. Si pemilik penis mengerang menahan nikmat. Aku bisa mendengar suara gumaman heran orang-orang yang ada di situ.“Gotcha Daniel!”, seruku sambil tersenyum penuh kemenangan.Yang lain berteriak heboh. Daniel pun langsung membuka tutup mata dan tali yang mengikatku.“Tante curang ih..”, rajuknya manja.Aku tertawa dan memeluk tubuh anak itu. Kami pun bercumbu sambil disaksikan yang lain. Tak butuh waktu lama untuk mengembalikan birahi Daniel setelah aku ‘mencuri’ spermanya tadi. Dengan gayanya yang buas, Daniel membuat kami orgasme bersama.Permainan itu berlangsung sampai menjelang pagi. Setelah semua selesai, Daniel dan tante-tantenya pamit untuk kembali ke kamarnya. Sementara aku juga mau istirahat. Kami pun tertidur pulas sekali. Lewat jam dua belas kami baru bangun. Satu persatu daun mudaku pamit pulang, hingga akhirnya aku sendirian di kamar yang besar itu.Sambil berdiri di pintu, aku menyaksikan pemandangan kamar yang berantakan. Botol-botol minuman berserakan di mana-mana, begitu juga krim-krim bekas kue. Posisi kursi, meja dan sofa sudah nggak jelas, ranjang apalagi sudah mawut-mawutan. Tapi aku merasa puas sekali. Betul-betul pesta ulang tahun yang berkesan. Dan yang lebih berkesan lagi aku dapat daun muda baru, Daniel.Sejak kejadian itu, aku menjadi akrab dengan Daniel dan juga tante-tantenya. Aku jadi bersahabat karib dengan Candra. Dan dari mereka juga aku mulai mengenal kehidupan malam. Petualangan sex-ku pun makin beragam. Aku mulai sering ikut acara-acara gila yang diadakan Candra dan teman-temannya.


Februari kemarin, aku bercerai dengan suamiku. Toh aku pikir ada atau nggak ada suami sama saja. Dia jarang sekali di rumah. Hak asuh Juliet pun kuserahkan dengan ikhlas pada suamiku. Dan kini aku semakin bebas tanpa adanya suami dan anak. Aku bisa keluar rumah sesukaku dan ikut acara-acara gilanya Candra. Bahkan tak jarang aku menjadi tuan rumah untuk acara-acara tersebut, karena rumah peninggalan suamiku ini memang besar sekali. Aku pun juga bebas mengundang daun-daun mudaku ke rumah untuk memuaskanku kapan saja aku mau.–
Share:

Demi Nilai Rela Digoyang Oleh Dosen

Dengan langkah ragu-ragu aku mendekati ruang dosen di mana Pak Herianto berada.“Winda…”, sebuah suara memanggil.“Hei Ratna!”.
“Ngapain kau cari-cari dosen killer itu?”, Ratna itu bertanya heran.“Tau nih, aku mau minta ujian susulan, sudah dua kali aku minta diundur terus, kenapa ya?”.“Idih jahat banget!”.“Makanya, aku takut nanti di raport merah, mata kuliah dia kan penting!, tauk nih, bentar ya aku masuk dulu!”.“He-eh deh, sampai nanti!” Ratna berlalu. Dengan memberanikan diri aku mengetuk pintu.
“Masuk…!”, Sebuah suara yang amat ditakutinya menyilakannya masuk.“Selamat siang pak!”.“Selamat siang, kamu siapa?”, tanyanya tanpa meninggalkan pekerjaan yang sedang dikerjakannya.“Saya Winda…!”.“Aku..? Oh, yang mau minta ujian lagi itu ya?”.“Iya benar pak.”“Saya tidak ada waktu, nanti hari Minggu saja kamu datang ke rumah saya, ini kartu nama saya”, Katanya acuh tak acuh sambil menyerahkan kartu namanya.“Ada lagi?” tanya dosen itu.“Tidak pak, selamat siang!”“Selamat siang!”.Dengan lemas aku beranjak keluar dari ruangan itu. Kesal sekali rasanya, sudah belajar sampai larut malam, sampai di sini harus kembali lagi hari Minggu, huh!Mungkin hanya akulah yang hari Minggu masih berjalan sambil membawa tas hendak kuliah. Hari ini aku harus memenuhi ujian susulan di rumah Pak Herianto, dosen berengsek itu.Rumah Pak Herianto terletak di sebuah perumahan elite, di atas sebuah bukit, agak jauh dari rumah-rumah lainnya. Belum sempat memijit Bel pintu sudah terbuka, Seraut wajah yang sudah mulai tua tetapi tetap segar muncul.“Ehh…! Winda, ayo masuk!”, sapa orang itu yang tak lain adalah pak Herianto sendiri.“Permisi pak! Ibu mana?”, tanyaku berbasa-basi.“Ibu sedang pergi dengan anak-anak ke rumah neneknya!”, sahut pak Herianto ramah.“Sebentar ya…”, katanya lagi sambil masuk ke dalam ruangan.Tumben tidak sepeti biasanya ketika mengajar di kelas, dosen ini terkenal paling killer.Rumah Pak Herianto tertata rapi. Dinding ruang tamunya bercat putih. Di sudut ruangan terdapat seperangkat lemari kaca temapat tersimpan berbagai barang hiasan porselin. Di tengahnya ada hamparan permadani berbulu, dan kursi sofa kelas satu.“Gimana sudah siap?”, tanya pak Herianto mengejutkan aku dari lamunannya.“Eh sudah pak!”“Sebenarnya…, sebenarnya Winda tidak perlu mengikuti ulang susulan kalau…, kalau…!”“Kalau apa pak?”, aku bertanya tak mengerti. Belum habis bicaranya, Pak Herianto sudah menuburuk tubuhku.“Pak…, apa-apaan ini?”, tanyaku kaget sambil meronta mencoba melepaskan diri.“Jangan berpura-pura Winda sayang, aku membutuhkannya dan kau membutuhkan nilai bukan, kau akan kululuskan asalkan mau melayani aku!”, sahut lelaki itu sambil berusaha menciumi bibirku.Serentak Bulu kudukku berdiri. Geli, jijik…, namun detah dari mana asalnya perasaan hasrat menggebu-gebu juga kembali menyerangku. Ingin rasanya membiarkan lelaki tua ini berlaku semaunya atas diriku. Harus kuakui memang, walaupun dia lebih pantas jadi bapakku, namun sebenarnya lelaki tua ini sering membuatku berdebar-debar juga kalau sedang mengajar. Tapi aku tetap berusaha meronta-ronta, untuk menaikkan harga diriku di mata Pak Herianto.“Lepaskan…, Pak jangan hhmmpppff…!”, kata-kataku tidak terselesaikan karena terburu bibirku tersumbat mulut pak Herianto.Aku meronta dan berhasil melepaskan diri. Aku bangkit dan berlari menghindar. Namun entah mengapa aku justru berlari masuk ke sebuah kamar tidur. Kurapatkan tubuhku di sudut ruangan sambil mengatur kembali nafasku yang terengah-engah, entah mengapa birahiku sedemikian cepat naik. Seluruh wajahku terasa panas, kedua kakiku pun terasa gemetar.Pak Herianto seperti diberi kesempatan emas. Ia berjalan memasuki kamar dan mengunci pintunya. Lalu dengan perlahan ia mendekatiku. Tubuhku bergetar hebat manakala lelaki tua itu mengulurkan tangannya untuk merengkuh diriku. Dengan sekali tarik aku jatuh ke pelukan Pak Herianto, bibirku segera tersumbat bibir laki-laki tua itu. Terasa lidahnya yang kasap bermain menyapu telak di dalam mulutku. Perasaanku bercampur aduk jadi satu, benci, jijik bercampur dengan rasa ingin dicumbui yang semakin kuat hingga akhirnya akupun merasa sudah kepalang basah, hati kecilku juga menginginkannya. Terbayang olehku saat-saat aku dicumbui seperti itu oleh Aldy, entah sedang di mana dia sekarang. aku tidak menolak lagi. bahkan kini malah membalas dengan hangat.Merasa mendapat angin kini tangan Pak Herianto bahkan makin berani menelusup di balik blouse yang aku pakai, tidak berhenti di situ, terus menelup ke balik beha yang aku pakai.Jantungku berdegup kencang ketika tangan laki-laki itu meremas-remas gundukan daging kenyal yang ada di dadaku dengan gemas. Terasa benar, telapak tangannya yang kasap di permukaan buah dadaku, ditingkahi dengan jari-jarinya yang nakal mepermainkan puting susuku. Gemas sekali nampaknya dia. Tangannya makin lama makin kasar bergerak di dadaku ke kanan dan ke kiri.Setelah puas, dengan tidak sabaran tangannya mulai melucuti pakaian yang aku pakai satu demi satu hingga berceceran di lantai. Hingga akhirnya aku hanya memakai secarik G-string saja. Bergegas pula Pak Herianto melucuti kaos oblong dan sarungnya. Di baliknya menyembul batang penis laki-laki itu yang telah menegang, sebesar lengan Bayi.Tak terasa aku menjerit ngeri, aku belum pernah melihat alat vital lelaki sebesar itu. Aku sedikit ngeri. Bisa jebol milikku dimasuki benda itu. Namun aku tak dapat menyembunyikan kekagumanku. Seolah ada pesona tersendiri hingga pandangan mataku terus tertuju ke benda itu. Pak Herianto berjalan mendekatiku, tangannya meraih kunciran rambutku dan menariknya hingga ikatannya lepas dan rambutku bebas tergerai sampai ke punggung.“Kau Cantik sekali Winda…”, gumam pak Herianto mengagumi kecantikanku.Aku hanya tersenyum tersipu-sipu mendengar pujian itu.Dengan lembut Pak Herianto mendorong tubuhku sampai terduduk di pinggir kasur. Lalu ia menarik G-string, kain terakhir yang menutupi tubuhku dan dibuangnya ke lantai. Kini kami berdua telah telanjang bulat. Tanpa melepaskan kedua belah kakiku, bahkan dengan gemas ia mementangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Matanya benar-benar nanar memandang daerah di sekitar selangkanganku. Nafas laki-laki itu demikian memburu.Tak lama kemudian Pak membenamkan kepalanya di situ. Mulut dan lidahnya menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar kemaluanku yang tertutup rambut lebat itu. Aku memejamkan mata, oohh, indahnya, aku sungguh menikmatinya, sampai-sampai tubuhku dibuat menggelinjang-gelinjang kegelian.“Pak…!”, rintihku memelas.“Pak…, aku tak tahan lagi…!”, aku memelas sambil menggigit bibir. Sungguh aku tak tahan lagi mengalamai siksaan birahi yang dilancarkan Pak Herianto. Namun rupanya lelaki tua itu tidak peduli, bahkan senang melihat aku dalam keadaan demikian. Ini terlihat dari gerakan tangannya yang kini bahkan terjulur ke atas meremas-remas payudaraku, tetapi tidak menyudahi perbuatannya. Padahal aku sudah kewalahan dan telah sangat basah kuyup.“Paakk…, aakkhh…!”, aku mengerang keras, kakinya menjepit kepala Pak Herianto melampiaskan derita birahiku, kujambak rambut Pak Herianto keras-keras. Kini aku tak peduli lagi bahwa lelaki itu adalah dosen yang aku hormati. Sungguh lihai laki-laki ini membangkitkan gairahku. aku yakin dengan nafsunya yang sebesar itu dia tentu sangat berpengalaman dalam hal ini, bahkan sangat mungkin sudah puluhan atau ratusan mahasiswi yang sudah digaulinya. Tapi apa peduliku?Tiba-tiba Pak Herianto melepaskan diri, lalu ia berdiri di depanku yang masih terduduk di tepi ranjang dengan bagian bawah perutnya persis berada di depan wajahku. aku sudah tahu apa yang dia mau, namun tanpa sempat melakukannya sendiri, tangannya telah meraih kepalaku untuk dibawa mendekati kejantanannya yang aduh mak.., Sungguh besar itu.Tanpa melawan sama sekali aku membuka mulut selebar-lebarnya, Lalu kukulum sekalian alat vital Pak Herianto ke dalam mulutku hingga membuat lelaki itu melek merem keenakan. Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam mulutku. Itupun sudah terasa penuh. Aku hampir sesak nafas dibuatnya. Aku pun bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutku. Terasa benar kepala itu bergetar hebat setiap kali lidahku menyapu kepalanya.Beberapa saat kemudian Pak Herianto melepaskan diri, ia membaringkan aku di tempat tidur dan menyusul berbaring di sisiku, kaki kiriku diangkat disilangkan di pinggangnya. Lalu Ia berusaha memasuki tubuhku belakang. Ketika itu pula kepala penis Pak Herianto yang besar itu menggesek clitoris di liang senggamaku hingga aku merintih kenikmatan. Ia terus berusaha menekankan miliknya ke dalam milikku yang memang sudah sangat basah. Pelahan-lahan benda itu meluncur masuk ke dalam milikku.Dan ketika dengan kasar dia tiba-tiba menekankan miliknya seluruhnya amblas ke dalam diriku aku tak kuasa menahan diri untuk tidak mem*kik. Perasaan luar biasa bercampur sedikit pedih menguasai diriku, hingga badanku mengejang beberapa detik.Pak Herianto cukup mengerti keadaan diriku, ketika dia selesai masuk seluruhnya dia memberi kesempatan padaku untuk menguasai diri beberapa saat. Sebelum kemudian dia mulai menggoyangkan pinggulnya pelan-pelan kemudian makin lama makin cepat.Aku sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap Pak Herianto menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di dinding dalam liang senggamaku sungguh membuatku lupa ingatan. Pak Herianto menyetubuhi aku dengan cara itu. Sementara bibirnya tak hentinya melumat bibir, tengkuk dan leherku, tangannya selalu meremas-remas payudaraku. Aku dapat merasakan puting susuku mulai mengeras, runcing dan kaku.Aku bisa melihat bagaimana batang penis lelaki itu keluar masuk ke dalam liang kemaluanku. Aku selalu menahan nafas ketika benda itu menusuk ke dalam. Milikku hampir tidak dapat menampung ukuran Pak Herianto yang super itu, dan ini makin membuat Pak Herianto tergila-gila.Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Pak Herianto membalik tubuhku hingga menungging di hadapannya. Ia ingin pakai doggy style rupanya. Tangan lelaki itu kini lebih leluasa meremas-remas kedua belah payudara aku yang kini menggantung berat ke bawah. Sebagai seorang wanita aku memiliki daya tahan alami dalam bersetubuh. Tapi bahkan kini aku kewalahan menghadapi Pak Herianto. Laki-laki itu benar-benar luar biasa tenaganya. Sudah hampir setengah jam ia bertahan. Aku yang kini duduk mengangkangi tubuhnya hampir kehabisan nafas.Kupacu terus goyangan pinggulku, karena aku merasa sebentar lagi aku akan memperolehnya. Terus…, terus…, aku tak peduli lagi dengan gerakanku yang brutal ataupun suaraku yang kadang-kadang mem*kik menahan rasa luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu sampai, aku tak peduli lagi…,


aku mem*kik keras sambil menjambak rambutnya. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhku mengejang. Sungguh hebat rasa yang kurasakan kali ini. Sungguh ironi memang, aku mendapatkan kenikmatan seperti ini bukan dengan orang yang aku sukai. Tapi masa bodohlahBerkali-kali kuusap keringat yang membasahi dahiku. Pak Herianto kemudian kembali mengambil inisiatif. kini gantian Pak Herianto yang menindihi tubuhku. Ia memacu keras untuk mencapai klimaks. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuhku. Sementara kami terus berpacu. Sungguh hebat laki-laki ini. Walaupun sudah berumur tapi masih bertahan segitu lama. Bahkan mengalahkan semua cowok-cowok yang pernah tidur denganku, walaupun mereka rata-rata sebaya denganku.Namun beberapa saat kemudian, Pak Herianto mulai menggeram sambil mengeretakkan giginya. Tubuh lelaki tua itu bergetar hebat di atas tubuhku. Penisnya menyemburkan cairan kental yang hangat ke dalam liang kemaluanku dengan derasnya.Beberapa saat kemudian, perlahan-lahan kami memisahkan diri. Kami terbaring kelelahan di atas kasur itu. Nafasku yang tinggal satu-satu bercampur dengan bunyi nafasnya yang berat. Kami masing-masing terdiam mengumpulkan tenaga kami yang sudah tercerai berai.Aku sendiri terpejam sambil mencoba merasakan kenikmatan yang baru saja aku alami di sekujur tubuhku ini. Terasa benar ada cairan kental yang hangat perlahan-lahan meluncur masuk ke dalam liang vaginaku. Hangat dan sedikit gatal menggelitik.Bagian bawah tubuhku itu terasa benar-benar banjir, basah kuyub. Aku menggerakkan tanganku untuk menyeka bibir bawahku itu dan tanganku pun langsung dipenuhi dengan cairan kental berwarna putih susu yang berlepotan di sana.“Bukan main Winda, ternyata kau pun seperti kuda liar!” kata Pak Herianto penuh kepuasan. Aku yang berbaring menelungkup di atas kasur hanya tersenyum lemah. aku sungguh sangat kelelahan, kupejamkan mataku untuk sejenak beristirahat. Persetan dengan tubuhku yang masih telanjang bulat.Pak Herianto kemudian bangkit berdiri, ia menyulut sebatang rokok. Lalu lelaki tua itu mulai mengenakan kembali pakaiannya. Aku pun dengan malas bangkit dan mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di lantai.Sambil berpakaian ia bertanya, “Bagaimana dengan ujian saya pak?”.“Minggu depan kamu dapat mengambil hasilnya”, sahut laki-laki itu pendek.“Kenapa tidak besok pagi saja?”, protes aku tak puas.“Aku masih ingin bertemu kamu, selama seminggu ini aku minta agar kau tidak tidur dengan lelaki lain kecuali aku!”, jawab Pak Herianto.Aku sedikit terkejut dengan jawabannya itu. Tapi aku pun segera dapat menguasai keadaanku. Rupanya dia belum puas dengan pelayanan habis-habisanku barusan.“Aku tidak bisa janji!”, sahutku seenaknya sambil bangkit berdiri dan keluar dari kamar mencari kamar mandi. Pak Herianto hanya mampu terbengong mendengar jawabanku yang seenaknya itu.Aku sedang berjalan santai meninggalkan rumah pak Herianto, ini pertemuanku yang ketiga dengan laki-laki itu demi menebus nilai ujianku yang selalu jeblok jika ujian dengan dia. Mungkin malah sengaja dibuat jeblok biar dia bisa main denganku. Dasar…, namun harus kuakui, dia laki-laki hebat, daya tahannya sungguh luar biasa jika dibandingkan dengan usianya yang hapir mencapai usia pensiun itu. Bahkan dari pagi hingga sore hari ini dia masih sanggup menggarapku tiga kali, sekali di ruang tengah begitu aku datang, dan dua kali di kamar tidur. Aku sempat terlelap sesudahnya beberapa jam sebelum membersihkan diri dan pulang. Berutung kali ini, aku bisa memaksanya menandatangani berkas ujian susulanku.“Masih ada mata kuliah Pengantar Berorganisasi dan Kepemimpinan”, katanya sambil membubuhkan nilai A di berkas ujianku.“Selama bapak masih bisa memberiku nilai A”, kataku pendek.“Segeralah mendaftar, kuliah akan dimulai minggu depan!”.“Terima kasih pak!” kataku sambil tak lupa memberikan senyum semanis mungkin.“Winda!” teriakan seseorang mengejutkan lamunanku. Aku menoleh ke arah sumber suara tadi yang aku perkirakan berasal dari dalam mobil yang berjalan perlahan menghampiriku. Seseorang membuka pintu mobil itu, wajah yang sangat aku benci muncul dari balik pintu Mitsubishi Galant keluaran tahun terakhir itu.


“Masuklah Winda…”.“Tidak, terima kasih. Aku bisa jalan sendiri koq!”, Aku masih mencoba menolak dengan halus.“Ayolah, masa kau tega menolak ajakanku, padahal dengan pak Herianto saja kau mau!”.Aku tertegun sesaat, Bagai disambar petir di siang bolong.“Da…,Darimana kau tahu?”.“Nah, jadi benar kan…, padahal aku tadi hanya menduga-duga!”“Sialan!”, Aku mengumpat di dalam hati, harusnya tadi aku bersikap lebih tenang, aku memang selalu nervous kalau ketemu cowok satu ini, rasanya ingin buru-buru pergi dari hadapannya dan tidak ingin melihat mukanya yang memang seram itu.Seperti tipikal orang Indonesia bagian daerah paling timur, cowok ini hitam tinggi besar dengan postur sedikit gemuk, janggut dan cambang yang tidak pernah dirapikan dengan rambut keritingnya yang dipelihara panjang ditambah dengan caranya memakai kemeja yang tidak pernah dikancingkan dengan benar sehingga memamerkan dadanya yang penuh bulu. Dengan asesoris kalung, gelang dan cincin emas, arloji rolex yang dihiasi berlian…, cukup menunjukkan bahwa dia ini orang yang memang punya duit. Namun, aku menjadi muak dengan penampilan seperti itu.Dino memang salah satu jawara di kampus, anak buahnya banyak dan dengan kekuatan uang serta gaya jawara seperti itu membuat dia menjadi salah satu momok yang paling menakutkan di lingkungan kampus. Dia itu mahasiswa lama, dan mungkin bahkan tidak pernah lulus, namun tidak ada orang yang berani mengusik keberadaannya di kamus, bahkan dari kalangan akademik sekalipun.“Gimana? Masih tidak mau masuk?”, tanya dia setengah mendesak.Aku tertegun sesaat, belum mau masuk. Aku memang sangat tidak menyukai laki-laki ini, Tetapi kelihatannya aku tidak punya pilihan lain, bisa-bisa semua orang tahu apa yang kuperbuat dengan pak Herianto, dan aku sungguh-sungguh ingin menjaga rahasia ini, terutama terhadap Erwin, tunanganku. Namun saat ini aku benar benar terdesak dan ingin segera membiarkan masalah ini berlalu dariku. Makanya tanpa pikir panjang aku mengiyakan saja ajakannya.Dino tertawa penuh kemenangan, ia lalu berbicara dengan orang yang berada di sebelahnya supaya berpindah ke jok belakang. Aku membanting pantatku ke kursi mobil depan, dan pemuda itu langsung menancap gas. Sambil nyengir kuda. Kesenangan.“Ke mana kita?”, tanyaku hambar.“Lho? Mestinya aku yang harus tanya, kau mau ke mana?”, tanya Dino pura-pura heran.“Sudahlah Dino, tak usah berpura-pura lagi, kau mau apa?”, Suaraku sudah sedemikian pasrahnya. Aku sudah tidak mau berpikir panjang lagi untuk meminta dia menutup-nutupi perbuatanku. Orang yang duduk di belakangku tertawa.“Rupanya dia cukup mengerti apa kemauanmu Dino!”, Dia berkomentar.“Ah, diam kau Maki!” Rupanya orang itu namanya Maki, orang dengan penampilan hampir mirip dengan Dino kecuali rambutnya yang dipotong crew-cut.“Bagaimana kalau ke rumahku saja? Aku sangat merindukanmu Winda!”, pancing Dino.“Sesukamulah…!”, Aku tahu benar memang itu yang diinginkannya.Dino tertawa penuh kemenangan.Ia melarikan mobilnya makin kencang ke arah sebuah kompleks perumahan. Lalu mobil yang ditumpangi mereka memasuki pekarangan sebuah rumah yang cukup besar. Di pekarangan itu sudah ada 2 buah mobil lain, satu Mitsubishi Pajero dan satu lagi Toyota Great Corolla namun keduanya kelihatan diparkir sekenanya tak beraturan.Interior depan rumah itu sederhana saja. Cuma satu stel sofa, sebuah rak perabotan pecah belah. Tak lebih. Dindingnya polos. Demikian juga tempok ruang tengah. Terasa betapa luas dan kosongnya ruangan tengah itu, meski sebuah bar dengan rak minuman beraneka ragam terdapat di sudut ruangan, menghadap ke taman samping. Sebuah stereo set terpasang di ujung bar. Tampaknya baru saja dimatikan dengan tergesa-gesa. Pitanya sebagian tergantung keluar.Dari pintu samping kemudian muncul empat orang pemuda dan seorang gadis, yang jelas-jelas masih menggunakan seragam SMU. Mereka semua mengeluarkan suara setengah berbisik. Keempat orang laki-laki itu, tiga orang sepertinya sesuku dengan Dino atau sebangsanya, sedangkan yang satu lagi seperti bule dengan rambutnya yang gondrong. Sementara si gadis berperawakan tinggi langsing, berkulit putih dan rambutnya yang hitam lurus dan panjang tergerai sampai ke pinggang, ia memakai bandana lebar di kepalanya dengan poni tebal menutupi dahinya. Wajahnya yang oval dan bermata sipit menandakan bahwa ia keturunan Cina atau sebangsanya. Harus kuakui dia memang cantik, seperti bintang film drama Mandarin. Berbeda dengan penampilan ketiga laki-laki itu, gadis ini kelihatannya bukan merupakan gerombolan mereka, dilihat dari tampangnya yang masih lugu. Ia masih mengenakan seragam sebuah sekolah Katolik yang langsung bisa aku kenali karena memang khas. Namun entah mengapa dia bisa bergaul dengan orang-orang ini.Dino bertepuk tangan. Kemudian memperkenalkan diriku dengan mereka. Yos, dan Bram seperti tipikal orang sebangsa Dino, Tito berbadan tambun dan yang bule namanya Marchell, sementara gadis SMU itu bernama Shelly. Mereka semua yang laki-laki memandang diriku dengan mata “lapar” membuat aku tanpa sadar menyilangkan tangan di depan dadaku, seolah-olah mereka bisa melihat tubuhku di balik pakaian yang aku kenakan ini.Tampak tak sabaran Dino menarik diriku ke loteng. Langsung menuju sebuah kamar yang ada di ujung. Kamar itu tidak berdaun pintu, sebenarnya lebih tepat disebut ruang penyangga antara teras dengan kamar-kamar yang lain Sebab di salah satu ujungnya merupakan pintu tembusan ke ruang lain.Di sana ada sebuah kasur yang terhampar begitu saja di lantai kamar. Dengan sprei yang sudah acak-acakan. Di sudut terdapat dua buah kursi sofa besar dan sebuah meja kaca yang mungil. Di bawahnya berserakan majalah-majalah yang cover depannya saja bisa membuat orang merinding. Bergambar perempuan-perempuan telanjang.Aku sadar bahkan sangat sadar, apa yang dimaui Dino di kamar ini. Aku beranjak ke jendela. Menutup gordynnya hingga ruangan itu kelihatan sedikit gelap. Namun tak lama, karena kemudian Dino menyalakan lampu. Aku berputar membelakangi Dino, dan mulai melucuti pakaian yang aku kenakan. Dari blouse, kemudian rok bawahanku kubiarkan meluncur bebas ke mata kakiku. Kemudian aku memutar balik badanku berbalik menghadap Dino.Betapa terkejutnya aku ketika aku berbalik, ternyata di hadapanku kini tidak hanya ada Dino, namun Maki juga sedang berdiri di situ sambil cengengesan. Dengan gerakan reflek, aku menyambar blouseku untuk menutupi tubuhku yang setengah telanjang. Melihat keterkejutanku, kedua laki-laki itu malah tertawa terbahak-bahak.“Ayolah Winda, Toh engkau juga sudah sering memperlihatkan tubuh telanjangmu kepada beberapa laki-laki lain?”.“Kurang ajar kau Dino!” Aku mengumpat sekenanya.Wajah laki-laki itu berubah seketika, dari tertawa terbahak-bahak menjadi serius, sangat serius. Dengan tatapan yang sangat tajam dia berujar, “Apakah engkau punya pilihan lain? Ayolah, lakukan saja dan sesudah selesai kita boleh melupakan kejadian ini.”Aku tertegun, melayani dua orang sekaligus belum pernah aku lakukan sebelumnya. Apalagi orang-orang yang bertampang seram seperti ini. Tapi seperti yang dia bilang, aku tak punya pilihan lain. Seribu satu pertimbangan berkecamuk di kepalaku hingga membuat aku pusing. Tubuhku tanpa sadar sampai gemetaran, terasa sekali lututku lemas sepertinya aku sudah kehabisan tenaga karena digilir mereka berdua, padahal mereka sama sekali belum memulainya.Akhirnya, dengan sangat berat aku menggerakkan kedua tangan ke arah punggungku di mana aku bisa meraih kaitan BH yang aku pakai. Baju yang tadi aku pakai untuk menutupi bagian tubuhku dengan sendirinya terjatuh ke lantai. Dengan sekali sentakan halus BH-ku telah terlepas dan meluncur bebas dan sebelum terjatuh ke lantai kulemparkan benda itu ke arah Dino yang kemudian ditangkapnya dengan tangkas. Ia mencium bagian dalam mangkuk bra-ku dengan penuh perasaan.“Harum!”, katanya.Lalu ia seperti mencari-cari sesuatu dari benda itu, dan ketika ditemukannya ia berhenti.“36B!”, katanya pendek.Rupanya ia pingin tahu berapa ukuran dadaku ini.“BH-nya saja sudah sedemikian harum, apalagi isinya!”, katanya seraya memberikan BH itu kepada Maki sehingga laki-laki itu juga ikut-ikutan menciumi benda itu. Namun demikian mata mereka tak pernah lepas menatap belahan payudaraku yang kini tidak tertutup apa-apa lagi.Aku kini hanya berdiri menunggu, dan tanpa diminta Dino melangkah mendekatiku. Ia meraih kepalaku. Tangannya meraih kunciran rambut dan melepaskannya hingga rambutku kini tergerai bebas sampai ke punggung.“Nah, dengan begini kau kelihatan lebih cantik!”Ia terus berjalan memutari tubuhku dan memelukku dari belakang. Ia sibakkan rambutku dan memindahkannya ke depan lewat pundak sebelah kiriku, sehingga bagian punggung sampai ke tengkukku bebas tanpa penghalang. Lalu ia menjatuhkan ciumannya ke tengkuk belakangku. Lidahnya menjelajah di sekitar leher, tengkuk kemudian naik ke kuping dan menggelitik di sana. Kedua belah tangannya yang kekar dan berbulu yang tadi memeluk pinggangku kini mulai merayap naik dan mulai meremas-remas kedua belah payudaraku dengan gemas. Aku masih menanggapinya dengan dingin dengan tidak bereaksi sama sekali selain memejamkan mataku.Dino rupanya tidak begitu suka aku bersikap pasif, dengan kasar ia menarik wajahku hingga bibirnya bisa melumat bibirku. Aku hanya berdiam diri saja tak memberikan reaksi. Sambil melumat, lidahnya mencari-cari dan berusaha masuk ke dalam mulutku, dan ketika berhasil lidahnya bergerak bebas menjilati lidahku hingga secara tak sengaja lidahkupun meronta-ronta.Sambil memejamkan mata aku mencoba untuk menikmati perasaan itu dengan utuh. Tak ada gunanya aku menolak, hal itu akan membuatku lebih menderita lagi. Dengan kuluman lidah seperti itu, ditingkahi dengan remasan-remasan telapak tangannya di payudaraku sambil sekali-sekali ibu jari dan telunjuknya memilin-milin puting susuku, pertahananku akhirnya bobol juga. Memang, aku sudah sangat terbiasa dan sangat terbuai dengan permaian seperti ini hingga dengan mudahnya Dino mulai membangkitkan nafsuku. Bahkan kini aku mulai memberanikan menggerakkan tangan meremas kepala Dino yang berada di belakangku. Sementara dengan ekor mataku aku melihat Maki beranjak berjalan menuju sofa dan duduk di sana, sambil pandangan matanya tidak pernah lepas dari kami berdua.Mungkin karena merasa sudah menguasai diriku, ciuman Dino terus merambat turun ke leherku, menghisapnya hingga aku menggelinjang. Lalu merosot lagi menelusup di balik ketiak dan merayap ke depan sampai akhirnya hinggap di salah satu pucuk bukit di dadaku, Dengan satu remasan yang gemas hingga membuat puting susuku melejit Dino untuk mengulumnya. Pertama lidahnya tepat menyapu pentilnya, lalu bergerak memutari seluruh daerah puting susuku sebelum mulutnya mengenyot habis puting susuku itu. Ia menghisapnya dengan gemas sampai pipinya kempot.Tubuhku secara tiba-tiba bagaikan disengat listrik, terasa geli yang luar biasa bercampur sedikit nyeri di bagian itu. Aku menggelinjang, melenguh apalagi ketika puting susuku digigit-gigit perlahan oleh Dino. Buah anggur yang ranum itu dipermainkan pula dengan lidah Dino yang kasap. Dipilin-pilinnya kesana kemari. Dikecupinya, dan disedotnya kuat-kuat sampai putingnya menempel pada telaknya. Aku merintih. Tanganku refleks meremas dan menarik kepalanya sehingga semakin membenam di kedua gunung kembarku yang putih dan padat. Aku sungguh tak tahu mengapa harus begitu pasrah kepada lelaki itu. Mengapa aku justeru tenggelam dalam permaianan itu? Semula aku hanya merasa terpaksa demi menutupi rahasia atas perbuatanku. Tapi kemudian nyatanya, permainan yang Dino mainkan begitu dalam. Dan aneh sekali, Tanpa sadar aku mulai mengikuti permainan yang dipimpin dengan cemerlang oleh Dino.Cerpen Sex“Winda…”, “Ya?”, “Kau suka aku perlakukan seperti ini?”. Aku hanya mengangguk. Dan memejamkan matanya. membiarkan payudaraku terus diremas-remas dan puting susunya dipilin perlahan. Aku menggeliat, merasakan nikmat yang luar biasa. Puting susu yang mungil itu hanya sebentar saja sudah berubah membengkak, keras dan mencuat semakin runcing.


“Hsss…, ah!”, Aku mendesah saat merasakan jari-jari tangan lelaki itu mulai menyusup ke balik celana dalamku dan merayap mencari liang yang ada di selangkanganku. Dan ketika menemukannya Jari-jari tangan itu mula-mula mengusap-usap permukaannya, terus mengusap-usap dan ketika sudah terasa basah jarinya mulai merayap masuk untuk kemudian menyentuh dinding-dinding dalam liang itu.Dalam posisi masih berdiri berhadapan, sambil terus mencumbui payudaraku, Dino meneruskan aksinya di dalam liang gelap yang sudah basah itu. Makin lama makin dalam. Aku sendiri semakin menggelinjang tak karuan, kedua buah jari yang ada di dalam liang vaginaku itu bergerak-gerak dengan liar. Bahkan kadang-kadang mencoba merenggangkan liang vaginaku hingga menganga. Dan yang membuat aku tambah gila, ia menggerak-gerakkan jarinya keluar masuk ke dalam liang vaginaku seolah-olah sedang menyetubuhiku. Aku tak kuasa untuk menahan diri.“Nggghh…!”, mulutku mulai meracau. Aku sungguh kewalahan dibuatnya hingga lututku terasa lemas hingga akhirnya akupun tak kuasa menahan tubuhku hingga merosot bersimpuh di lantai. Aku mencoba untuk mengatur nafasku yang terengah-engah. Aku sungguh tidak memperhatikan lagi yang kutahu kini tiba-tiba saja Dino telah berdiri telanjang bulat di hadapanku. Tubuhnya yang tinggi besar, hitam dan penuh bulu itu dengan angkuhnya berdiri mengangkang persis di depanku sehingga wajahku persis menghadap ke bagian selangkangannya. Disitu, aku melihat batang kejantanannya telah berdiri dengan tegaknya. Besar panjang kehitaman dengan bulu hitam yang lebat di daerah pangkalnya.Dengan sekali rengkuh, ia meraih kepalaku untuk ditarik mendekati daerah di bawah perutnya itu. Aku tahu apa yang dimauinya, bahkan sangat tahu ini adalah perbuatan yang sangat disukai para lelaki. Di mana ketika aku melakukan oral seks terhadap kelaminnya.Maka, dengan kepalang basah, kulakukan apa yang harus kulakukan. Benda itu telah masuk ke dalam mulutku dan menjadi permainan lidahku yang berputar mengitari ujung kepalanya yang bagaikan sebuah topi baja itu. Lalu berhenti ketika menemukan lubang yang berada persis di ujungnya. Lalu dengan segala kemampuanku aku mulai mengelomoh batang itu sambil kadang-kadang menghisapnya kuat-kuat sehingga pemiliknya bergetar hebat menahan rasa yang tak tertahankan.Pada saat itu aku sempat melirik ke arah sofa di mana Maki berada, dan ternyata laki-laki ini sudah mulai terbawa nafsu menyaksikan perbuatan kami berdua. Buktinya, ia telah mengeluarkan batang kejantanannya dan mengocoknya naik turun sambil berkali-kali menelan ludah. Konsentrasiku buyar ketika Dino menarik kepalaku hingga menjauh dari selangkangannya. Ia lalu menarik tubuhku hingga telentang di atas kasur yang terhampar di situ. Lalu dengan cepat ia melucuti celana dalamku dan dibuangnya jauh-jauh seakan-akan ia takut aku akan memakainya kembali.Untuk beberapa detik mata Dino nanar memandang bagian bawah tubuhku yang sudah tak tertutup apa-apa lagi. Si Makipun sampai berdiri mendekat ke arah kami berdua seakan ia tidak puas memandang kami dari kejauhan.Namun beberapa detik kemudian, Dino mulai merenggangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Paha kiriku diangkatnya dan disangkutkan ke pundaknya. Lalu dengan tangannya yang sebelah lagi memegangi batang kejantanannya dan diusap-usapkan ke permukaan bibir vaginaku yang sudah sangat basah. Ada rasa geli menyerang di situ hingga aku menggelinjang dan memejamkan mata.Sedetik kemudian, aku merasakan ada benda lonjong yang mulai menyeruak ke dalam liang vaginaku. Aku menahan nafas ketika terasa ada benda asing mulai menyeruak di situ. Seperti biasanya, aku tak kuasa untuk menahan jeritanku pada saat pertama kali ada kejantanan laki-laki menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku.Dengan perlahan namun pasti, kejantanan Dino meluncur masuk semakin dalam. Dan ketika sudah masuk setengahnya ia bahkan memasukkan sisanya dengan satu sentakan kasar hingga aku benar-benar berteriak karena terasa nyeri. Dan setelah itu, tanpa memberiku kesempatan untuk membiasakan diri dulu, Dino sudah bergoyang mencari kepuasannya sendiri.Dino menggerak-gerakkan pinggulnya dengan kencang dan kasar menghunjam-hunjam ke dalam tubuhku hingga aku mem*kik keras setiap kali kejantanan Dino menyentak ke dalam. Pedih dan ngilu. Namun bercampur nikmat yang tak terkira. Ada sensasi aneh yang baru pertama kali kurasakan di mana di sela-sela rasa ngilu itu aku juga merasakan rasa nikmat yang tak terkira. Namun aku juga tidak bisa menguasai diriku lagi hingga aku sampai menangis menggebu-gebu, sakit keluhku setiap kali Dino menghunjam, tapi aku semakin mempererat pelukanku, Pedih, tapi aku juga tak bersedia Dino menyudahi perlakuannya terhadap diriku.Aku semakin merintih. Air mataku meleleh keluar. kami terus bergulat dalam posisi demikian. Sampai tiba-tiba ada rasa nikmat yang luar biasa di sekujur tubuhku. Aku telah orgasme. Ya, orgasme bersama dengan orang yang aku benci. Tubuhku mengejang selama beberapa puluh detik. Sebelum melemas. Namun Dino rupanya belum selesai. Ia kini membalikkan tubuhku hingga kini aku bertumpu pada kedua telapak tangan dan kedua lututku. Ia ingin meneruskannya dengan doggy style. Aku hanya pasrah saja.Kini ia menyetubuhiku dari belakang. Tangannya kini dengan leluasa berpindah-pindah dari pinggang, meremas pantat dan meremas payudaraku yang menggelantung berat ke bawah. Kini Dino bahkan lebih memperhebat serangannya. Ia bisa dengan leluasa menggoyangkan tubuhnya dengan cepat dan semakin kasar.Pada saat itu tanpa terasa, Maki telah duduk mengangkang di depanku. Laki-laki ini juga telah telanjang bulat. Ia menyodorkan batang penisnya ke dalam mulutku, tangannya meraih kepalaku dan dengan setengah memaksa ia menjejalkan batang kejantanannya itu ke dalam mulutku.Kini aku melayani dua orang sekaligus. Dino yang sedang menyetubuhiku dari belakang. Dan Maki yang sedang memaksaku melakukan oral seks terhadap dirinya. Dino kadang-kadang malah menyorongkan kepalanya ke depan untuk menikmati payudaraku. Aku mengerang pelan setiap kali ia menghisap puting susuku. Dengan dua orang yang mengeroyokku aku sungguh kewalahan hingga tidak bisa berbuat apa-apa. Malahan aku merasa sangat terangsang dengan posisi seperti ini.Mereka menyetubuhiku dari dua arah, yang satu akan menyebabkan penis pada tubuh mereka yang berada di arah lainnya semakin menghunjam. Kadang-kadang aku hampir tersedak. Maki yang tampaknya mengerti kesulitanku mengalah dan hanya diam saja. Dino yang mengatur segala gerakan.Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar di sekujur tubuhku. Perasaan tidak berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkan diriku melambung di luar batas yang pernah kuperkirakan sebelumnya. Dan kembali tubuhku mengejang, deras dan tanpa henti. Aku mengalami orgasme yang datang dengan beruntun seperti tak berkesudahan.Tidak lama kemudian Dino mengalami orgasme. Batang penisnya menyemprotkan air mani dengan deras ke dalam liang vaginaku. Benda itu menyentak-nyentak dengan hebat, seolah-olah ingin menjebol dinding vaginaku. Aku bisa merasakan air mani yang disemprotkannya banyak sekali, hingga sebagian meluap keluar meleleh di salah satu pahaku. Sesudah itu mereka berganti tempat. Maki mengambil alih perlakuan Dino. Masih dalam posisi doggy style. Batang kejantanannya dengan mulus meluncur masuk dalam sekali sampai menyentuh bibir rahimku. Ia bisa mudah melakukannya karena memang liang vaginaku sudah sangat licin dilumasi cairan yang keluar dari dalamnya dan sudah bercampur dengan air mani Dino yang sangat banyak. Permainan dilanjutkan. Aku kini tinggal melayani Maki seorang, karena Dino dengan nafas yang tersengal-sengal telah duduk telentang di atas sofa yang tadi diduduki Maki untuk mengumpulkan tenaga. Aku mengeluh pendek setiap kali Maki mendorong masuk miliknya. Maki terus memacu gerakkannya. Semakin lama semakin keras dan kasar hingga membuat aku merintih dan mengaduh tak berkesudahan.Pada saat itu masuk Bram dan Tito bersamaan ke dalam ruangan. Tanpa basa-basi, mereka pun langsung melucuti pakaiannya hingga telanjang bulat. Lalu mereka duduk di lantai dan menonton adegan mesum yang sedang terjadi antara aku dan Maki. Bram nampak kelihatan tidak sabaran Tetapi aku sudah tidak peduli lagi. Maki terus memacu menggebu-gebu. Laki-laki itu sibuk memacu sambil meremasi payudaraku yang menggelantung berat ke bawah.Sesaat kemudian tubuhku dibalikkan kembali telentang di atas kasur dan pada saat itu Bram dengan tangkas menyodorkan batang kejantanannya ke dalam mulutku. Aku sudah setengah sadar ketika Tito menggantikan Maki menggeluti tubuhku. Keadaanku sudah sedemikian acak-acakan. Rambut yang kusut masai. Tubuhku sudah bersimpah peluh. Tidak hanya keringat yang keluar dari tubuhku sendiri, tapi juga cucuran keringat dari para laki-laki yang bergantian menggauliku. Aku kini hanya telentang pasrah ditindihi tubuh gemuk Tito yang bergoyang-goyang di atasnya.Laki-laki gemuk itu mengangkangkan kedua belah pahaku lebar-lebar sambil terus menghunjam-hunjamkan miliknya ke dalam milikku. Sementara Bram tak pernah memberiku kesempatan yang cukup untuk bernafas. Ia terus saja menjejal-jejalkan miliknya ke dalam mulutku. Aku sendiri sudah tidak bisa mengotrol diriku lagi. Guncangan demi guncangan yang diakibatkan oleh gerakan Titolah yang membuat Bram makin terangsang. Bukan lagi kuluman dan jilatan yang harusnya aku lakukan dengan lidah dan mulutku.Dan ketika Tito melenguh panjang, ia mencapai orgasmenya dengan meremas kedua belah payudaraku kuat-kuat hingga aku berteriak mengaduh kesakitan. Lalu beberapa saat kemudian ia dengan nafasnya yang tersengal-sengal memisahkan diri dari diriku. Dan pada saat hampir bersamaan Bram juga mengerang keras. Batang kejantanannya yang masih berada di dalam mulutku bergerak liar dan menyemprotkan air maninya yang kental dan hangat. Aku meronta, ingin mengeluarkan banda itu dari dalam mulutku, namun tangan Bram yang kokoh tetap menahan kepalaku dan aku tak kuasa meronta lagi karena memang tenagaku sudah hampir habis. Cairan kental yang hangat itu akhirnya tertelan olehku. Banyak sekali. Bahkan sampai meluap keluar membasahi daerah sekitar bibirku sampai meleleh ke leher. Aku tak bisa berbuat apa-apa, selain dengan cepat mencoba menelan semua yang ada supaya tidak terlalu terasa di dalam mulutku. Aku memejamkan mata erat-erat, tubuhku mengejang melampiaskan rasa yang tidak karuan, geli, jijik, namun ada sensasi aneh yang luar biasa juga di dalam diriku. Sungguh sangat erotis merasakan siksa birahi semacam ini hingga akupun akhirnya orgasme panjang untuk ke sekian kalinyaDengan ekor mataku aku kembali melihat seseorang masuk ke ruangan yang ternyata si bule dan orang itu juga mulai membuka celananya. Aku menggigit bibir, dan mulai menangis terisak-isak. Aku hanya bisa memejamkan mata ketika Marchell mulai menindihi tubuhku. Pasrah.Tidak lama kemudian setelah orang terakhir melaksanakan hasratnya pada diriku mereka keluar. aku merasa seluruh tubuhku luluh lantak. Setelah berhasil mengumpulkan cukup tenaga kembali, dengan terhuyung-huyung, aku bangkit dari tempat tidur, mengenakan pakaianku seadanya dan pergi mencari kamar mandi.Aku berpapasan dengan Dino yang muncul dari dalam sebuah ruangan yang pintunya terbuka. Lelaki itu sedang sibuk mengancingkan retsluiting celananya. Masih sempat terlihat dari luar di dalam kamar itu, di atas tempat tidur tubuh Shelly yang telanjang sedang ditindihi oleh tubuh Maki yang bergerak-gerak cepat. Memacu naik turun. Gadis itu menggelinjang-gelinjang setiap kali Maki bergerak naik turun. Rupanya anak itu bernasib sama seperti diriku.“Di mana aku bisa menemukan kamar mandi?” tanyaku pada Dino.Tanpa menjawab, ia hanya menunjukkan tangannya ke sebuah pintu. Tanpa basa-basi lagi aku segera beranjak menuju pintu itu.Di sana aku mandi berendam air panas sambil menangis. Aku tidak tahu saya sudah terjerumus ke dalam apa kini. Yang membuat aku benci kepada diriku sendiri, walaupun aku merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu, namun demikian setiap kali teringat kejadian barusan, langsung saja selangkanganku basah lagi.Aku berendam di sana sangat lama, mungkin lebih dari satu jam lamanya. Setelah terasa kepenatan tubuhku agak berkurang aku menyudahi mandiku. Dengan berjalan tertatih-tatih aku melangkah keluar kamar mandi dan berjalan mencari pintu keluar. Sudah hampir jam sebelas malam ketika aku keluar dari rumah itu.


Sampai di dalam rumah, Aku langsung ngeloyor masuk ke kamar. Aku tak peduli dengan kakakku yang terheran-heran melihat tingkah lakuku yang tidak biasa, aku tak menyapanya karena memang sudah tidak ada keinginan untuk berbicara lagi malam ini. Aku tumpahkan segala perasaan campur aduk itu, kekesalan, dan sakit hati dengan menangis.–

Share:


 

TOGEL ONLINE
AMAN & TERPERCAYA
NAME DEPO BETT JOIN
VELBETT 1.000 Sepuasnya Tekan
BBTOTO 1.000 Sepuasnya Tekan
FFTOTO 1.000 Sepuasnya Tekan
since © 2015

Entri yang Diunggulkan

Memuaskan Pacarku Yang Lagi Horny Berat

Selepas SMA, Jenni, waktu itu 20 tahun, melanjutkan studinya ke Akademi Sekretaris ternama di Bandung. Dengan wajah sangat cantik, tubuh tin...

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts

Pengikut

Flag Counter

Total Tayangan Halaman